Kalau hati kosong, dunia tak akan bisa mengisinya
Bukan Kurang Bahagia, Mungkin Kamu Lupa Satu Hal yang Islam Ajarkan
26/11/2025 | Yessi Ade Lia PutriDi era modern yang penuh kemudahan, teknologi, dan kelimpahan informasi, banyak orang justru merasa gelisah dan tidak bahagia. Mereka mengejar berbagai pencapaian duniawi, berharap kebahagiaan datang dari materi, perhatian manusia, atau validasi sosial. Padahal, Islam telah mengajarkan sejak ribuan tahun yang lalu bahwa kebahagiaan sejati tidak bersumber dari luar diri, melainkan dari dalam hati yang hidup dengan mengingat Allah (dzikrullah).
1. Hati yang Tenteram adalah Kunci Kebahagiaan
Allah SWT menyebutkan dengan sangat jelas bahwa ketenangan jiwa (thuma’ninah) lahir dari dzikrullah dalam QS. Ar-Ra’d: 28
Imam Ibn Katsir menjelaskan bahwa tak ada sesuatu pun yang mampu benar-benar menenangkan hati manusia selain ingat kepada Allah. Imam Al-Qurthubi menambahkan bahwa ketenangan dalam ayat ini adalah ketenangan hakiki yang menghidupkan hati dan menghadirkan rasa bahagia batin.
Inilah sebabnya, meskipun seseorang memiliki segalanya, hatinya tetap bisa merasa kosong—karena ia lupa menyambungkan hatinya kepada Penciptanya.
2. Rasulullah SAW Menegaskan bahwa Hati Adalah Sumber Segala Kebaikan
Rasulullah SAW bersabda:
"Ketahuilah, dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh tubuh baik. Jika ia rusak, rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah itu adalah hati."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Ibn Rajab Al-Hanbali menjelaskan bahwa kualitas kebahagiaan seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi hatinya. Hati yang hidup oleh iman, dzikir, dan syukur akan merasakan ketenangan meski hidup sedang berat. Sebaliknya, hati yang lalai akan merasa gelisah meski dikelilingi banyak kenikmatan.
3. Kurang Syukur, Sumber Gelisah yang Tak Disadari
Menurut Imam Asy-Syaukani, tambahan nikmat di ayat ini bukan hanya materi, melainkan juga ketenangan batin dan kebahagiaan. Ketika seseorang lupa bersyukur, fokusnya tertuju pada kekurangan, bukan karunia yang sudah ia miliki. Akibatnya, hatinya sulit merasakan cukup.
4. Kurang Tawakkal: Memikul Beban yang Seharusnya Milik Allah
Banyak kegelisahan muncul karena kita ingin mengendalikan segalanya. Allah menegaskan dalam QS. At-Talaq: 3
Ibn ‘Atha’illah berkata dalam Al-Hikam:
"Istirahatkan dirimu dari rencana-rencanamu, karena apa yang Allah lakukan untukmu lebih baik dari apa yang engkau rencanakan sendiri."
Tawakkal membebaskan hati dari kecemasan dan membuat jiwa lebih ringan.
5. Dunia Memang Tempat Ujian
Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa manusia memang diciptakan untuk menghadapi kesulitan. Karena itu, kebahagiaan bukan berarti hidup tanpa masalah, tetapi hati yang mampu menerima takdir dengan sabar dan ridha.
Kesimpulan
Rasa gelisah, hampa, atau tidak bahagia sebenarnya sering berasal dari hati yang jauh dari Allah. Islam mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukan terletak pada dunia, melainkan pada hati yang hidup: hati yang berdzikir, bersyukur, bertawakkal, dan terhubung dengan Allah melalui ibadah. Ketika hati kembali kepada-Nya, ketenangan pun datang dengan sendirinya.