Utamakan hal penting, jangan tergoda keinginan sesaat
Mana yang Harus Didahulukan: Kebutuhan atau Keinginan?
14/11/2025 | Yessi Ade Lia PutriMana yang Harus Didahulukan: Kebutuhan atau Keinginan?
Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh godaan, manusia sering dihadapkan pada pilihan antara mendahulukan kebutuhan atau memenuhi keinginan. Keduanya penting, namun tingkat urgensinya berbeda. Banyak orang terjebak konsumsi berlebihan karena tidak bisa membedakan mana yang benar-benar penting, sehingga menghadapi masalah finansial, emosional, bahkan spiritual.
Memahami Perbedaan Kebutuhan dan Keinginan
Secara sederhana, needs adalah hal-hal penting yang wajib dipenuhi agar hidup berjalan normal dan stabil, seperti makanan, pakaian layak, tempat tinggal, pendidikan dasar, dan kesehatan. Sedangkan wants bersifat tambahan, untuk kepuasan, gaya hidup, atau kenyamanan ekstra.
Tiga perbedaan utama:
1. Needs bersifat mendesak, wants bisa ditunda.
2. Needs membuat hidup berjalan, wants membuatnya lebih menyenangkan.
3. Needs berdampak jangka panjang, wants biasanya hanya memberi kebahagiaan sesaat.
Tanpa pemahaman ini, seseorang mudah tergoda untuk mengutamakan hal yang tidak penting karena gengsi atau pengaruh lingkungan.
Pandangan Islam tentang Prioritas Hidup
Islam menekankan prinsip: “Dar’ul mafsadat muqaddam ‘ala jalbil mashalih”, artinya mencegah kerusakan lebih utama daripada mencari keuntungan. Hal-hal penting termasuk dharuriyat—perkara yang harus ada agar manusia tidak mengalami kesulitan hidup: agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Memenuhi kebutuhan pokok seperti makan, kesehatan, dan pendidikan menjadi kewajiban.
Rasulullah SAW juga mengingatkan pentingnya pengelolaan harta: “Sebaik-baik harta adalah harta yang berada di tangan orang saleh.” (HR. Ahmad). Prioritas utama adalah memenuhi kewajiban, baru kemudian hal tambahan.
Psikologi: Mengapa Keinginan Lebih Menggoda?
Manusia lebih mudah tergoda keinginan karena terkait hormon dopamin, hormon “reward” yang muncul saat membeli barang baru atau memanjakan diri. Hal-hal penting biasanya tidak memicu sensasi, sehingga banyak orang mengabaikannya. Akibatnya muncul fenomena belanja impulsif, ikut tren, membeli barang untuk gengsi, atau FOMO (fear of missing out). Tanpa kontrol diri, seseorang bisa terjebak dalam lingkaran konsumtif.
Manajemen Keuangan: Kebutuhan Harus Didahulukan
Prinsip umum manajemen keuangan: “Prioritaskan kebutuhan, batasi keinginan.” Jika hal penting tidak terpenuhi, hidup akan terganggu. Memenuhi keinginan terlebih dahulu berpotensi menyebabkan defisit anggaran, utang konsumtif, dan stres finansial.
Beberapa alasannya:
- Hal penting bersifat jangka panjang, misalnya pendidikan dan kesehatan.
- Keinginan cepat hilang, tidak memiliki nilai ekonomi, dan tidak berdampak pada masa depan.
- Hal penting menciptakan stabilitas, sedangkan keinginan hanya memberi kebahagiaan sesaat.
Cara Menentukan Prioritas
1. Metode 3 tingkatan: Needs – Wants – Luxury. Needs penting, Wants untuk tambahan, Luxury untuk barang mewah yang sebenarnya tidak perlu.
2. Tunda keputusan 24 jam: Jika bukan kebutuhan, menunda membeli dapat meredakan keinginan sesaat.
3. Catat pengeluaran bulanan: Dengan mengetahui pola pengeluaran, seseorang bisa lebih bijak dalam mengatur keuangan.
Keinginan Tidak Salah, Asal Tepat Prioritas
Keinginan boleh dipenuhi selama tidak melampaui batas, tidak mengganggu kebutuhan utama, tidak boros, dan tidak menimbulkan utang. Islam menganjurkan menikmati dunia dengan cara yang halal dan seimbang. Allah berfirman: “Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31).
Kesimpulan
Kebutuhan dan keinginan sama-sama bagian dari hidup. Namun, ketika keduanya berbenturan, kebutuhan harus didahulukan karena berkaitan dengan keberlangsungan hidup, stabilitas, dan tanggung jawab. Keinginan hanya boleh diikuti jika kebutuhan telah terpenuhi dan kondisi keuangan memungkinkan. Dengan memahami prioritas, seseorang akan lebih tenang dalam mengambil keputusan, lebih bijak dalam mengelola keuangan, dan lebih stabil secara mental serta spiritual. Mengutamakan kebutuhan bukan berarti menghilangkan kebahagiaan, tetapi menata hidup agar tetap seimbang, bijak, dan sesuai prinsip Islam serta manajemen diri.