WhatsApp Icon

STOP Hidup untuk Ekspektasi Orang: Kamu Berhak Menentukan Jalanmu Sendiri

08/12/2025  |  Penulis: Yessi Ade Lia Putri

Bagikan:URL telah tercopy
STOP Hidup untuk Ekspektasi Orang: Kamu Berhak Menentukan Jalanmu Sendiri

Ekspektasi manusia melelahkan, ridha Allah menenangkan

Ada banyak orang yang terlihat “sukses” di mata manusia, namun di dalam hatinya kosong, lelah, bahkan kehilangan jati diri. Bukan karena ia tidak mampu, tetapi karena ia terlalu lama hidup untuk memenuhi ekspektasi orang lain—orang tua, pasangan, lingkungan, bahkan media sosial. Pertanyaannya: apakah hidup kita memang milik orang lain?

Islam hadir sebagai agama yang membebaskan manusia dari perbudakan sesama manusia, menuju penghambaan yang murni hanya kepada Allah SWT. Maka, berhentilah hidup demi validasi manusia. Kamu berhak menentukan jalan hidupmu sendiri—selama tetap berada di jalan yang diridhai-Nya.

1. Hidup untuk Siapa? Allah atau Manusia?

Tujuan hidup seorang Muslim bukanlah untuk mendapatkan pengakuan manusia, tetapi untuk meraih ridha Allah. Ketika hidup hanya diarahkan untuk menyenangkan orang lain, maka hati akan mudah lelah karena manusia tidak pernah benar-benar puas.

Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa mencari keridaan Allah dengan kemurkaan manusia, maka Allah akan meridhainya dan menjadikan manusia pun ridha kepadanya.”
(HR. Tirmidzi)

Hadits ini menegaskan bahwa ridha Allah adalah sumber ketenangan sejati, bukan validasi manusia.

2. Ekspektasi Orang Bisa Menjadi Beban Psikologis

Tekanan untuk memenuhi standar orang lain sering membuat seseorang hidup dalam kecemasan, takut salah, dan takut gagal. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa merusak ketenangan jiwa dan kepercayaan diri.

Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian.”
(HR. Muslim)

Artinya, nilai seseorang di sisi Allah tidak ditentukan oleh standar manusia, tetapi oleh hati dan amalnya.

3. Kamu Diciptakan dengan Jalan Hidup yang Unik

Setiap orang memiliki takdir, proses, dan garis waktu yang berbeda. Tidak semua orang harus berhasil dengan cara yang sama.

Rasulullah SAW bersabda:

“Setiap orang dimudahkan sesuai dengan tujuan ia diciptakan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini mengajarkan bahwa setiap orang memiliki jalan hidupnya sendiri, dan tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain.

4. Hidup untuk Ekspektasi Orang Itu Tidak Pernah Cukup

Hari ini manusia menuntut satu hal, besok muncul tuntutan baru. Jika hidup terus diukur dari standar orang lain, maka kita tidak akan pernah merasa cukup dan tenang.

Rasulullah SAW bersabda:

“Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, tetapi kekayaan adalah kaya hati.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Ini menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati berasal dari hati yang merasa cukup, bukan dari tuntutan manusia.

5. Menentukan Jalan Hidup Bukan Berarti Durhaka

Islam mengajarkan keseimbangan antara berbakti kepada orang tua dan tetap berada dalam kebenaran. Menghormati orang tua itu wajib, tetapi ketaatan kepada Allah tetap utama.

Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah.”
(HR. Ahmad)

Artinya, memilih jalan hidup yang baik dan benar bukanlah durhaka, justru itu wujud tanggung jawab sebagai hamba Allah.

6. Kamu Berhak Bahagia Tanpa Harus Menjadi Versi Orang Lain

Bahagia bukan tentang paling cepat sukses, paling kaya, atau paling dipuji. Bahagia adalah ketika hati merasa tenang dan dekat dengan Allah.

Rasulullah SAW bersabda:

“Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan Allah menjadikannya merasa cukup.”
(HR. Muslim)

Hadits ini menegaskan bahwa rasa cukup adalah kunci kebahagiaan, bukan pengakuan sosial.

7. Aksi Nyata: Berhenti Hidup untuk Ekspektasi Orang

Agar tidak berhenti di teori, berikut langkah nyata yang bisa dilakukan:

  • Menuliskan tujuan hidup versi diri sendiri.
  • Mengurangi overthinking terhadap komentar orang.
  • Memperkuat ibadah agar hati lebih kokoh.
  • Belajar berkata “tidak” dengan adab.
  • Memilih lingkungan yang mendukung keimanan dan mental.

Rasulullah SAW bersabda:

“Orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
(HR. Thabrani)

Artinya, hidup bukan untuk pembuktian diri, tetapi untuk memberi manfaat.

Kesimpulan

Hidup untuk terus memenuhi ekspektasi manusia hanya akan membuat hati lelah dan kehilangan arah. Islam mengajarkan bahwa tujuan utama hidup adalah meraih ridha Allah SWT, bukan sekadar validasi dari manusia. Setiap orang memiliki jalan hidup yang berbeda, sehingga membandingkan diri dengan orang lain hanya akan melahirkan kegelisahan.

Menentukan jalan hidup sendiri bukanlah bentuk durhaka selama tetap berada dalam nilai iman dan kebaikan. Ketika seseorang berhenti mengejar pengakuan manusia dan mulai berjalan mendekat kepada Allah, hidup akan terasa lebih tenang, lebih ringan, dan lebih bermakna.

Bagikan:URL telah tercopy
Info Rekening Zakat

Info Rekening Zakat

Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.

BAZNAS

Info Rekening Zakat