Impian tak butuh sempurna, hanya butuh setia

Antara Impian dan Kenyataan, Ada Konsistensi yang Sering Ditinggalkan

04/12/2025 | Yessi Ade Lia Putri

Setiap manusia memiliki impian. Ada yang memimpikan kesuksesan, ketenangan jiwa, keluarga harmonis, ilmu yang bermanfaat, hingga hidup yang diridhai Allah. Namun tidak sedikit impian yang berhenti sebatas rencana. Banyak yang gagal bukan karena tidak mampu, melainkan karena konsistensi yang ditinggalkan di tengah jalan.

Kita sering memulai dengan semangat besar, tetapi melemah saat proses menjadi berat. Di sinilah jarak antara impian dan kenyataan semakin terasa.

1. Konsistensi dalam Pandangan Al-Qur’an

Allah menegaskan bahwa perubahan tidak terjadi tanpa usaha yang terus dijaga:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)

Ayat ini mengajarkan bahwa perubahan membutuhkan proses yang berulang, bukan semangat sesaat. Impian butuh istiqamah, bukan hanya niat.

Allah juga berfirman:

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.”
(QS. Al-‘Ankabut: 69)

Kesungguhan dalam ayat ini bukan berarti sebentar, tetapi ketekunan yang dipelihara dalam waktu panjang.

2. Mengapa Konsistensi Sering Gagal di Tengah Jalan

Beberapa penyebab utama seseorang meninggalkan konsistensi:

  • Terjebak euforia awal, semangat tinggi di awal lalu melemah ketika emosi turun.
  • Tidak siap dengan hasil yang lama, ingin perubahan instan di dunia yang serba cepat.
  • Takut tidak diapresiasi, merasa lemah ketika perjuangan berjalan tanpa sorotan.
  • Lelah menghadapi ujian berulang, mengira ujian hanya datang sekali, padahal ia bagian dari perjalanan.

Padahal Allah telah mengingatkan:

“Dan sungguh, akhir itu lebih baik bagimu daripada permulaan.”
(QS. Ad-Dhuha: 4)

Artinya, fase terberat sering berada sebelum hasil terbaik.

3. Hadits tentang Nilai Amal yang Konsisten

Rasulullah ? bersabda:

“Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini mengajarkan bahwa keberkahan terletak pada keberlanjutan, bukan hanya pada besarnya amal di awal.

4. Konsistensi dalam Pandangan Ulama

Imam Al-Ghazali berkata:

“Amal yang sedikit tetapi terus-menerus lebih baik daripada amal yang banyak tetapi terputus.”

Sufyan Ats-Tsauri bahkan menegaskan bahwa istiqamah lebih berat daripada ribuan karamah, karena ia menuntut kesabaran setiap hari, bukan keajaiban sesaat.

5. Antara Keinginan dan Proses yang Melelahkan

Banyak orang mencintai hasil, tetapi tidak mencintai proses. Mereka ingin sukses tanpa disiplin, ingin tenang tanpa kesabaran, ingin bahagia tanpa luka.

Padahal Allah berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam susah payah.”
(QS. Al-Balad: 4)

Lelah bukan kesalahan hidup, melainkan bagian dari kehidupan itu sendiri.

6. Takdir Bukan Alasan untuk Berhenti Berusaha

Sebagian orang berhenti dengan alasan “ini sudah takdir.” Padahal Allah menegaskan:

“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.”
(QS. An-Najm: 39)

Takdir tidak pernah mematikan ikhtiar. Justru ikhtiar adalah bagian dari takdir itu sendiri.

7. Aksi Nyata Menjaga Konsistensi

Agar konsistensi tidak hanya menjadi teori:

1.     Kecilkan target, besarkan keberlanjutan
Mulailah dari yang ringan namun rutin.

2.     Ikat niat dengan ibadah
Luruskan tujuan agar lelah bernilai pahala.

3.     Bangun lingkungan yang menguatkan
Berada di sekitar orang yang istiqamah akan menulari semangat.

4.     Terima fase turun sebagai bagian dari proses
Tidak semua hari harus sempurna.

5.     Perbanyak doa agar diberi keteguhan hati
Karena istiqamah adalah karunia, bukan semata kekuatan diri.

Kesimpulan

Impian tidak pernah menuntut kesempurnaan, tetapi menuntut kesetiaan pada proses. Jarak antara impian dan kenyataan sejatinya dijembatani oleh konsistensi. Istiqamah dalam kebaikan, dalam ikhtiar, dalam doa, dan dalam perjuangan adalah bukti kejujuran kita terhadap cita-cita hidup yang lebih bermakna. Seperti yang diajarkan Al-Qur’an, hadits, dan nasihat para ulama, keberhasilan sejati bukanlah hasil dari semangat sesaat, melainkan buah dari langkah kecil yang dijaga setiap hari.

 

KOTA SUKABUMI

Copyright © 2025 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ  |   2.2.12