Sedekah itu untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk dilihat manusia
STOP Bersedekah Demi Formalitas! 5 Dosa Besar yang Menghancurkan Amalmu
25/11/2025 | indri irmayantiSedekah adalah amalan mulia yang menghubungkan seorang hamba dengan Tuhannya sekaligus memberikan manfaat bagi sesama. Dalam Islam, sedekah tidak hanya terbatas pada nominal uang. Senyum, membantu orang yang kesulitan, menuntun orang buta, menyingkirkan bahaya di jalan, atau sekadar memberikan nasihat yang menenangkan juga termasuk sedekah. Rasulullah ? bersabda: “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.” (HR. Tirmidzi)
Sedekah memiliki nilai spiritual yang besar. Allah berfirman:
“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.”
(QS. Ali Imran: 92)
Ayat ini menegaskan bahwa sedekah sejati bukan sekadar sisa, tetapi sesuatu yang dicintai. Memberi bukan karena terpaksa atau ingin terlihat baik di mata manusia, tetapi karena cinta kepada Allah dan empati kepada sesama.
Pandangan Ulama Tentang Keikhlasan dalam Sedekah
Imam Ibn Qayyim berkata, “Sedekah menghapus dosa seperti air memadamkan api.” Namun beliau juga memperingatkan: tanpa keikhlasan, sedekah hanyalah gerakan fisik, bukan ibadah hati. Imam As-Syafi’i menegaskan, “Amal itu sesuai tujuannya. Jika engkau mencari dunia melalui amalmu, engkau mendapat dunia. Jika engkau mencari akhirat, engkau mendapat akhirat.”
Imam Al-Ghazali menyebut riya sebagai penyakit spiritual yang menjadikan manusia—bukan Allah—sebagai tujuan utama beramal.
Contoh Sedekah yang Benar
Nilai sebuah amal tidak ditentukan besarnya nominal. Memberi dengan penuh keikhlasan, menjaga martabat penerima, serta menghasilkan manfaat nyata adalah ciri utama sedekah yang baik. Allah berfirman:
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang disertai menyakiti (perasaan).”
(QS. Al-Baqarah: 263)
Sedikit namun menjaga kehormatan jauh lebih mulia daripada banyak namun merendahkan.
5 Dosa Besar yang Menghancurkan Pahala Sedekah
1. Riya (Pamer Amal)
Motivasi mencari pujian, popularitas, atau konten bisa menghapus pahala. Allah mengecam riya:
“Maka celakalah orang-orang yang shalat… yang berbuat riya.” (QS. Al-Ma’un: 4–6)
Nabi ? bersabda: “Syirik kecil itu adalah riya.” (HR. Ahmad)
Sedekah berubah menjadi “marketing diri”, bukan ibadah.
2. Menyakiti Perasaan Penerima
Mengungkit, merendahkan, atau menghina penerima menghancurkan nilai amal.
“Janganlah kamu membatalkan sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan.” (QS. Al-Baqarah: 264)
3. Demi Popularitas atau Branding Sosial
Menampilkan wajah penerima yang menangis demi views atau citra adalah bentuk riya publik. Syaikh Ibnu Utsaimin berkata: menunjukkan amal boleh jika untuk mengajarkan, bukan ketenaran.
4. Harta Haram
Memberi dari hasil korupsi, penipuan, riba, atau bisnis haram tidak diterima. Nabi ? bersabda: “Allah itu Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik.” (HR. Muslim)
5. Mental Transaksional
Beramal agar bisnis lancar atau keuntungan dunia lainnya adalah niat yang salah.
“Sesungguhnya amal itu tergantung niat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Solusi Agar Sedekah Diterima Allah
Pertama, bersihkan niat sebelum memberi. Tanyakan: “Jika tidak ada kamera, apakah aku tetap akan memberi?”
Kedua, sembunyikan sedekah, sebagaimana Nabi ? menyebut golongan yang memberi tanpa diketahui bahkan oleh tangan kirinya (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketiga, salurkan melalui lembaga terpercaya seperti BAZNAS agar tepat sasaran serta menghindari pencitraan.
Keempat, pastikan sumber harta halal.
Terakhir, yakini bahwa pahala datang dari Allah, bukan dari manusia.
Sedekah adalah ibadah hati. Jika dilakukan demi formalitas, ia hanya menjadi topeng, bukan jalan menuju ridha Allah.