Normal belum tentu benar. Tetap kuat menjaga batas syariat
Waspada Normalisasi Pergaulan Bebas: Tantangan Terbesar Remaja Muslim di Era Media Sosial
20/11/2025 | indri irmayantiNormalisasi pergaulan bebas semakin marak di media sosial dan menjadi tantangan besar bagi remaja Muslim. Media sosial kini bukan hanya tempat berbagi aktivitas, tetapi ruang yang secara halus membentuk gaya hidup, cara berpikir, serta standar moral. Perilaku yang dulu dianggap tabu kini terlihat wajar, modern, bahkan keren di mata sebagian remaja. Inilah yang menjadi kekhawatiran besar bagi generasi Muslim yang sedang tumbuh di era digital.
Pergaulan Bebas dalam Pandangan Islam
Islam sangat menekankan pentingnya menjaga kehormatan (iffah) dan rasa malu (haya’). Allah SWT berfirman:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”
(QS. Al-Isra’: 32)
Ayat ini tidak hanya melarang zina, tetapi juga segala aktivitas yang mendekati dan mengantarkan kepadanya. Pacaran bebas, chatting mesra, berduaan, sentuhan fisik, hingga mengonsumsi konten vulgar adalah langkah awal menuju perbuatan yang lebih besar.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang perempuan kecuali syaitan menjadi yang ketiganya.”
(HR. Tirmidzi)
Hari ini, khalwat tak lagi harus bertemu langsung. “Khalwat digital” melalui DM, video call, dan konten sensual telah menjadi pintu godaan baru.
Normalisasi Pergaulan Bebas di Media Sosial
Media sosial sangat berpengaruh dalam membentuk persepsi remaja. Banyak konten kreator menampilkan hubungan tanpa batas antara laki-laki dan perempuan sebagai hal yang romantis, lucu, atau bahkan wajib untuk “diwajaran”. Dampaknya:
- Pacaran dianggap kebutuhan emosional.
- Remaja yang menjaga diri justru dianggap tidak gaul.
- Konten vulgar dianggap hiburan biasa.
- Standar moral perlahan menurun tanpa disadari.
Inilah bahaya dari normalisasi: ia merusak dari dalam tanpa terasa.
Pandangan Ulama tentang Bahaya Pergaulan Bebas
Para ulama sejak dahulu telah memperingatkan bahaya pergaulan bebas:
- Imam Al-Ghazali menyebut pandangan bebas sebagai “panah beracun dari syaitan”.
- Ibnu Qayyim Al-Jawziyyah menegaskan bahwa maksiat besar selalu dimulai dari langkah kecil yang diremehkan.
- Imam Nawawi menyatakan khalwat dan sentuhan tanpa mahram adalah pintu dosa yang harus dijauhi.
Mereka sepakat: menjaga batas pergaulan adalah bentuk ketaatan yang melindungi diri dan kehormatan seorang Muslim.
Tantangan Remaja Muslim di Era Digital
Hari ini remaja Muslim menghadapi tantangan besar, seperti:
- Tekanan sosial untuk menjadi seperti yang dilihat di media sosial.
- Konten normalisasi yang terus muncul di timeline.
- Kurangnya literasi agama, sehingga batasan syariat dianggap ketinggalan zaman.
- Lingkungan pertemanan yang sering mendorong hal-hal negatif.
Solusi untuk Menjaga Diri
Islam memberikan jalan keluar yang jelas, di antaranya:
- Memperkuat hubungan dengan Allah, melalui salat, zikir, dan membaca Al-Qur’an.
- Menjaga pandangan, menghindari konten yang merusak hati.
- Memilih pergaulan yang baik, karena teman sangat memengaruhi karakter.
- Bijak dalam menggunakan media sosial, memfilter konten dan akun yang diikuti.
- Sibuk dengan kegiatan positif, seperti olahraga, belajar, dan aktivitas masjid.
Kesimpulan
Normalisasi pergaulan bebas adalah ancaman besar bagi akhlak remaja Muslim. Ketika sesuatu yang dilarang syariat dianggap wajar, batas halal dan haram menjadi kabur. Karena itu, remaja perlu memperkuat iman, memfilter media sosial, menjaga pergaulan, dan membangun lingkungan yang mendukung nilai Islam. Syariat bukan untuk membatasi, tetapi untuk melindungi kehormatan dan masa depan generasi.