WhatsApp Icon
Menghidupkan Kembali Empati: Tantangan Akhlak di Era Modern dalam Pandangan Islam

Perkembangan zaman modern membawa berbagai kemudahan dalam kehidupan manusia. Kemajuan teknologi, media sosial, dan globalisasi telah mempercepat arus informasi serta memperluas interaksi antarindividu. Namun, di balik manfaat tersebut, muncul tantangan serius dalam aspek akhlak, salah satunya adalah melemahnya empati. Sikap individualistis, minim kepedulian terhadap penderitaan orang lain, serta mudahnya melontarkan ujaran kebencian menjadi fenomena yang semakin sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam Islam, empati bukan sekadar nilai sosial, melainkan bagian dari akhlak mulia (akhlaq al-karimah) yang mencerminkan kualitas iman seseorang. Seorang Muslim tidak hanya dituntut untuk taat dalam ibadah ritual, tetapi juga memiliki kepedulian dan kepekaan sosial terhadap sesama manusia.

Konsep Empati dalam Islam

Empati dalam Islam berkaitan erat dengan konsep rahmah (kasih sayang), ta’awun (tolong-menolong), dan ukhuwah (persaudaraan). Seorang Muslim dianjurkan untuk mampu merasakan kesulitan orang lain dan terdorong untuk membantu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Empati tidak berhenti pada rasa iba, tetapi harus diwujudkan dalam sikap dan tindakan nyata yang membawa manfaat.

Dalil Al-Qur’an dan Hadits

Al-Qur’an menegaskan bahwa Islam adalah agama yang dibangun di atas kasih sayang. Allah SWT berfirman:

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.”
(QS. Al-Anbiya’: 107)

Ayat ini menunjukkan bahwa teladan Rasulullah ? adalah rahmat dan kepedulian universal. Allah juga memerintahkan umat manusia untuk saling menolong dalam kebaikan:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa.”
(QS. Al-Ma’idah: 2)

Rasulullah ? pun menegaskan pentingnya empati melalui sabdanya:

“Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa empati merupakan indikator kesempurnaan iman.

Pandangan Ulama

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa hati yang lembut dan peduli terhadap sesama merupakan tanda kedekatan seorang hamba dengan Allah. Kerasnya hati dan ketidakpedulian sosial, menurut beliau, adalah penyakit rohani yang harus diobati.

Ibn Qayyim Al-Jauziyyah menegaskan bahwa kasih sayang adalah inti syariat Islam. Sementara Imam An-Nawawi menekankan bahwa mencintai kebaikan bagi orang lain merupakan prinsip dasar akhlak yang harus diwujudkan dalam kehidupan nyata.

Tantangan dan Aksi Nyata

Empati di era modern menghadapi tantangan berupa individualisme, kesibukan hidup, serta pengaruh negatif media sosial. Oleh karena itu, empati perlu dihidupkan kembali melalui tindakan sederhana seperti menjaga lisan dan tulisan, membantu sesama, memperkuat silaturahmi, serta aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan.

Kesimpulan

Empati adalah fondasi penting dalam akhlak Islam yang berlandaskan kasih sayang dan kepedulian sosial. Al-Qur’an, hadits, dan pandangan para ulama telah memberikan panduan jelas bahwa iman sejati harus tercermin dalam sikap peduli terhadap sesama. Di tengah tantangan era modern, setiap Muslim memiliki tanggung jawab untuk menghidupkan kembali empati melalui amal nyata.

 

17/12/2025 | Kontributor: Yessi Ade Lia Putri
UMKM Naik Kelas: Strategi Bisnis Halal dan Berkah Menurut Prinsip Ekonomi Islam

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam menggerakkan perekonomian masyarakat. Selain menjadi sumber penghidupan bagi banyak keluarga, UMKM juga berkontribusi besar dalam menciptakan lapangan kerja dan memperkuat ekonomi umat. Namun, tantangan UMKM saat ini bukan hanya bertahan, melainkan mampu naik kelas menjadi usaha yang profesional, berdaya saing, dan berkelanjutan.

Dalam perspektif Islam, kegiatan bisnis tidak semata-mata berorientasi pada keuntungan materi. Islam mengajarkan bahwa usaha harus dijalankan secara halal dan penuh keberkahan agar membawa kebaikan bagi pelaku usaha dan masyarakat.

 

Konsep Bisnis Halal dan Berkah dalam Islam

Bisnis halal dalam Islam mencakup seluruh proses usaha, mulai dari sumber modal, bahan baku, proses produksi, hingga distribusi. Usaha yang terbebas dari unsur riba, penipuan, dan ketidakjelasan akan menghadirkan ketenangan batin serta kepercayaan konsumen.

Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu.”
(QS. Al-Baqarah: 172)

Ayat ini menegaskan bahwa rezeki yang halal dan baik menjadi fondasi utama dalam aktivitas ekonomi seorang Muslim.

 

Landasan Al-Qur’an dan Hadits dalam Aktivitas Usaha

Islam memberikan panduan tegas terkait etika bisnis. Salah satu prinsip utamanya adalah larangan riba serta keharusan berlaku jujur dalam transaksi. Rasulullah ? bersabda:

“Pedagang yang jujur dan amanah akan bersama para nabi, orang-orang shiddiq, dan para syuhada.”
(HR. At-Tirmidzi)

Hadits ini menunjukkan bahwa kejujuran dalam bisnis memiliki kedudukan mulia di sisi Allah.

 

Pandangan Ulama tentang Etika Bisnis

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa mencari nafkah dengan cara halal merupakan bagian dari ibadah. Ibn Qayyim al-Jawziyyah menegaskan bahwa muamalah harus berlandaskan keadilan dan kemaslahatan. Dengan demikian, keuntungan dalam Islam bukanlah tujuan utama, melainkan sarana untuk menghadirkan manfaat yang lebih luas.

 

Strategi UMKM Naik Kelas Berbasis Ekonomi Islam

Agar UMKM dapat berkembang secara berkelanjutan, beberapa strategi berikut dapat diterapkan:

1.     Menjamin kehalalan produk dan proses usaha

2.     Mengelola keuangan secara syariah dan transparan

3.     Menjunjung kejujuran serta keterbukaan informasi

4.     Meningkatkan kualitas produk dan profesionalisme kerja

5.     Menguatkan tanggung jawab sosial kepada masyarakat

Strategi ini membantu UMKM membangun kepercayaan pasar sekaligus menjaga nilai-nilai syariah.

 

Niat dan Etos Kerja Islami dalam Dunia Usaha

Keberhasilan usaha tidak hanya ditentukan oleh strategi, tetapi juga oleh niat pelaku usaha. Rasulullah ? bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Niat yang lurus akan melahirkan etos kerja islami seperti amanah, disiplin, kerja keras, dan istiqamah, sehingga usaha tidak hanya tumbuh secara ekonomi, tetapi juga bernilai ibadah.

 

Kesimpulan

UMKM yang ingin naik kelas perlu memadukan profesionalisme bisnis dengan nilai-nilai ekonomi Islam. Kehalalan usaha, kejujuran, kualitas kerja, serta kepedulian sosial merupakan kunci keberhasilan yang berkelanjutan. Ketika bisnis dijalankan dengan niat ibadah dan etos kerja islami, usaha tersebut tidak hanya menghasilkan keuntungan materi, tetapi juga mendatangkan ketenangan dan keberkahan.

 

17/12/2025 | Kontributor: Yessi Ade Lia Putri
Ketika Tubuh Berbicara: Pentingnya Menjaga Kesehatan sebagai Amanah dalam Islam

Dalam kesibukan hidup modern, manusia sering kali baru menyadari pentingnya kesehatan ketika tubuh mulai “berbicara”. Rasa lelah yang berkepanjangan, sakit yang datang berulang, atau emosi yang tidak stabil sering dianggap sepele hingga akhirnya mengganggu ibadah, pekerjaan, dan hubungan sosial. Islam memandang tubuh bukan sekadar alat untuk menjalani kehidupan, tetapi sebagai amanah dari Allah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

Tubuh sebagai Amanah dari Allah

Islam menegaskan bahwa segala yang dimiliki manusia adalah titipan Allah, termasuk tubuh. Allah berfirman:

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban.”
(QS. Al-Isra: 36)

Ayat ini menegaskan bahwa tubuh bukan milik mutlak manusia. Para ulama menjelaskan bahwa menjaga kesehatan termasuk bagian dari menjaga amanah tersebut. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menyebut tubuh sebagai “kendaraan” bagi ruh. Jika kendaraan itu rusak karena kelalaian, maka ibadah dan ketaatan pun akan terhambat.

Kesehatan sebagai Nikmat yang Sering Diabaikan

Rasulullah ? mengingatkan umatnya agar tidak meremehkan nikmat sehat. Beliau bersabda:

“Ada dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalamnya: kesehatan dan waktu luang.”
(HR. Bukhari)

Hadits ini menunjukkan bahwa kesehatan sering baru disadari nilainya ketika sudah hilang. Islam mendorong umatnya untuk bersyukur atas nikmat sehat, dan salah satu bentuk syukur tersebut adalah dengan menjaganya secara sadar dan bertanggung jawab.

Menjaga Kesehatan sebagai Bagian dari Ibadah

Dalam Islam, ibadah tidak hanya terbatas pada shalat dan puasa. Setiap aktivitas yang diniatkan untuk menaati Allah bernilai ibadah, termasuk menjaga kesehatan. Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menjelaskan bahwa menjaga tubuh agar tetap sehat merupakan bagian dari tujuan syariat, khususnya dalam menjaga jiwa (hifz an-nafs).

Rasulullah ? juga bersabda:

“Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menegaskan pentingnya keseimbangan antara ibadah dan pemenuhan hak tubuh, seperti istirahat, makan yang cukup, dan tidak memaksakan diri.

Panduan Islam dalam Menjaga Kesehatan

Islam memberikan panduan praktis yang relevan sepanjang zaman. Allah berfirman:

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.”
(QS. Al-A’raf: 31)

Prinsip ini menegaskan pentingnya pola makan seimbang. Selain itu, kebersihan menjadi fondasi kesehatan, sebagaimana sabda Rasulullah ?: “Kebersihan adalah sebagian dari iman.” Islam juga mendorong aktivitas fisik dan menjaga kesehatan mental melalui dzikir, doa, dan tawakal, karena ketenangan hati berpengaruh besar terhadap kondisi tubuh.

Ketika Tubuh Berbicara: Dengarkan dan Bertindak

Lelah berkepanjangan, sakit berulang, dan stres adalah sinyal yang tidak boleh diabaikan. Allah berfirman:

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.”
(QS. Al-Baqarah: 195)

Mengabaikan kesehatan berarti mengabaikan amanah. Seorang Muslim diajarkan untuk peka terhadap kondisi tubuh, beristirahat saat lelah, dan berikhtiar ketika sakit.

Kesimpulan

Menjaga kesehatan dalam Islam bukanlah urusan sampingan, melainkan bagian dari amanah dan bentuk nyata ketaatan kepada Allah. Tubuh yang sehat memungkinkan seseorang beribadah dengan lebih khusyuk, bekerja dengan optimal, serta memberi manfaat bagi orang lain. Al-Qur’an, hadits, dan pandangan para ulama menegaskan bahwa merawat jasmani dan rohani adalah wujud syukur atas nikmat Allah. Ketika tubuh mulai “berbicara”, Islam mengajarkan kita untuk mendengarkan, memperbaiki gaya hidup, dan menjaga diri agar tetap berada dalam jalan kebaikan yang diridhai-Nya.

 

16/12/2025 | Kontributor: Yessi Ade Lia Putri
Bangkit Tanpa Menunggu Sempurna: Kekuatan Tawakal dalam Mengubah Hidup

Dalam perjalanan hidup, banyak orang enggan melangkah karena takut salah, gagal, atau merasa belum cukup baik. Rasa ragu ini sering membuat seseorang menunda keputusan dan menunggu kondisi ideal yang tak kunjung datang. Padahal dalam Islam, Allah tidak pernah menuntut hamba-Nya untuk menjadi sempurna sebelum memulai. Yang Allah minta adalah usaha terbaik, lalu bersandar sepenuhnya kepada-Nya. Sikap inilah yang disebut tawakal.

Makna Tawakal dalam Islam

Secara bahasa, tawakal berarti bersandar sepenuhnya. Sedangkan menurut istilah, tawakal adalah mengambil sebab dengan maksimal lalu menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Allah. Ibnul Qayyim menyebut tawakal sebagai separuh agama, sementara separuh lainnya adalah kembali kepada Allah. Imam Ahmad menegaskan bahwa tawakal adalah amal hati, bukan sekadar ucapan. Ini menunjukkan bahwa tawakal bukan pasrah tanpa usaha, melainkan keyakinan yang disertai ikhtiar.

Dalil Al-Qur’an tentang Kekuatan Tawakal

Al-Qur’an menempatkan tawakal sebagai sumber kekuatan hidup. Allah mencintai orang-orang yang bertawakal dan menjanjikan jalan keluar serta rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka bagi mereka yang bertakwa dan berserah diri kepada-Nya. Tawakal bukan hanya menenangkan hati, tetapi juga membuka pertolongan Allah dalam kehidupan nyata.

Hadits Nabi tentang Tawakal dan Usaha

Rasulullah SAW menjelaskan tawakal melalui perumpamaan burung yang pergi pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang. Burung tidak menunggu rezeki datang, tetapi bergerak dan berusaha. Hadits ini menegaskan bahwa tawakal harus selalu berjalan seiring dengan usaha.

Pandangan Ulama tentang Tawakal

Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa usaha adalah bentuk ketaatan, sedangkan tawakal adalah penyerahan hati. Ibnu Taymiyyah menyatakan bahwa orang yang bertawakal tidak takut miskin dan tidak takut gagal, karena keyakinannya hanya tertuju kepada Allah. Tawakal memberi keberanian untuk memulai meski diri belum sempurna.

Mengapa Kita Harus Bangkit Tanpa Menunggu Sempurna

Banyak orang terjebak pada keinginan untuk menunggu kesiapan yang sempurna. Islam menolak cara berpikir ini. Tidak perlu menunggu mental kuat, kemampuan tinggi, atau keadaan ideal. Allah hanya meminta manusia untuk mulai melangkah, mengambil sebab terbaik, dan menyerahkan hasil kepada-Nya.

Kesimpulan

Tawakal adalah kekuatan yang membuat seseorang berani bangkit tanpa harus menunggu sempurna. Dengan tawakal, hati menjadi lebih tenang dan langkah terasa lebih ringan. Tawakal mengajarkan bahwa tugas manusia adalah berusaha sebaik mungkin, sementara hasil sepenuhnya berada dalam kuasa Allah. Sebagai wujud nyata pengamalan tawakal, kita diajak untuk memperbanyak amal kebaikan, salah satunya melalui sedekah. Memberi dengan ikhlas adalah bentuk keyakinan bahwa Allah tidak akan mengurangi rezeki, melainkan melipatgandakannya. Semoga dengan bertawakal dan membiasakan diri bersedekah, hidup kita dipenuhi keberkahan, dilapangkan rezeki, dan dikuatkan hati untuk terus bangkit.

 

15/12/2025 | Kontributor: Yessi Ade Lia Putri
Belajar Bukan Sekadar Hafalan: Menemukan Makna Ilmu Menurut Perspektif Islam

Belajar dalam Islam bukan hanya soal mengumpulkan informasi atau menghafal kalimat tanpa makna. Ilmu dalam pandangan Islam adalah cahaya yang membimbing hati, menuntun akhlak, dan mengarahkan seseorang menuju kedekatan dengan Allah. Karena itu, proses belajar yang ideal menurut Islam bukanlah sekadar memenuhi pikiran, melainkan proses yang menghidupkan hati dan menumbuhkan amal saleh.

1. Kedudukan Ilmu dalam Islam

Ilmu memiliki kedudukan yang sangat mulia. Allah berfirman:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan yang diberi ilmu beberapa derajat.”
(QS. Al-Muj?dilah: 11)

Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu bukan hanya dimiliki, tetapi diamalkan. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menegaskan bahwa ilmu yang tidak mendorong seseorang untuk melakukan amal saleh adalah ilmu yang tidak bermanfaat.

Hal ini sejalan dengan firman Allah:

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah hanyalah ulama.”
(QS. F?thir: 28)

Maknanya, ilmu sejati harus menumbuhkan rasa takut, tunduk, dan cinta kepada Allah.

2. Belajar Tidak Hanya Menghafal

Walaupun menghafal memiliki nilai dalam Islam, terutama terkait Al-Qur’an, para ulama sejak dahulu menekankan bahwa pemahaman lebih utama daripada hafalan.

Rasulullah ? bersabda:

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka Allah jadikan ia paham agama.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Nabi tidak mengatakan menghafal agama, melainkan memahami agama.

Imam Malik berkata:

“Ilmu itu bukan banyaknya riwayat, namun cahaya yang Allah letakkan dalam hati.”

Demikian pula Ibnul Qayyim menegaskan bahwa ilmu yang tidak menghasilkan amal ibarat pohon tanpa buah—terlihat besar, tetapi tidak memberi manfaat.

3. Ilmu sebagai Renungan dan Amalan

Al-Qur’an berkali-kali mengajak manusia untuk merenungkan dan memahami, bukan hanya membaca.

“Maka apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur’an?”
(QS. An-Nis?’: 82)

Belajar dalam Islam harus membuat seseorang lebih peka terhadap hikmah kehidupan, lebih bijak, dan lebih berakhlak.

Imam Nawawi menambahkan bahwa menuntut ilmu adalah ibadah terbesar setelah ibadah wajib, menunjukkan bahwa belajar adalah amal besar jika diniatkan karena Allah.

4. Aksi Nyata Menjadikan Belajar Bermakna

Agar belajar tidak berhenti pada hafalan, berikut langkah nyata yang dapat dilakukan:

1.     Meluruskan niat — belajar untuk mencari ridha Allah, bukan popularitas.

2.     Fokus pada pemahaman — gunakan catatan, diskusi, atau peta konsep.

3.     Menghubungkan ilmu dengan kehidupan — renungkan bagaimana ilmu dapat memperbaiki diri.

4.     Mengamalkan ilmu sedikit demi sedikit — ilmu tanpa praktik hanyalah teori kosong.

5.     Mengajarkan kepada orang lain — karena mengajar memperkuat pemahaman.

6.     Menjaga adab penuntut ilmu — rendah hati, menghormati guru, dan menghindari perdebatan sia-sia.

7.     Evaluasi harian — tulis apa yang dipelajari dan bagaimana akan diamalkan.

 

Kesimpulan

Belajar dalam Islam bukan tentang seberapa banyak hafalan yang kita miliki, tetapi seberapa dalam ilmu itu mengubah hati dan kehidupan kita. Al-Qur’an dan hadits, serta pandangan ulama besar, sepakat bahwa ilmu harus melahirkan pemahaman, akhlak, dan amal.

Ilmu yang tidak dipahami hanya menjadi beban, tetapi ilmu yang diamalkan akan menjadi cahaya yang membimbing hidup hingga akhirat.

Semoga kita menjadi penuntut ilmu yang bukan hanya cerdas secara akademik, tetapi juga bijaksana, berakhlak mulia, dan dekat dengan Allah.

 

12/12/2025 | Kontributor: Yessi Ade Lia Putri

Artikel Terbaru

SNPMB 2025: Sukses Lolos Kampus Impian, Jangan Lupa Zakat Ilmu!
SNPMB 2025: Sukses Lolos Kampus Impian, Jangan Lupa Zakat Ilmu!
Pendahuluan Mempersiapkan diri untuk Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025 adalah langkah besar bagi para siswa yang bercita-cita masuk ke perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia. Perjuangan panjang, mulai dari belajar giat hingga mengikuti berbagai tryout, tentu menjadi bagian dari proses menuju kesuksesan akademik. Namun, selain fokus pada keberhasilan akademik, ada hal yang tak kalah penting, yaitu berbagi ilmu dan keberkahan melalui zakat, infaq, dan sedekah. Dalam Islam, ilmu yang diperoleh sebaiknya tidak hanya dimanfaatkan untuk diri sendiri, tetapi juga dibagikan kepada orang lain sebagai bentuk "zakat ilmu." Dengan begitu, keberkahan tidak hanya datang dalam bentuk kelulusan, tetapi juga dalam kehidupan secara keseluruhan. Apa Itu SNPMB 2025? SNPMB 2025 adalah sistem seleksi penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Sistem ini menggantikan SNMPTN dan SBMPTN yang sebelumnya digunakan dalam proses seleksi. Terdapat dua jalur utama dalam SNPMB 2025: Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) – Jalur ini mempertimbangkan nilai akademik, portofolio, serta prestasi siswa selama masa sekolah. Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) – Jalur ini dilakukan melalui Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), yang menguji kemampuan kognitif, literasi, serta numerasi calon mahasiswa. Setiap perguruan tinggi memiliki kuota masing-masing untuk setiap jalur penerimaan, sehingga calon mahasiswa harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi seleksi ini. Jadwal dan Daya Tampung SNPMB 2025 Salah satu pertanyaan yang banyak diajukan adalah “Kapan SNPMB 2025 dibuka?” Berdasarkan pola tahun-tahun sebelumnya, berikut adalah prediksi jadwal SNPMB 2025: Pendaftaran SNBP: Awal tahun 2025 (Januari - Februari) Pengumuman SNBP: Maret 2025 Pendaftaran UTBK-SNBT: April 2025 Pelaksanaan UTBK-SNBT: Mei 2025 Pengumuman SNBT: Juni 2025 Adapun untuk daya tampung, setiap perguruan tinggi memiliki kebijakan masing-masing terkait jumlah mahasiswa yang diterima melalui SNBP dan SNBT. Calon mahasiswa disarankan untuk mengecek daya tampung program studi yang diminati melalui situs resmi SNPMB atau website universitas tujuan. Zakat Ilmu: Kewajiban Berbagi Ilmu bagi Setiap Muslim Islam mengajarkan bahwa ilmu adalah anugerah yang harus dibagikan. Rasulullah SAW bersabda: "Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat." (HR. Bukhari) Zakat ilmu adalah konsep di mana seseorang yang memiliki ilmu diwajibkan untuk mengajarkannya kepada orang lain. Berbagi ilmu tidak hanya dalam bentuk mengajar, tetapi juga bisa dalam bentuk membimbing teman, berbagi tips belajar, atau bahkan membuat konten edukatif di media sosial. Bagi para calon mahasiswa yang lolos SNPMB 2025, menuntut ilmu di perguruan tinggi juga harus disertai niat untuk berbagi ilmu dan keberkahan kepada orang lain. Semakin banyak ilmu yang dibagikan, semakin besar manfaat yang bisa dirasakan oleh masyarakat luas. Zakat Harta: Kewajiban bagi yang Mampu Selain zakat ilmu, dalam Islam juga terdapat kewajiban untuk menunaikan zakat harta. Zakat harta diwajibkan bagi Muslim yang telah mencapai nisab (batas minimal kekayaan yang wajib dizakati). Sebagian besar orang tua yang membiayai pendidikan anak-anaknya juga memiliki kewajiban untuk menunaikan zakat agar keberkahan rezeki semakin bertambah. Salah satu lembaga resmi yang mengelola zakat, infaq, dan sedekah di Indonesia adalah BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional). Dengan menyalurkan zakat melalui BAZNAS Kota Sukabumi, Anda dapat membantu mereka yang membutuhkan, termasuk pelajar kurang mampu agar tetap bisa melanjutkan pendidikan. Peran BAZNAS Kota Sukabumi dalam Dunia Pendidikan BAZNAS Kota Sukabumi memiliki berbagai program untuk mendukung pendidikan di Indonesia, di antaranya: Beasiswa Santri – Bantuan pendidikan bagi santri yang kurang mampu. Beasiswa Cerdas – Bantuan bagi siswa dan mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu. Program Peduli Pendidikan – Donasi untuk pembangunan fasilitas pendidikan dan penyediaan kebutuhan sekolah bagi anak-anak dhuafa. Dengan menyalurkan zakat melalui BAZNAS, Anda turut serta dalam mencerdaskan generasi bangsa dan membantu mereka yang kurang beruntung agar tetap bisa mengakses pendidikan. Cara Berdonasi ke BAZNAS Kota Sukabumi Bagi Anda yang ingin berbagi keberkahan melalui zakat, infaq, dan sedekah, BAZNAS Kota Sukabumi menyediakan berbagai kemudahan dalam berdonasi. Berikut adalah beberapa cara mudah untuk berdonasi: Transfer Bank: Bank Syariah Indonesia (BSI): 1234567890 a.n. BAZNAS Kota Sukabumi Bank BRI: 0987654321 a.n. BAZNAS Kota Sukabumi Donasi Online: Melalui situs resmi BAZNAS Kota Sukabumi (baznas.sukabumikota.go.id) Melalui Marketplace: Donasi zakat dan sedekah kini semakin mudah melalui platform e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan Blibli dengan mencari "BAZNAS Kota Sukabumi" pada fitur donasi. Kesimpulan SNPMB 2025 adalah gerbang bagi para siswa untuk meraih pendidikan tinggi di kampus impian mereka. Namun, di balik kesuksesan akademik, terdapat kewajiban moral dan spiritual untuk berbagi ilmu dan keberkahan kepada sesama. Dengan menunaikan zakat ilmu dan zakat harta, kita dapat membantu lebih banyak orang dalam mengakses pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, mari bersama-sama menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah melalui BAZNAS Kota Sukabumi agar keberkahan ilmu dan rezeki terus mengalir. Ayo, salurkan zakat Anda sekarang melalui BAZNAS Kota Sukabumi dengan car klik fitur di bawah ini dan jadilah bagian dari kebaikan yang lebih besar!
ARTIKEL11/03/2025 | Duta Zakat
Tak Sekadar Skor, Persija vs Arema FC Ingatkan Kita tentang Kemenangan Sejati: Berbagi di Bulan Ramadhan!
Tak Sekadar Skor, Persija vs Arema FC Ingatkan Kita tentang Kemenangan Sejati: Berbagi di Bulan Ramadhan!
Pertandingan seru antara Persija Jakarta vs Arema FC yang berlangsung di Stadion Patriot Candrabhaga pada Minggu, 9 Maret 2025, berakhir dengan skor 3-1 untuk kemenangan Arema FC. Laga ini penuh dengan drama, termasuk dua kartu merah yang diberikan kepada pemain Persija, Maciej Gajos dan Gustavo Almeida, yang membuat Macan Kemayoran harus bermain dengan sembilan pemain sejak babak pertama. Di tengah gegap gempita pertandingan dan emosi para pendukung, ada hal yang lebih besar untuk kita renungkan. Apakah kemenangan sejati hanya tentang skor di lapangan, atau ada kemenangan lain yang lebih bermakna? Kemenangan Sejati di Bulan Ramadhan: Berbagi dengan Sesama Ramadhan bukan sekadar bulan untuk berpuasa, tetapi juga momen untuk berbagi dan meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang memberi makan kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun." (HR. Tirmidzi, No. 807) Hadis ini menegaskan bahwa berbagi makanan untuk berbuka puasa (iftar) adalah salah satu bentuk kemenangan sejati. Berbagi tidak hanya memberikan manfaat bagi penerima, tetapi juga mendatangkan pahala berlipat ganda bagi pemberinya. Mengapa Berbagi di Bulan Ramadhan Sangat Penting? Bulan Ramadhan adalah momen terbaik untuk berbagi, karena: Pahala Berlipat Ganda Setiap amal kebaikan di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya. Dengan berbagi makanan atau donasi, kita tidak hanya membantu orang lain tetapi juga mendapatkan keberkahan. Membantu Masyarakat yang Kurang Mampu Data dari BPS menunjukkan bahwa angka kemiskinan di Indonesia masih berada di angka 9,36% per 2023. Dengan berbagi, kita dapat membantu mereka yang membutuhkan dan turut serta dalam upaya mengurangi kemiskinan. Membangun Rasa Empati dan Kepedulian Sosial Ramadhan mengajarkan kita untuk merasakan bagaimana hidup dalam keterbatasan. Dengan berbagi, kita memperkuat empati terhadap sesama. Program Berbagi di Bulan Ramadhan: Iftar Bareng BAZNAS Kota Sukabumi Sebagai lembaga resmi yang mengelola zakat, infaq, dan sedekah, BAZNAS Kota Sukabumi memiliki berbagai program berbagi di bulan Ramadhan, salah satunya adalah Iftar Bareng BAZNAS. Program ini bertujuan untuk: Menyediakan paket makanan berbuka puasa bagi masyarakat kurang mampu. Menyalurkan bantuan kepada anak yatim dan kaum dhuafa. Memberikan dukungan kepada masjid dan mushola dalam penyediaan hidangan berbuka. Melalui program ini, kita bisa ikut serta dalam berbagi kebahagiaan dengan cara yang lebih terorganisir dan tepat sasaran. Cara Berpartisipasi dalam Program Berbagi Anda bisa ikut serta dalam program ini dengan berbagai cara, seperti: Menyumbangkan Donasi Salurkan zakat, infaq, dan sedekah Anda melalui BAZNAS Kota Sukabumi. Setiap donasi yang diberikan akan disalurkan langsung kepada mereka yang membutuhkan. Berbagi Takjil di Jalan atau Masjid Jika ingin berbagi secara langsung, Anda bisa membagikan makanan berbuka puasa kepada mereka yang berpuasa, seperti para pekerja harian dan musafir. Mengajak Orang Lain untuk Berdonasi Sebarkan informasi tentang program berbagi ini kepada keluarga, teman, dan komunitas Anda. Semakin banyak yang berpartisipasi, semakin besar manfaat yang bisa diberikan. Kesimpulan Kemenangan sejati bukan hanya soal menang di lapangan, tetapi juga soal kemenangan dalam menolong sesama. Di bulan Ramadhan ini, mari kita manfaatkan kesempatan untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Salurkan donasi Anda sekarang! Kunjungi website resmi BAZNAS Kota Sukabumi atau langsung klik fitur di bawah ini! Mari bersama-sama meraih kemenangan sejati dengan berbagi di bulan yang penuh berkah ini!
ARTIKEL10/03/2025 | Duta Zakat
Info Rekening Zakat

Info Rekening Zakat

Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.

BAZNAS

Info Rekening Zakat