Ibadah sedikit tapi konsisten, itu yang paling Allah cintai

Rasanya Jauh dari Allah? Mulailah dari Ibadah yang Paling Sederhana

03/12/2025 | Yessi Ade Lia Putri

Hampir setiap Muslim pernah mengalami masa ketika hati terasa jauh dari Allah SWT. Ibadah terasa berat, doa seakan tak sampai, dan jiwa dipenuhi kegelisahan. Padahal, rasa “jauh” itu bukan karena Allah meninggalkan kita, tetapi karena kita yang perlahan menjauh tanpa disadari. Kabar baiknya, untuk kembali dekat kepada Allah tidak harus dimulai dari ibadah yang berat. Justru, langkah terbaik adalah memulai dari amalan sederhana yang mudah dilakukan secara konsisten.

1. Allah Itu Dekat—Kita yang Sering Menjauh

Ketika hati terasa hampa, sebagian orang mengira bahwa Allah telah meninggalkannya. Padahal, Al-Qur’an menegaskan bahwa Allah sangat dekat dengan hamba-Nya.
Allah SWT berfirman:

“Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-Ku…” (QS. Al-Baqarah: 186)

Ibn Katsir menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan kedekatan Allah melalui ilmu-Nya, pengawasan-Nya, dan jawaban atas doa hamba-hamba-Nya. Artinya, Allah tidak pernah pergi. Kitalah yang perlu kembali mendekat.

Ibn Qayyim al-Jauziyyah berkata:

“Jarak antara seorang hamba dengan Allah adalah jarak antara hatinya dan taubatnya.”

Kembali kepada Allah dimulai bukan dari banyaknya ibadah, tetapi dari hati yang ingin pulang.

2. Mengapa Memulai dari yang Paling Sederhana?

Banyak orang berusaha kembali mendekat kepada Allah tetapi merasa harus langsung melakukan ibadah berat. Padahal Rasulullah ? mengajarkan bahwa amalan paling dicintai Allah adalah yang dilakukan secara konsisten meskipun sedikit.

Beliau bersabda:

“Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang paling rutin meski sedikit.” (HR. Bukhari)

Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa amalan kecil yang konsisten lebih baik daripada amalan besar yang tidak mampu dijaga. Iman memang naik turun, dan ketika sedang turun, ibadah sederhana adalah cara menghidupkannya kembali.

3. Ibadah Sederhana untuk Memulai Kembali

A. Menjaga Shalat Wajib
Mulailah dari yang paling mendasar: shalat tepat waktu. Jangan menunggu rasa khusyuk sempurna. Imam Hasan al-Bashri mengatakan bahwa shalat yang awalnya lalai akan perlahan menjadi khusyuk jika terus dijaga.

B. Dzikir Ringan di Setiap Waktu
Ucapan Astaghfirullah, Alhamdulillah, atau Hasbunallah wa ni’mal wakil adalah dzikir singkat namun penuh pahala. Rasulullah ? bersabda bahwa dua kalimat dzikir yang ringan di lisan tetapi berat di timbangan adalah:
Subhanallahi wa bihamdih, Subhanallahil ‘Azhim.

C. Membaca Satu Ayat Al-Qur’an Sehari
Tidak perlu langsung satu juz. Satu ayat setiap hari setelah shalat sudah cukup untuk membuat hati tetap terikat dengan Al-Qur’an.

D. Sedekah Kecil yang Dilakukan Rutin
Sedekah tidak harus besar. Satu kebaikan kecil setiap hari, bahkan sekadar senyum yang tulus, sudah termasuk sedekah.

4. Rasa Jauh dari Allah Adalah Tanda Rindu

Ibn Qayyim mengatakan bahwa rasa sempit dan gelisah sering kali adalah cara Allah memanggil hamba-Nya agar kembali. Jika hati terasa kosong, itu pertanda bahwa ruh sedang rindu kepada Pemiliknya.

5. Kisah Singkat yang Menguatkan

Seorang pemuda di masa Tabi’in pernah merasa hatinya keras dan jauh dari Allah. Hasan al-Bashri menasihatinya: “Bacalah Al-Qur’an meski satu ayat.” Langkah kecil itu mengubah hidupnya hingga ia menjadi ahli ibadah.

Ada pula seorang buruh yang selalu mengamalkan dzikir sebelum tidur: tasbih 33x, tahmid 33x, takbir 34x. Amalan sederhana itu membuatnya mulia di mata Allah.

Kesimpulan:
Rasa jauh dari Allah bukan akhir, tetapi awal perjalanan kembali. Mulailah dari ibadah kecil yang konsisten—shalat tepat waktu, dzikir ringan, satu ayat sehari, dan sedekah kecil. Amalan sederhana itulah yang akan membuka kembali pintu kedekatan dan ketenangan hati.

 

KOTA SUKABUMI

Copyright © 2025 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ  |   2.2.12