Utamakan upgrade diri, gaya hidup mengikuti

Upgrade Diri atau Upgrade Gaya Hidup? Menentukan Pilihan yang Bijak dalam Perspektif Islam

14/11/2025 | Yessi Ade Lia Putri

Di era modern, banyak orang berlomba-lomba meningkatkan kualitas hidup, baik dari segi materi, penampilan, maupun keterampilan. Namun, muncul dilema: apakah lebih baik fokus pada upgrade diri—mengasah kemampuan, pengetahuan, dan akhlak—atau upgrade gaya hidup—meningkatkan status sosial, penampilan, dan konsumsi materi?

Islam menekankan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman:

"Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari dunia." (QS. Al-Qashash: 77)

Ayat ini menegaskan bahwa dunia itu penting, tetapi bukan tujuan utama. Dengan memahami perspektif ini, setiap Muslim dapat menempatkan prioritas secara bijak.

Upgrade Diri: Investasi Jangka Panjang

Upgrade diri meliputi peningkatan ilmu, akhlak, spiritual, kesehatan, dan keterampilan. Islam menekankan bahwa investasi pada diri sendiri adalah paling mulia karena memberi manfaat dunia dan akhirat.

  • Ilmu dan Keterampilan: Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah). Ilmu dan keterampilan membuat seseorang lebih bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, dan pekerjaan.
  • Akhlak dan Spiritual: Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ilmu tanpa akhlak seperti pohon tanpa buah—tidak memberi manfaat bagi dunia maupun akhirat.
  • Kesehatan dan Disiplin Diri: Tubuh adalah amanah Allah. Rasulullah SAW bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.” (HR. Muslim). Disiplin dalam ibadah, pola makan, tidur, dan olahraga termasuk upgrade diri yang meningkatkan kualitas hidup.

Fokus pada upgrade diri juga membawa ketenangan batin, kepercayaan diri, dan kebahagiaan yang tahan lama, sehingga tidak mudah terjebak tekanan sosial atau konsumtif.

Upgrade Gaya Hidup: Kebutuhan atau Godaan?

Upgrade gaya hidup meliputi penampilan, barang mewah, atau status sosial. Islam memperbolehkan hidup nyaman, tetapi tidak berlebihan (israf). Allah SWT berfirman:

"Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan." (QS. Al-Isra: 26-27)

Beberapa prinsip penting:

  • Tidak melampaui kemampuan finansial
  • Tidak untuk pamer atau riya’
  • Mendukung produktivitas dan ibadah

Fokus berlebihan pada gaya hidup bisa menimbulkan stres, kecemburuan sosial, dan ketidakpuasan batin. Ulama menekankan bahwa kepemilikan dunia sah asal tidak melalaikan diri dari tanggung jawab, ibadah, atau akhlak.

Kesederhanaan dan Moderasi

Islam menekankan qana’ah, yaitu cukup dan bersyukur. Rasulullah SAW bersabda: “Kaya bukanlah karena banyak harta, tetapi kaya adalah kaya hati.” (HR. Bukhari). Kesederhanaan bukan menolak peningkatan hidup, tetapi menempatkannya sesuai kebutuhan, kemampuan, dan niat yang benar.

Strategi Praktis

1.     Evaluasi Niat: Pastikan upgrade diri atau gaya hidup didasari niat baik.

2.     Skala Prioritas: Pilih upgrade yang memberi manfaat dunia dan akhirat.

3.     Manfaat Jangka Panjang: Ilmu, akhlak, dan keterampilan lebih abadi dibanding barang mewah.

4.     Moderasi: Terapkan prinsip wasatiyyah—hidup seimbang.

Kesimpulan

Dalam Islam, upgrade diri sebaiknya menjadi prioritas utama. Menuntut ilmu, memperbaiki akhlak, menjaga kesehatan, dan meningkatkan keterampilan memberi manfaat yang abadi dan memperkuat pondasi hidup. Upgrade gaya hidup diperbolehkan, tetapi harus moderat, sesuai kemampuan, dan mendukung produktivitas serta ibadah. Dengan menyeimbangkan keduanya, seseorang dapat menjalani kehidupan yang berkah, bermanfaat, dan harmonis antara dunia dan akhirat.

KOTA SUKABUMI

Copyright © 2025 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ  |   2.2.12