Scroll cerdas, hati tetap bercahaya

Asyik Scroll, Tapi Hati Perlahan Mati?

20/11/2025 | indri irmayanti

Media sosial kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tanpa disadari, kebiasaan scroll berjam-jam bisa melemahkan konsentrasi, menguras waktu, mengganggu ibadah, dan bahkan mengeraskan hati. Banyak ulama menekankan bahwa penyakit hati sering muncul dari kebiasaan sepele yang dilakukan terus-menerus, salah satunya adalah terlalu tenggelam dalam konten digital. Tantangan terbesar di era ini bukan lagi kurangnya informasi, tetapi berlebihnya informasi, yang membuat seseorang lalai dari zikir dan perlahan menjauh dari Allah.

1. Terlalu Banyak Hal yang Melalaikan dari Zikir
Allah berfirman: “Janganlah harta dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah” (QS. Al-Munafiqun: 9). Dalam konteks modern, hp dan media sosial bisa menjadi pengalih perhatian yang membuat kita lupa akhirat. Imam Al-Ghazali menyebut hati bisa mati saat seseorang terlalu tenggelam pada hal yang melalaikan.

2. Hati Menjadi Keras Karena Terpapar Kemaksiatan
Konten negatif seperti aurat, gosip, atau candaan tidak pantas membuat hati gelap. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya hati bisa berkarat sebagaimana besi berkarat” dan dzikir serta istighfar adalah penghapusnya. Paparan terus-menerus terhadap hal buruk berisiko mengeraskan hati.

3. Menghabiskan Waktu untuk Hal Sia-Sia
Rasulullah SAW bersabda: “Salah satu tanda bagusnya Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi). Scroll tanpa manfaat berjam-jam termasuk hal yang sia-sia dan akan dipertanyakan di akhirat.

4. Perbandingan Sosial dan Penyakit Hati
Scroll media sosial membuat iri, minder, atau merasa hidupnya kurang. Imam Ibn Qayyim menyebut salah satu penyebab hati sakit adalah terlalu terpaku pada dunia dan membandingkan diri dengan orang lain.

5. Konten Negatif Mengubah Pola Pikir Tanpa Disadari
Algoritma media sosial cenderung membuat ketagihan, sehingga nilai-nilai Islam bisa tersisih oleh ide liberal atau gaya hidup bebas. Allah mengingatkan: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya” (QS. Al-Isra: 36).

6. Mengurangi Rasa Khusyuk dalam Ibadah
Otak yang penuh dengan konten membuat hati sulit hadir dalam shalat atau ibadah lain. Imam Nawawi menegaskan bahwa kekhusyukan memerlukan hati yang bersih dari hal sia-sia.

7. Menjadikan Hp Prioritas Utama, Bukan Allah
Ketergantungan digital membuat hp menjadi hal pertama setelah bangun, bukan doa atau Al-Qur’an. Allah memperingatkan: “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai” (QS. Al-A’raf: 205).

Pro & Kontra Media Sosial dalam Perspektif Islam
Media sosial tidak sepenuhnya buruk. Dari sisi pro, ia bisa menjadi sarana dakwah, memperluas ilmu, menjaga silaturahmi, dan mendukung usaha halal. Namun sisi kontra menunjukkan risiko melalaikan ibadah, paparan kemaksiatan, membentuk penyakit hati modern, dan mengganggu khusyuk serta kesehatan mental.

Solusi Islami Agar Hati Tetap Hidup
Ulama menyarankan membatasi penggunaan hp, menghapus konten negatif, memperbanyak zikir, menyisihkan waktu untuk Qur’an, dan mengganti hiburan berlebihan dengan kajian yang bermanfaat.

Kesimpulan
Scrolling media sosial bukan haram, tetapi bila berlebihan, hati bisa mengeras, iman melemah, dan waktu terbuang sia-sia. Islam mengajarkan keseimbangan: hp lebih banyak dipegang daripada Qur’an atau kesenangan dunia lebih diutamakan daripada peringatan Allah adalah tanda hati yang mulai mati. Dengan memahami 7 peringatan ini dan menerapkan ajaran Qur’an, hadis, dan nasihat ulama, seorang Muslim bisa tetap hidup di era digital tanpa kehilangan cahaya iman.

KOTA SUKABUMI

Copyright © 2025 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ  |   2.2.12