Jaga lisan, jaga layar

Fitnah Online: Kok Bisa Semudah Itu Menyakiti Orang?

20/11/2025 | Yessi Ade Lia Putri

Di era digital, fitnah tidak lagi membutuhkan keberanian atau risiko besar. Cukup dengan beberapa klik, seseorang bisa menyebarkan tuduhan palsu, memotong video, atau membuat narasi bohong yang menghancurkan nama baik orang lain. Jari-jemari kini bisa lebih tajam dari pedang, dan media sosial menjadi ladang subur bagi kezaliman modern—fitnah online.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: mengapa menyakiti orang melalui dunia maya bisa semudah itu? Dan bagaimana Islam memandang tindakan yang terlihat sepele namun dampaknya begitu besar ini?

1. Mengapa Fitnah Online Begitu Mudah Terjadi?

a. Tidak melihat dampak langsung
Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa sebagian manusia mudah terjerumus dalam dosa ketika mereka “merasa tidak terlihat” dan tidak menyaksikan langsung dampaknya. Dunia digital memberikan ilusi anonim dan jarak, sehingga orang merasa bebas menghakimi, menuduh, dan menyebarkan kabar tanpa berpikir panjang.

b. Emosi mengalahkan akal
Seringkali orang mengetik dulu, berpikir kemudian. Padahal Allah berfirman:

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.”
(QS. Al-Isra’ 17:36)

Namun ayat ini sering terlupakan saat emosi memuncak di kolom komentar.

c. Lingkungan digital yang toxic
Algoritma menyukai drama dan sensasi. Akibatnya, konten fitnah lebih cepat viral daripada kebenaran. Banyak orang akhirnya ikut menyebarkan tanpa tabayyun.

2. Dalil Islam: Fitnah adalah Dosa Besar

Islam mengharamkan fitnah dan tuduhan palsu karena kerusakan yang ditimbulkannya sangat besar.

Allah mengingatkan:

“Fitnah itu lebih besar (kejahatannya) daripada pembunuhan.”
(QS. Al-Baqarah 2:191)

Ayat ini menunjukkan betapa seriusnya merusak kehormatan seseorang.

Allah juga berfirman:

“Jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka periksalah kebenarannya…”
(QS. Al-Hujurat 49:6)

Rasulullah ? bersabda:

“Cukuplah seseorang dikatakan berdusta ketika ia menceritakan segala yang ia dengar.”
(HR. Muslim)

Jika menyebarkan apa yang didengar saja sudah dianggap dusta, apalagi membuat fitnah digital yang sengaja disebar?

3. Dampak Fitnah Online Menurut Islam

Fitnah online bukan sekadar komentar di layar; ia bisa:

  • menghancurkan nama baik seseorang,
  • merusak mental dan psikologis korban,
  • menyebabkan stres, depresi, hingga tindakan ekstrem,
  • menimbulkan dosa berantai karena terus tersebar.

Ulama menjelaskan bahwa dosa yang dampaknya luas di masyarakat lebih berat daripada dosa pribadi.

4. Tanggung Jawab Muslim di Era Digital

Rasulullah ? bersabda:

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya dalam konteks media sosial: Positifkan postinganmu atau jangan posting sama sekali.

Kita juga diwajibkan:

  • tabayyun sebelum share,
  • tidak ikut menyebarkan fitnah,
  • membela korban kezaliman,
  • meluruskan informasi jika tahu itu salah.

Kesimpulan

Fitnah online adalah bentuk kezaliman yang sangat berbahaya di era digital. Kata-kata yang tampak sepele di layar bisa berubah menjadi luka mendalam bagi seseorang. Islam telah memberikan peringatan keras melalui ayat Al-Qur’an, hadis, dan nasihat para ulama tentang bahaya menyebarkan kabar tanpa tabayyun dan merusak kehormatan orang lain.

Sebagai muslim, kita harus menjaga lisan dan jempol, berhati-hati sebelum menulis atau membagikan sesuatu, serta berkomitmen menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan penuh kebaikan. Dan sebagai bentuk pembersihan hati dari kebiasaan menyebarkan keburukan, kita dianjurkan memperbanyak amal saleh—terutama sedekah—agar Allah membersihkan jiwa kita dari sifat buruk dan menggantinya dengan keberkahan.

Semoga dengan menjauhi fitnah dan memperbanyak amal kebaikan, Allah memberikan ketenangan, keberkahan hidup, serta pahala yang terus mengalir hingga akhirat. Aamiin.

 

KOTA SUKABUMI

Copyright © 2025 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ  |   2.2.12