Mendahulukan yang Wajib, Menyempurnakan dengan Sunnah
13/11/2025 | Penulis: indri irmayanti
Utamakan yang wajib, sempurnakan dengan sunnah
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak di antara kita yang begitu semangat melakukan amalan sunnah seperti shalat tahajud, dhuha, atau puasa Senin-Kamis. Namun ironisnya, ada yang masih lalai dalam menunaikan kewajiban seperti shalat lima waktu atau membayar zakat. Padahal dalam Islam, ada urutan prioritas yang tidak boleh terbalik. Ibadah yang menjadi keharusan harus menjadi pondasi utama, sedangkan ibadah sunnah berfungsi sebagai penyempurna dan pelengkap.
Rasulullah ? bersabda dalam hadis qudsi:
“Tidaklah seorang hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang Aku wajibkan kepadanya.” (HR. Bukhari)
Hadis ini menunjukkan bahwa menjalankan perintah Allah adalah cara paling dicintai-Nya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Amalan sunnah memang memiliki nilai besar, tetapi tidak akan bermakna jika yang utama masih diabaikan. Maka, dalam perjalanan menuju ketakwaan, kuncinya adalah mendahulukan yang diperintahkan Allah, lalu menyempurnakan dengan sunnah.
Makna dan Kedudukan Wajib dan Sunnah
Dalam ajaran Islam, hal yang diwajibkan adalah segala perintah Allah yang jika dilakukan mendapat pahala dan jika ditinggalkan berdosa. Sedangkan sunnah adalah amalan yang jika dilakukan mendapat pahala, namun jika ditinggalkan tidak berdosa. Keduanya memiliki nilai dan tempat masing-masing dalam ibadah seorang Muslim.
Ibadah yang menjadi keharusan ibarat pondasi bangunan. Ia menentukan kuat atau rapuhnya bangunan keimanan seseorang. Tanpa pondasi itu, seindah apa pun amalan sunnah yang dikerjakan, akan mudah runtuh karena tidak berdiri di atas dasar yang kokoh.
Sebaliknya, amalan sunnah ibarat hiasan yang memperindah rumah. Ia menambah nilai, melengkapi kekurangan, dan menunjukkan kesungguhan hati seorang hamba dalam mencintai Tuhannya. Inilah keseimbangan yang indah dalam Islam — antara ketaatan karena perintah dan ketulusan karena cinta.
Menata Prioritas Ibadah
Untuk menata prioritas, langkah pertama adalah memastikan kewajiban telah ditunaikan dengan baik. Hal ini menjadi fondasi agar amalan lain memiliki nilai di sisi Allah. Berikut beberapa cara sederhana yang bisa diterapkan:
- Jaga shalat tepat waktu, kemudian tambahkan dengan shalat sunnah rawatib untuk menyempurnakan kekurangannya.
- Tunaikan zakat dengan benar, lalu lanjutkan dengan sedekah sukarela agar keberkahan harta semakin luas.
- Laksanakan puasa Ramadhan secara sempurna, kemudian perbanyak puasa sunnah seperti Senin-Kamis untuk menjaga semangat spiritual sepanjang tahun.
- Hormati orang tua dan keluarga, lalu perkuat dengan silaturahmi kepada kerabat dan sahabat agar hubungan sosial tetap terjaga.
Ketika urutan ini dijaga, ibadah kita menjadi lebih seimbang antara perintah utama dan amalan penyempurna. Hati pun terasa lebih tenang karena dasar ketaatan telah kokoh, sementara cinta kepada Allah tumbuh melalui amal yang dilakukan dengan keikhlasan.
Mendahulukan hal yang diwajibkan bukan berarti mengabaikan sunnah. Justru, setelah seseorang menunaikan kewajiban dengan baik, amalan tambahan akan semakin bermakna. Dari sinilah terbentuk keimanan yang utuh — taat karena perintah, dan tekun karena cinta.
Artikel Lainnya
Islam Mengajarkan Produktivitas: Mulai dari Bangun Pagi Hingga Pulang Kerja
Menjadi Muslim yang Bijak di Dunia Maya: Bukan Sekadar Viral
Rahasia Otak Manusia: Kenapa Kita Sulit Fokus?
Islam Mengajarkan Setiap Kesulitan Pasti Ada Kemudahan — Benarkah?
Depresi di Usia Remaja: Kenali, Hadapi, dan Bangkit
INGAT! Di Balik Lelahmu Ada Versi Dirimu yang Lebih Kuat

Info Rekening Zakat
Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.
BAZNAS
