Hijrah bukan tentang sempurna, tapi terus kembali
Hijrah Bukan Gagal, Kamu Hanya Belum Tahu Cara Memulainya
21/11/2025 | Yessi Ade Lia PutriDalam perjalanan hidup, ada masa ketika hati tiba-tiba ingin berubah menjadi lebih baik. Keinginan itu disebut hijrah. Namun banyak orang merasa gagal sebelum benar-benar memulai. Baru beberapa hari meninggalkan kebiasaan buruk, jatuh lagi. Baru mulai rajin ibadah, lalu futur. Akhirnya muncul pikiran: “Sepertinya aku gagal hijrah.”
Padahal kamu tidak gagal — kamu hanya belum tahu cara memulai hijrah dengan benar.
1. Hijrah Itu Proses Bertahap, Bukan Instan
Hijrah bukan perubahan dalam sehari. Para sahabat pun ditempa sedikit demi sedikit.
Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, pasti Kami beri petunjuk kepada jalan-jalan Kami.”
(QS. Al-Ankabut: 69)
Ibn Katsir menjelaskan bahwa hidayah turun sebanding dengan kesungguhan, bukan kecepatan. Jadi ketika kamu jatuh, itu tidak berarti gagal — itu bagian dari proses Allah membentukmu.
2. Jatuh Bangun Itu Tanda Kamu Sedang Bergerak
Rasulullah ? bersabda:
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik yang bersalah adalah yang bertaubat.”
(HR. Tirmidzi)
Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa Allah mencintai hamba yang kembali setelah terjatuh. Sahl At-Tustari berkata:
“Langkah pertama menuju Allah adalah menyadari kelemahan diri.”
Jika kamu merasa lemah, sering salah, atau belum kuat — itu artinya hatimu sedang dipanggil untuk membaik.
3. Mulai dari yang Kecil, Tapi Konsisten
Salah satu penyebab seseorang merasa gagal hijrah adalah memulai terlalu besar. Padahal Nabi ? bersabda:
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang paling konsisten meski sedikit.”
(HR. Bukhari & Muslim)
Imam Asy-Syafi’i menekankan bahwa amalan kecil namun terjaga lebih mengubah hati daripada amalan besar yang tidak bertahan lama.
Mulailah dari:
- meningkatkan kualitas shalat,
- membaca 1–2 halaman Al-Qur’an,
- mengurangi maksiat sedikit demi sedikit.
Perubahan kecil tetap berharga di sisi Allah.
4. Lingkungan Menentukan Kuat-Tidaknya Hijrah
Kadang seseorang bukan gagal, tetapi sendirian.
Rasulullah ? bersabda:
“Seseorang mengikuti agama temannya.”
(HR. Abu Dawud)
Al-Ghazali menyebut teman sebagai “cermin hati.” Maka carilah lingkungan yang mendukungmu:
- teman yang juga ingin berubah,
- komunitas kajian,
- circle yang mengingatkanmu kepada Allah.
Hijrah tanpa teman sering membuat hati rapuh.
5. Hijrah Itu Perang Melawan Nafsu — Wajar Jika Berat
Allah berfirman:
“Barang siapa menahan diri dari keinginan hawa nafsu, maka surgalah tempat tinggalnya.”
(QS. An-Nazi’at: 40–41)
Ibn Qayyim menjelaskan bahwa musuh terbesar manusia adalah nafsunya sendiri. Rasa berat justru tanda bahwa kamu sedang berjuang, bukan gagal.
Jika kamu merasa:
- berat meninggalkan kebiasaan buruk,
- berat memulai ibadah,
- berat menahan diri,
itu ciri bahwa hijrahmu sedang diuji seperti orang beriman lainnya.
6. Tarikan Masa Lalu Bukan Sinyal Gagal, Tapi Ujian Kenaikan Level
Allah berfirman:
“Apakah manusia mengira mereka akan dibiarkan berkata ‘kami beriman’ sedangkan mereka belum diuji?”
(QS. Al-Ankabut: 2)
Ulama tafsir menjelaskan bahwa ujian justru bukti iman sedang naik.
Teman lama, godaan lama, kebiasaan lama — semuanya hadir untuk menguatkanmu.
Rasulullah ? bersabda:
“Surga dikelilingi hal-hal yang tidak disukai.”
(HR. Muslim)
Kalau hijrah terasa berat, justru itu tanda kamu ada di jalur yang benar.
7. Hijrah Adalah Penyembuhan Hati
Sering kali seseorang berhijrah karena hati lelah. Allah berfirman:
“Dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)
Ibn al-Qayyim mengatakan bahwa maksiat menggelapkan hati, sedangkan taat memberi cahaya. Hijrah adalah perjalanan pulang menuju cahaya itu — penyembuhan bagi jiwa.
8. Doa yang Menguatkan Proses Hijrah
Rasulullah ? mengajarkan doa-doa berikut:
1. “Ya Muqallibal Qulub, tsabbit qalbi ‘ala dinik.”
(HR. Tirmidzi)
2. “Allahumma ihdini wa saddidni.”
(HR. Muslim)
3. “Allahumma inni a’udzu bika min syarri nafsi.”
4. “Rabbighfir li wa tub ‘alayya…”
(QS. Al-Baqarah: 128)
Doa-doa ini adalah bahan bakar hijrah — gulirkan setiap hari.
Kesimpulan
Hijrah bukan tentang menjadi sempurna, bukan tentang tidak pernah jatuh, dan bukan tentang berubah dalam semalam. Hijrah adalah perjalanan panjang yang penuh jatuh-bangun, penuh tarikan masa lalu, penuh perjuangan terhadap diri sendiri. Jika kamu masih ingin kembali kepada Allah, jika kamu terus mencoba meski lemah, maka kamu tidak gagal — kamu sedang berproses.
Allah tidak menilai seberapa cepat kamu berubah, tetapi seberapa kuat kamu terus kembali kepada-Nya.
Semoga Allah meneguhkan setiap langkah kecilmu, menguatkan hatimu, dan menjadikan hijrah ini jalan menuju ketenangan yang selama ini kamu cari. Aamiin.