WhatsApp Icon
Menghidupkan Kembali Empati: Tantangan Akhlak di Era Modern dalam Pandangan Islam

Perkembangan zaman modern membawa berbagai kemudahan dalam kehidupan manusia. Kemajuan teknologi, media sosial, dan globalisasi telah mempercepat arus informasi serta memperluas interaksi antarindividu. Namun, di balik manfaat tersebut, muncul tantangan serius dalam aspek akhlak, salah satunya adalah melemahnya empati. Sikap individualistis, minim kepedulian terhadap penderitaan orang lain, serta mudahnya melontarkan ujaran kebencian menjadi fenomena yang semakin sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam Islam, empati bukan sekadar nilai sosial, melainkan bagian dari akhlak mulia (akhlaq al-karimah) yang mencerminkan kualitas iman seseorang. Seorang Muslim tidak hanya dituntut untuk taat dalam ibadah ritual, tetapi juga memiliki kepedulian dan kepekaan sosial terhadap sesama manusia.

Konsep Empati dalam Islam

Empati dalam Islam berkaitan erat dengan konsep rahmah (kasih sayang), ta’awun (tolong-menolong), dan ukhuwah (persaudaraan). Seorang Muslim dianjurkan untuk mampu merasakan kesulitan orang lain dan terdorong untuk membantu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Empati tidak berhenti pada rasa iba, tetapi harus diwujudkan dalam sikap dan tindakan nyata yang membawa manfaat.

Dalil Al-Qur’an dan Hadits

Al-Qur’an menegaskan bahwa Islam adalah agama yang dibangun di atas kasih sayang. Allah SWT berfirman:

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.”
(QS. Al-Anbiya’: 107)

Ayat ini menunjukkan bahwa teladan Rasulullah ? adalah rahmat dan kepedulian universal. Allah juga memerintahkan umat manusia untuk saling menolong dalam kebaikan:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa.”
(QS. Al-Ma’idah: 2)

Rasulullah ? pun menegaskan pentingnya empati melalui sabdanya:

“Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa empati merupakan indikator kesempurnaan iman.

Pandangan Ulama

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa hati yang lembut dan peduli terhadap sesama merupakan tanda kedekatan seorang hamba dengan Allah. Kerasnya hati dan ketidakpedulian sosial, menurut beliau, adalah penyakit rohani yang harus diobati.

Ibn Qayyim Al-Jauziyyah menegaskan bahwa kasih sayang adalah inti syariat Islam. Sementara Imam An-Nawawi menekankan bahwa mencintai kebaikan bagi orang lain merupakan prinsip dasar akhlak yang harus diwujudkan dalam kehidupan nyata.

Tantangan dan Aksi Nyata

Empati di era modern menghadapi tantangan berupa individualisme, kesibukan hidup, serta pengaruh negatif media sosial. Oleh karena itu, empati perlu dihidupkan kembali melalui tindakan sederhana seperti menjaga lisan dan tulisan, membantu sesama, memperkuat silaturahmi, serta aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan.

Kesimpulan

Empati adalah fondasi penting dalam akhlak Islam yang berlandaskan kasih sayang dan kepedulian sosial. Al-Qur’an, hadits, dan pandangan para ulama telah memberikan panduan jelas bahwa iman sejati harus tercermin dalam sikap peduli terhadap sesama. Di tengah tantangan era modern, setiap Muslim memiliki tanggung jawab untuk menghidupkan kembali empati melalui amal nyata.

 

17/12/2025 | Kontributor: Yessi Ade Lia Putri
UMKM Naik Kelas: Strategi Bisnis Halal dan Berkah Menurut Prinsip Ekonomi Islam

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam menggerakkan perekonomian masyarakat. Selain menjadi sumber penghidupan bagi banyak keluarga, UMKM juga berkontribusi besar dalam menciptakan lapangan kerja dan memperkuat ekonomi umat. Namun, tantangan UMKM saat ini bukan hanya bertahan, melainkan mampu naik kelas menjadi usaha yang profesional, berdaya saing, dan berkelanjutan.

Dalam perspektif Islam, kegiatan bisnis tidak semata-mata berorientasi pada keuntungan materi. Islam mengajarkan bahwa usaha harus dijalankan secara halal dan penuh keberkahan agar membawa kebaikan bagi pelaku usaha dan masyarakat.

 

Konsep Bisnis Halal dan Berkah dalam Islam

Bisnis halal dalam Islam mencakup seluruh proses usaha, mulai dari sumber modal, bahan baku, proses produksi, hingga distribusi. Usaha yang terbebas dari unsur riba, penipuan, dan ketidakjelasan akan menghadirkan ketenangan batin serta kepercayaan konsumen.

Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu.”
(QS. Al-Baqarah: 172)

Ayat ini menegaskan bahwa rezeki yang halal dan baik menjadi fondasi utama dalam aktivitas ekonomi seorang Muslim.

 

Landasan Al-Qur’an dan Hadits dalam Aktivitas Usaha

Islam memberikan panduan tegas terkait etika bisnis. Salah satu prinsip utamanya adalah larangan riba serta keharusan berlaku jujur dalam transaksi. Rasulullah ? bersabda:

“Pedagang yang jujur dan amanah akan bersama para nabi, orang-orang shiddiq, dan para syuhada.”
(HR. At-Tirmidzi)

Hadits ini menunjukkan bahwa kejujuran dalam bisnis memiliki kedudukan mulia di sisi Allah.

 

Pandangan Ulama tentang Etika Bisnis

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa mencari nafkah dengan cara halal merupakan bagian dari ibadah. Ibn Qayyim al-Jawziyyah menegaskan bahwa muamalah harus berlandaskan keadilan dan kemaslahatan. Dengan demikian, keuntungan dalam Islam bukanlah tujuan utama, melainkan sarana untuk menghadirkan manfaat yang lebih luas.

 

Strategi UMKM Naik Kelas Berbasis Ekonomi Islam

Agar UMKM dapat berkembang secara berkelanjutan, beberapa strategi berikut dapat diterapkan:

1.     Menjamin kehalalan produk dan proses usaha

2.     Mengelola keuangan secara syariah dan transparan

3.     Menjunjung kejujuran serta keterbukaan informasi

4.     Meningkatkan kualitas produk dan profesionalisme kerja

5.     Menguatkan tanggung jawab sosial kepada masyarakat

Strategi ini membantu UMKM membangun kepercayaan pasar sekaligus menjaga nilai-nilai syariah.

 

Niat dan Etos Kerja Islami dalam Dunia Usaha

Keberhasilan usaha tidak hanya ditentukan oleh strategi, tetapi juga oleh niat pelaku usaha. Rasulullah ? bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Niat yang lurus akan melahirkan etos kerja islami seperti amanah, disiplin, kerja keras, dan istiqamah, sehingga usaha tidak hanya tumbuh secara ekonomi, tetapi juga bernilai ibadah.

 

Kesimpulan

UMKM yang ingin naik kelas perlu memadukan profesionalisme bisnis dengan nilai-nilai ekonomi Islam. Kehalalan usaha, kejujuran, kualitas kerja, serta kepedulian sosial merupakan kunci keberhasilan yang berkelanjutan. Ketika bisnis dijalankan dengan niat ibadah dan etos kerja islami, usaha tersebut tidak hanya menghasilkan keuntungan materi, tetapi juga mendatangkan ketenangan dan keberkahan.

 

17/12/2025 | Kontributor: Yessi Ade Lia Putri
Ketika Tubuh Berbicara: Pentingnya Menjaga Kesehatan sebagai Amanah dalam Islam

Dalam kesibukan hidup modern, manusia sering kali baru menyadari pentingnya kesehatan ketika tubuh mulai “berbicara”. Rasa lelah yang berkepanjangan, sakit yang datang berulang, atau emosi yang tidak stabil sering dianggap sepele hingga akhirnya mengganggu ibadah, pekerjaan, dan hubungan sosial. Islam memandang tubuh bukan sekadar alat untuk menjalani kehidupan, tetapi sebagai amanah dari Allah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

Tubuh sebagai Amanah dari Allah

Islam menegaskan bahwa segala yang dimiliki manusia adalah titipan Allah, termasuk tubuh. Allah berfirman:

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban.”
(QS. Al-Isra: 36)

Ayat ini menegaskan bahwa tubuh bukan milik mutlak manusia. Para ulama menjelaskan bahwa menjaga kesehatan termasuk bagian dari menjaga amanah tersebut. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menyebut tubuh sebagai “kendaraan” bagi ruh. Jika kendaraan itu rusak karena kelalaian, maka ibadah dan ketaatan pun akan terhambat.

Kesehatan sebagai Nikmat yang Sering Diabaikan

Rasulullah ? mengingatkan umatnya agar tidak meremehkan nikmat sehat. Beliau bersabda:

“Ada dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalamnya: kesehatan dan waktu luang.”
(HR. Bukhari)

Hadits ini menunjukkan bahwa kesehatan sering baru disadari nilainya ketika sudah hilang. Islam mendorong umatnya untuk bersyukur atas nikmat sehat, dan salah satu bentuk syukur tersebut adalah dengan menjaganya secara sadar dan bertanggung jawab.

Menjaga Kesehatan sebagai Bagian dari Ibadah

Dalam Islam, ibadah tidak hanya terbatas pada shalat dan puasa. Setiap aktivitas yang diniatkan untuk menaati Allah bernilai ibadah, termasuk menjaga kesehatan. Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menjelaskan bahwa menjaga tubuh agar tetap sehat merupakan bagian dari tujuan syariat, khususnya dalam menjaga jiwa (hifz an-nafs).

Rasulullah ? juga bersabda:

“Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menegaskan pentingnya keseimbangan antara ibadah dan pemenuhan hak tubuh, seperti istirahat, makan yang cukup, dan tidak memaksakan diri.

Panduan Islam dalam Menjaga Kesehatan

Islam memberikan panduan praktis yang relevan sepanjang zaman. Allah berfirman:

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.”
(QS. Al-A’raf: 31)

Prinsip ini menegaskan pentingnya pola makan seimbang. Selain itu, kebersihan menjadi fondasi kesehatan, sebagaimana sabda Rasulullah ?: “Kebersihan adalah sebagian dari iman.” Islam juga mendorong aktivitas fisik dan menjaga kesehatan mental melalui dzikir, doa, dan tawakal, karena ketenangan hati berpengaruh besar terhadap kondisi tubuh.

Ketika Tubuh Berbicara: Dengarkan dan Bertindak

Lelah berkepanjangan, sakit berulang, dan stres adalah sinyal yang tidak boleh diabaikan. Allah berfirman:

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.”
(QS. Al-Baqarah: 195)

Mengabaikan kesehatan berarti mengabaikan amanah. Seorang Muslim diajarkan untuk peka terhadap kondisi tubuh, beristirahat saat lelah, dan berikhtiar ketika sakit.

Kesimpulan

Menjaga kesehatan dalam Islam bukanlah urusan sampingan, melainkan bagian dari amanah dan bentuk nyata ketaatan kepada Allah. Tubuh yang sehat memungkinkan seseorang beribadah dengan lebih khusyuk, bekerja dengan optimal, serta memberi manfaat bagi orang lain. Al-Qur’an, hadits, dan pandangan para ulama menegaskan bahwa merawat jasmani dan rohani adalah wujud syukur atas nikmat Allah. Ketika tubuh mulai “berbicara”, Islam mengajarkan kita untuk mendengarkan, memperbaiki gaya hidup, dan menjaga diri agar tetap berada dalam jalan kebaikan yang diridhai-Nya.

 

16/12/2025 | Kontributor: Yessi Ade Lia Putri
Bangkit Tanpa Menunggu Sempurna: Kekuatan Tawakal dalam Mengubah Hidup

Dalam perjalanan hidup, banyak orang enggan melangkah karena takut salah, gagal, atau merasa belum cukup baik. Rasa ragu ini sering membuat seseorang menunda keputusan dan menunggu kondisi ideal yang tak kunjung datang. Padahal dalam Islam, Allah tidak pernah menuntut hamba-Nya untuk menjadi sempurna sebelum memulai. Yang Allah minta adalah usaha terbaik, lalu bersandar sepenuhnya kepada-Nya. Sikap inilah yang disebut tawakal.

Makna Tawakal dalam Islam

Secara bahasa, tawakal berarti bersandar sepenuhnya. Sedangkan menurut istilah, tawakal adalah mengambil sebab dengan maksimal lalu menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Allah. Ibnul Qayyim menyebut tawakal sebagai separuh agama, sementara separuh lainnya adalah kembali kepada Allah. Imam Ahmad menegaskan bahwa tawakal adalah amal hati, bukan sekadar ucapan. Ini menunjukkan bahwa tawakal bukan pasrah tanpa usaha, melainkan keyakinan yang disertai ikhtiar.

Dalil Al-Qur’an tentang Kekuatan Tawakal

Al-Qur’an menempatkan tawakal sebagai sumber kekuatan hidup. Allah mencintai orang-orang yang bertawakal dan menjanjikan jalan keluar serta rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka bagi mereka yang bertakwa dan berserah diri kepada-Nya. Tawakal bukan hanya menenangkan hati, tetapi juga membuka pertolongan Allah dalam kehidupan nyata.

Hadits Nabi tentang Tawakal dan Usaha

Rasulullah SAW menjelaskan tawakal melalui perumpamaan burung yang pergi pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang. Burung tidak menunggu rezeki datang, tetapi bergerak dan berusaha. Hadits ini menegaskan bahwa tawakal harus selalu berjalan seiring dengan usaha.

Pandangan Ulama tentang Tawakal

Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa usaha adalah bentuk ketaatan, sedangkan tawakal adalah penyerahan hati. Ibnu Taymiyyah menyatakan bahwa orang yang bertawakal tidak takut miskin dan tidak takut gagal, karena keyakinannya hanya tertuju kepada Allah. Tawakal memberi keberanian untuk memulai meski diri belum sempurna.

Mengapa Kita Harus Bangkit Tanpa Menunggu Sempurna

Banyak orang terjebak pada keinginan untuk menunggu kesiapan yang sempurna. Islam menolak cara berpikir ini. Tidak perlu menunggu mental kuat, kemampuan tinggi, atau keadaan ideal. Allah hanya meminta manusia untuk mulai melangkah, mengambil sebab terbaik, dan menyerahkan hasil kepada-Nya.

Kesimpulan

Tawakal adalah kekuatan yang membuat seseorang berani bangkit tanpa harus menunggu sempurna. Dengan tawakal, hati menjadi lebih tenang dan langkah terasa lebih ringan. Tawakal mengajarkan bahwa tugas manusia adalah berusaha sebaik mungkin, sementara hasil sepenuhnya berada dalam kuasa Allah. Sebagai wujud nyata pengamalan tawakal, kita diajak untuk memperbanyak amal kebaikan, salah satunya melalui sedekah. Memberi dengan ikhlas adalah bentuk keyakinan bahwa Allah tidak akan mengurangi rezeki, melainkan melipatgandakannya. Semoga dengan bertawakal dan membiasakan diri bersedekah, hidup kita dipenuhi keberkahan, dilapangkan rezeki, dan dikuatkan hati untuk terus bangkit.

 

15/12/2025 | Kontributor: Yessi Ade Lia Putri
Belajar Bukan Sekadar Hafalan: Menemukan Makna Ilmu Menurut Perspektif Islam

Belajar dalam Islam bukan hanya soal mengumpulkan informasi atau menghafal kalimat tanpa makna. Ilmu dalam pandangan Islam adalah cahaya yang membimbing hati, menuntun akhlak, dan mengarahkan seseorang menuju kedekatan dengan Allah. Karena itu, proses belajar yang ideal menurut Islam bukanlah sekadar memenuhi pikiran, melainkan proses yang menghidupkan hati dan menumbuhkan amal saleh.

1. Kedudukan Ilmu dalam Islam

Ilmu memiliki kedudukan yang sangat mulia. Allah berfirman:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan yang diberi ilmu beberapa derajat.”
(QS. Al-Muj?dilah: 11)

Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu bukan hanya dimiliki, tetapi diamalkan. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menegaskan bahwa ilmu yang tidak mendorong seseorang untuk melakukan amal saleh adalah ilmu yang tidak bermanfaat.

Hal ini sejalan dengan firman Allah:

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah hanyalah ulama.”
(QS. F?thir: 28)

Maknanya, ilmu sejati harus menumbuhkan rasa takut, tunduk, dan cinta kepada Allah.

2. Belajar Tidak Hanya Menghafal

Walaupun menghafal memiliki nilai dalam Islam, terutama terkait Al-Qur’an, para ulama sejak dahulu menekankan bahwa pemahaman lebih utama daripada hafalan.

Rasulullah ? bersabda:

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka Allah jadikan ia paham agama.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Nabi tidak mengatakan menghafal agama, melainkan memahami agama.

Imam Malik berkata:

“Ilmu itu bukan banyaknya riwayat, namun cahaya yang Allah letakkan dalam hati.”

Demikian pula Ibnul Qayyim menegaskan bahwa ilmu yang tidak menghasilkan amal ibarat pohon tanpa buah—terlihat besar, tetapi tidak memberi manfaat.

3. Ilmu sebagai Renungan dan Amalan

Al-Qur’an berkali-kali mengajak manusia untuk merenungkan dan memahami, bukan hanya membaca.

“Maka apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur’an?”
(QS. An-Nis?’: 82)

Belajar dalam Islam harus membuat seseorang lebih peka terhadap hikmah kehidupan, lebih bijak, dan lebih berakhlak.

Imam Nawawi menambahkan bahwa menuntut ilmu adalah ibadah terbesar setelah ibadah wajib, menunjukkan bahwa belajar adalah amal besar jika diniatkan karena Allah.

4. Aksi Nyata Menjadikan Belajar Bermakna

Agar belajar tidak berhenti pada hafalan, berikut langkah nyata yang dapat dilakukan:

1.     Meluruskan niat — belajar untuk mencari ridha Allah, bukan popularitas.

2.     Fokus pada pemahaman — gunakan catatan, diskusi, atau peta konsep.

3.     Menghubungkan ilmu dengan kehidupan — renungkan bagaimana ilmu dapat memperbaiki diri.

4.     Mengamalkan ilmu sedikit demi sedikit — ilmu tanpa praktik hanyalah teori kosong.

5.     Mengajarkan kepada orang lain — karena mengajar memperkuat pemahaman.

6.     Menjaga adab penuntut ilmu — rendah hati, menghormati guru, dan menghindari perdebatan sia-sia.

7.     Evaluasi harian — tulis apa yang dipelajari dan bagaimana akan diamalkan.

 

Kesimpulan

Belajar dalam Islam bukan tentang seberapa banyak hafalan yang kita miliki, tetapi seberapa dalam ilmu itu mengubah hati dan kehidupan kita. Al-Qur’an dan hadits, serta pandangan ulama besar, sepakat bahwa ilmu harus melahirkan pemahaman, akhlak, dan amal.

Ilmu yang tidak dipahami hanya menjadi beban, tetapi ilmu yang diamalkan akan menjadi cahaya yang membimbing hidup hingga akhirat.

Semoga kita menjadi penuntut ilmu yang bukan hanya cerdas secara akademik, tetapi juga bijaksana, berakhlak mulia, dan dekat dengan Allah.

 

12/12/2025 | Kontributor: Yessi Ade Lia Putri

Artikel Terbaru

Doa Naik Kendaraan Darat, Laut, Udara dan Artinya
Doa Naik Kendaraan Darat, Laut, Udara dan Artinya
Di masa sekarang ini sudah banyak moda transportasi yang memudahkan sahabat untuk berpergian. Bahkan jika sahabat tidak memiliki kendaraan pribadi, ada banyak kendaraan umum dan berbagai penyedia aplikasi yang menawarkan kemudahan untuk berpergian. Namun kemudahan itu juga harus diiringi dengan ketawakalan kepada Allah swt dengan tetap meminta perlindungan kepada-Nya dengan berdoa. Doa naik kendaraan adalah doa yang mungkin sudah diajarkan kepada kita sejak kecil. Doa ini hendaknya dibaca ketika menaiki kendaraan atau berpergian jauh. Doa ini diperuntukan agar kita terhindar dari marabahaya serta mendapatkan keberkahan dan perlindungan selama perjalanan. Dengan membaca doa naik kendaraan, semoga kita mendapatkan keselamatan sampai di tempat tujuan. Berikut doa naik kendaraan darat, laut, dan udara beserta artinya untuk sahabat amalkan ketika hendak meninggalkan rumah dan berpergian. Doa keluar rumah Ketika berpergian tentunya kita keluar dari rumah. Saat itu terjadi, hendaknya kita membaca doa keluar rumah yang dianjurkan sebagai berikut : "Bismillahi Tawakkaltu' Alalloh, Laa Hawla Wa Laa Quwwata Illaa Billaah." Artinya: “Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada-Nya; tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya.” Doa naik kendaraan darat Ketika bepergian dengan kendaraan darat hendaknya membaca doa untuk diberikan perlindungan sebagai berikut : "Subhaanalladzi sakhoro lana hadza wa ma kunna lahu muqrinin, wa innaa ilaa robbina lamunqolibuun." Artinya: “Maha suci Allah yang memudahkan ini (kendaraan) bagi kami dan tiada kami mempersekutukan bagi-Nya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.” Doa naik kendaraan laut Kendaraan laut seperti kapal atau perahu masih menjadi pilihan masyarakat Indonesia, hendaknya ketika menaiki kendaraan laut kita membaca doa : "Bismillaahi majreehaa wa mursaahaa inna robbii laghofuurur rohiim." Artinya: “Dengan nama Allah yang menjalankan kendaraan ini berlayar dan berlabuh. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Doa naik kendaraan udara Jika berpergian menggunakan pesawat terbang, helikopter, ataupun kendaraan dengan jalur udara lainnya bacalah doa : "Allaahumma hawwin ‘alainaa safaranaa hadzaa wathwi ‘annaa bu’dahu allaahumma anta ashshoohibu fissafari walkholiifatu fil-ahl." Artinya: “Ya Allah, mudahkanlah kami bepergian ini, dan dekatkanlah kejauhannya. Ya Allah yang menemani dalam bepergian, dan Engkau pula yang melindungi keluarga.” Kapan membaca doa naik kendaraan ? Waktu yang tepat untuk membaca doa naik kendaraan baik kendaraan darat, laut, dan udara adalah saat akan memulai perjalanan di atas kendaraan. Namun bila tidak memungkinkan sahabat bisa membacanya sebelum naik kendaraan seperti saat di terminal hendak naik bus, di pelabuhan hendak naik kapal laut, dan sebagainya Sebaiknya juga kita memperhatikan adab membaca doa naik kendaraan. Berikut adalah beberapa adab yang perlu dilakukan ketika mengamalkan doa menaiki kendaraan sebelum berpergian: Dalam keadaan suci dengan cara berwudhu Diusahakan menghadap kiblat Berdoalah dengan khusyuk dan penuh pengharapan dan keyakinan penuh kepada Allah swt Semoga sahabat yang hendak melakukan perjalan jarak jauh maupun dekat diberikan keselamatan oleh Allah swt, selain beroda untuk menolak bala sahabat juga bisa dengan bersedekah "Bersegeralah kamu bersedekah, sebab bala bencana tidak pernah bisa mendahului sedekah." (HR. Imam Baihaqi) Jadi sebelum berpergian jauh sahabat juga bisa tunaiakn sedekah lebih mudah disini https://kotasukabumi.baznas.go.id/sedekah
ARTIKEL30/09/2025 | Khoirunisa
Tata Cara Melaksanakan Fidyah sesuai dengan Syariat Islam
Tata Cara Melaksanakan Fidyah sesuai dengan Syariat Islam
Fidyah merupakan salah satu bentuk kemudahan (rukhsah) yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya yang mengalami hambatan atau kendala dalam melaksanakan puasa wajib, khususnya di bulan Ramadhan. Dengan demikian, fidyah adalah solusi yang tepat bagi mereka yang tidak memungkinkan lagi mengganti puasanya di kemudian hari. Berikut adalah uraian lengkap, detail, dan dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan literatur Islam yang terpercaya mengenai fidyah dan tata cara pelaksanaannya. Definisi Fidyah Menurut Syariat Secara bahasa, kata fidyah berasal dari bahasa Arab yang berarti "pengganti" atau "tebusan". Secara istilah syar’i, fidyah adalah penggantian kewajiban puasa yang tidak bisa dilaksanakan seseorang dengan memberi makan fakir miskin sejumlah hari puasa yang ia tinggalkan. Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur'an: "Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin." (QS. Al-Baqarah: 184) Dalil-dalil Pensyariatan Fidyah Dalil yang menjadi dasar pensyariatan fidyah tidak hanya dari Al-Qur'an, tetapi juga dari Hadits dan ijma' para ulama. Di antara dalil-dalil tersebut adalah: 1. Al-Qur'an: • QS. Al-Baqarah ayat 184 sebagaimana telah disebutkan. 2. Hadits Nabi Muhammad SAW: • Hadits riwayat Ibnu Abbas RA yang mengatakan: "Diberi keringanan bagi orang tua lanjut usia (yang tidak mampu puasa) untuk berbuka (tidak berpuasa) dan memberi makan seorang miskin setiap hari, dan tidak ada kewajiban qadha baginya." (HR. Daruquthni dan Al-Hakim) Siapa yang Wajib Membayar Fidyah? Terdapat beberapa kategori orang yang diwajibkan membayar fidyah karena ketidakmampuan mengganti puasa: 1. Orang Tua Lanjut Usia (Syekh Fani) Orang tua yang secara fisik sudah tidak mampu menjalankan puasa karena faktor usia lanjut, dan tidak ada harapan lagi baginya untuk mampu berpuasa di masa depan. 2. Orang yang Menderita Sakit Kronis Mereka yang sakit berat secara permanen, tidak ada harapan sembuh, dan jika berpuasa dapat membahayakan keselamatannya. 3. Wanita Hamil dan Menyusui Menurut sebagian ulama seperti Imam Syafi’i dan Imam Malik, wanita hamil dan menyusui yang khawatir akan keselamatan diri sendiri atau bayinya, dapat membayar fidyah sebagai pengganti puasa jika tidak mampu meng-qadha puasa di hari lain. Tata Cara dan Jumlah Pembayaran Fidyah Langkah Pertama: Menghitung Jumlah Hari Tidak Berpuasa Seseorang harus terlebih dahulu memastikan jumlah hari yang ditinggalkan dalam berpuasa Ramadhan. Setiap hari yang ditinggalkan harus diganti dengan fidyah untuk satu orang miskin. Langkah Kedua: Menentukan Bentuk Fidyah Ulama berbeda pendapat tentang bentuk pembayaran fidyah: 1. Menurut mayoritas ulama (jumhur), fidyah diberikan dalam bentuk makanan pokok sebanyak satu mud (sekitar 0,7 kg sampai 1 kg) untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan. 2. Dalam Mazhab Hanafi, ukuran fidyah adalah setengah sha’ atau sekitar 1,5 kg makanan pokok. Ulama sepakat bahwa makanan pokok harus disesuaikan dengan standar makanan pokok daerah setempat, misalnya beras, gandum, atau kurma. Langkah Ketiga: Waktu Pembayaran Fidyah Menurut jumhur ulama, fidyah bisa dibayar sejak hari pertama Ramadhan hingga menjelang Ramadhan berikutnya. Semakin cepat fidyah ditunaikan, semakin baik dan segera dirasakan manfaatnya oleh penerima. Langkah Keempat: Cara Pembayaran Fidyah Fidyah dapat diberikan dalam beberapa bentuk: • Makanan matang (siap saji): memberikan makanan siap konsumsi kepada fakir miskin. • Bahan mentah: memberikan makanan pokok mentah seperti beras atau gandum. • Melalui lembaga amil zakat: pembayaran fidyah dapat diserahkan kepada lembaga zakat yang terpercaya seperti BAZNAS Kota Sukabumi untuk distribusi yang lebih terjamin ke fakir miskin. Cara Menghitung Fidyah Menurut Madzhab Untuk memberikan gambaran lebih jelas, berikut contoh perhitungan fidyah: • Jika seseorang meninggalkan puasa selama 30 hari, maka ia wajib memberi makan 30 orang miskin sebanyak satu mud per hari (±0,7 kg), total sekitar 21 kg bahan makanan pokok (menurut jumhur ulama). • Dalam Mazhab Hanafi, jika fidyah adalah setengah sha’ per hari (±1,5 kg), maka total menjadi sekitar 45 kg untuk 30 hari puasa. Keutamaan Menunaikan Fidyah Menunaikan fidyah tidak hanya sebagai pengganti puasa, tetapi juga sebagai ibadah sosial yang memiliki keutamaan besar: Mendapat pahala dari Allah SWT karena memenuhi kewajiban agama. Menguatkan solidaritas sosial dengan membantu fakir miskin. Menjadi wasilah mendapat keberkahan dan rahmat Allah SWT. Mengapa Menyalurkan Fidyah melalui Lembaga Zakat? Menyalurkan fidyah melalui lembaga zakat seperti BAZNAS Kota Sukabumi memiliki kelebihan khusus: Dipastikan sampai kepada fakir miskin yang benar-benar membutuhkan. Pengelolaan yang profesional, transparan, dan amanah. Menjangkau lebih luas penerima manfaat. Dengan memahami secara mendalam mengenai fidyah dan tata cara melaksanakannya, kita mampu menjalankan ibadah yang benar, sesuai dengan petunjuk agama, serta memastikan bahwa kewajiban kita telah tertunaikan dengan baik dan tepat sasaran. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita semua serta menjadikannya wasilah bertambahnya keberkahan dalam hidup kita. Untuk informasi lebih lanjut tentang fidyah atau penyaluran zakat, infak, dan sedekah, silakan kunjungi https://kotasukabumi.baznas.go.id/
ARTIKEL29/09/2025 | Khoirunisa
Amalan dan Keutamaan Nisfu Syaban
Amalan dan Keutamaan Nisfu Syaban
Nisfu Sya'ban, yang berarti malam pertengahan bulan Sya'ban, adalah salah satu momen penting dalam kalender Islam. Malam ini dirayakan dengan penuh keutamaan oleh umat Islam di berbagai belahan dunia. Nisfu Sya'ban jatuh pada malam ke-15 bulan Sya'ban, bulan ke-8 dalam kalender Hijriyah. Dalam tradisi Islam, malam ini dianggap sebagai malam istimewa di mana rahmat Allah swt dicurahkan, dosa-dosa diampuni, dan doa-doa dikabulkan. Keutamaan Nisfu Sya’ban Nisfu Syaban merupakan malam yang dipenuhi dengan berkah dan rahmat. Dalam ajaran Islam, malam ini diyakini sebagai waktu di mana Allah swt menentukan takdir hamba-Nya untuk tahun yang akan datang. Rasulullah SAW pun meningkatkan ibadahnya pada malam tersebut, dengan melaksanakan shalat, berdzikir, dan berdoa. Salah satu keutamaan yang paling istimewa dari malam Nisfu Syaban adalah anugerah pengampunan dari Allah SWT. Di malam yang penuh berkah ini, Allah membuka pintu maaf-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang bertaubat dan memohon ampun. Oleh sebab itu, banyak umat Islam yang memanfaatkan momen ini untuk melaksanakan ibadah serta memperbanyak doa dalam upaya memohon ampunan dari-Nya. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT memperhatikan hamba-hamba-Nya pada malam Nisfu Sya'ban, maka Dia mengampuni dosa-dosa semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan." (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani) Hadis ini menunjukkan bahwa malam Nisfu Sya'ban adalah waktu yang sangat baik untuk memohon ampunan kepada Allah SWT, terutama bagi mereka yang ingin memperbaiki hubungan dengan-Nya. Makna Nisfu Sya’ban Nisfu Syaban memiliki makna yang mendalam dalam kehidupan seorang Muslim. Momentum ini mengajak kita untuk melakukan introspeksi dan perbaikan diri. Menjelang malam Nisfu Syaban, umat Islam diingatkan untuk merenungkan amal perbuatan mereka selama setahun terakhir serta berusaha memperbaiki diri agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik di masa mendatang. Selain itu, Nisfu Syaban merupakan momen yang sangat baik untuk memperdalam hubungan kita dengan Allah SWT. Pada malam ini, dengan melaksanakan ibadah dan berdoa, umat Islam dapat merasakan kedekatan spiritual dengan Sang Pencipta. Ini adalah saat yang tepat untuk menyendiri, merenung, dan berkomunikasi dengan Allah SWT. Amalan yang Dianjurkan di Malam Nisfu Sya'ban Malam Nisfu Sya'ban sebaiknya dimanfaatkan dengan melakukan berbagai amalan ibadah, seperti: 1. Memperbanyak Istighfar dan Taubat Malam ini adalah saat yang ideal untuk memohon ampun kepada Allah SWT dan memperbaiki hubungan kita dengan-Nya. 2. Melaksanakan Salat Malam (Qiyamullail) Shalat malam merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan, terutama pada malam-malam yang penuh keutamaan seperti Nisfu Sya'ban. 3. Membaca Al-Qur'an Membaca dan mentadabburi Al-Qur'an pada malam Nisfu Sya'ban dapat meningkatkan kedekatan seorang hamba kepada Allah SWT. 4. Berpuasa Sunnah Disunnahkan untuk berpuasa pada hari ke-13, 14, dan 15 bulan Sya'ban, termasuk pada hari setelah malam Nisfu Sya'ban.
ARTIKEL29/09/2025 | Yessi Ade Lia Putri
Makna Malam Lailatul Qadr dan Keutamannya
Makna Malam Lailatul Qadr dan Keutamannya
Malam lailatul qadar menurut keyakinan kaum muslim merupakan malam yang penuh dengan keberkahan didalamnya. Lailatul Qadar terdiri dari dua kata yaitu lailah dan al qadr, yang secara bahasa lailah berarti hitam pekat atau malam. Sedangkan al qadr artinya kemuliaan atau penetapan, yang secara bahasa adalah suatu malam kemuliaan atau malam penentuan. Banyak pendapat yang mengartikan malam lailatul qadar ini. Perkiraan makna pertama malam lailatul qadar adalah malam cemerlang yang mempunyai kemuliaan, kejayaan, dan pujian. Malam dimana Allah Swt memberikan hal-hal yang pantas diberikan pada para hamba-Nya yang Ikhlas, baik itu berupa kewibawaan yang terkenal maupun kedudukan yang terpuji didunia dan akhirat. Makna kedua tentang malam lailatul qadar adalah malam diputuskannya takdir, alur, dan Nasib para hamba lalu dikirim dari Laufil Mahfuz ke langit dunia secara kontan untuk dijalankan selama setahun. Dari perkiraan makna diatas, maka malam Lailatul Qadar adalah suatu malam yang selama setahun penuh dipenuhi dengan berbagai kebaikan dan malam yang sangat istimewa di bulan Ramadan, dan disebutkan dalam Al-Quran sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Malam ini sangat penting bagi umat Muslim karena pada malam ini diturunkannya Al-Quran yang menjadi petunjuk bagi umat manusia. Malam Lailatul Qadar mempunyai 3 nama yang merupakan penghubung jalan Tuhan yang memberikan kebahagiaan dan karunia, yaitu: Lailatul Barakah (malam keberkahan), Lailaturrahmah (malam kasih sayang), dan Lailatussalam (malam keselamatan). Keutamaan Malam Lailatul Qadar 1. Diampuni dosanya Siapa yang beribadah pada malam lailatul qadar, dia akan diampuni dosanya. Rasulullah SAW. Menjelaskan, ”Siapa yang beribadah pada malam Lailatul Qadar dengan dilandasi iman dan keikhlasan, maka Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu .” 2. Nilai Pahala yang Dilipatgandakan Malam Lailatul Qadar memiliki keistimewaan yang besar karena pada malam tersebut, pahala amal ibadah dilipatgandakan. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad saw bersabda bahwa pahala berpuasa di bulan Ramadan karena iman dan mengharap pahala adalah pengampunan dosa-dosa yang telah lalu. Begitu juga dengan shalat pada Malam Lailatul Qadar, pahalanya sama dengan shalat selama seribu bulan. 3. Dikabulkan Doanya Malam Lailatul Qadar menjadi waktu yang sangat istimewa untuk memohon rezeki dan ampunan dari Allah swt. Dalam suasana yang penuh khusyuk dan kesungguhan, umat Islam memiliki kesempatan untuk berdoa kepada-Nya, agar doa-doa mereka dikabulkan, rezeki yang berlimpah diberikan, dan dosa-dosa mereka diampuni. Malam Lailatul Qadar dengan segala keistimewaannya merupakan kesempatan bagi umat Islam untuk berbuat kebaikan. Oleh karena itu, marilah memanfaatkan setiap detik dari malam yang penuh berkah ini untuk melakukan amal perbuatan, memperbanyak dzikir, berdoa, dan merenungkan kebesaran Allah swt.Kita juga dianjurkan untuk memohon kepada-Nya agar mengabulkan segala niat baik yang kita laksanakan. Semoga Allah swt senantiasa memberkahi setiap langkah kita menuju-Nya. Aamiin.
ARTIKEL29/09/2025 | Khoirunisa
Manfaat Sedekah di Bulan Sya’ban: Ladang Pahala Menjelang Ramadhan
Manfaat Sedekah di Bulan Sya’ban: Ladang Pahala Menjelang Ramadhan
Bulan Sya’ban merupakan bulan yang istimewa dalam Islam karena menjadi jembatan menuju bulan suci Ramadhan. Rasulullah SAW banyak melakukan ibadah di bulan ini, termasuk puasa sunnah dan memperbanyak amal kebajikan. Salah satu amal yang sangat dianjurkan adalah sedekah, karena selain mendatangkan pahala, juga menjadi bentuk kepedulian sosial yang membantu sesama. Bersedekah di bulan Sya’ban memiliki nilai lebih, terutama karena bulan ini adalah waktu di mana catatan amal manusia diangkat kepada Allah Swt. Sedekah merupakan amalan yang dicintai Allah Swt. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ayat Al-Qur’an yang menyebutkan tentang sedekah, salah satunya dalam surat Al-Baqarah ayat 271 : ???? ???????? ??????????? ?????????? ????? ?????? ??????????? ????????????? ????????????? ?????? ?????? ??????? ? ??????????? ???????? ????? ????????????? ? ????????? ????? ???????????? ???????? ??? Artinya : “Jika kamu menampakkan sedekah (mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Baqarah: 271). Keutamaan Sedekah 1. Sedekah Tidak Mengurangi Harta “Sedekah adalah ibadah yang tidak akan mengurangi harta, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda untuk mengingatkan kita dalam sebuah riwayat Muslim, “sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim). Mengapa sedekah tidak akan mengurangi harta? Karena meskipun secara syari’atnya harta kita terlihat berkurang, namun kekurangan tersebut akan ditutup dengan pahala di sisi Allah SWT dan akan terus bertambah kelipatannya menjadi lebih banyak. Sebagaimana janji Allah Swt yang termaktub dalam surat Saba “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39). 2. Sedekah Menghapus Dosa Sedekah adalah salah satu amalan yang dicintai oleh Allah dan menjadi bukti ketakwaan seorang hamba. Rasulullah SAW bersabda: "Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api." (HR. Tirmidzi) Dari hadis ini, jelas bahwa sedekah bukan hanya memberikan manfaat kepada orang lain, tetapi juga menjadi sarana bagi seorang Muslim untuk menghapus dosa-dosa kecilnya. Sedekah juga merupakan bukti rasa syukur atas rezeki yang telah diberikan oleh Allah dan menjadi cara untuk mendekatkan diri kepada-Nya. 3. Sedekah Melipatgandakan Pahala Sedekah memberikan banyak keistimewaan kepada pelakunya, salah satu diantaranya adalah Allah SWT akan memberikan pahala yang banyak untuk orang yang bersedekah. Allah SWT berfiman, “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18) Mengapa Sedekah di Bulan Sya’ban Sangat Dianjurkan? Bulan Sya’ban memiliki keistimewaan karena merupakan bulan di mana amal manusia diangkat kepada Allah Swt. Dalam sebuah hadis, Usamah bin Zaid ra. bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai mengapa beliau banyak berpuasa di bulan Sya’ban, lalu beliau menjawab: "Itu adalah bulan yang dilalaikan oleh banyak orang, yaitu antara Rajab dan Ramadhan. Ia adalah bulan diangkatnya amal kepada Tuhan semesta alam, dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa." (HR. Nasa’i) Dari hadis ini, dapat diambil hikmah bahwa di bulan Sya’ban kita dianjurkan untuk memperbanyak amal saleh, termasuk sedekah. Jika Rasulullah SAW ingin amalnya diangkat dalam keadaan sedang berpuasa, maka kita pun dapat memperbanyak sedekah agar amal kita diterima dengan keadaan terbaik. Selain itu, bulan Sya’ban juga menjadi waktu yang tepat untuk membiasakan diri berbagi sebelum memasuki Ramadhan. Dengan memperbanyak sedekah di bulan ini, kita dapat melatih diri agar semakin ikhlas dan lebih siap menyambut Ramadhan dengan hati yang penuh kebaikan. Sedekah di bulan Sya’ban adalah ladang pahala yang besar menjelang Ramadhan. Selain mengikuti sunnah Rasulullah SAW, sedekah juga menjadi amalan yang mendatangkan keberkahan dan perlindungan dari musibah. Dengan memperbanyak sedekah di bulan ini, kita dapat melatih diri untuk lebih ikhlas, mendekatkan diri kepada Allah, serta membantu sesama agar semakin siap menyambut bulan suci Ramadhan dengan hati yang bersih dan penuh keberkahan. Mari manfaatkan bulan Sya’ban ini untuk memperbanyak sedekah dan berbagi kebaikan, sehingga kita bisa meraih pahala yang berlipat dan mendapatkan ridha Allah Swt. Aamiin.
ARTIKEL29/09/2025 | Yessi Ade Lia Putri
Doa Bulan Rajab Memohon Keberkahan dan Ampunan dalam Ibadah
Doa Bulan Rajab Memohon Keberkahan dan Ampunan dalam Ibadah
Doa merupakan senjata umat muslim, momentum Bulan Rajab ini bisa bisa mejadi waktu untuk kita memohon keberkahan dan ampunan. Bulan Rajab adalah salah satu bulan haram dalam kalender Hijriyah. Bulan harama merupakan bulan yang memimiliki kedudukan istimewa dikarenakan di bulan tersebut amal ibadah dilipatgandakan dan perintah untuk berbuat maksiat ditekankan untuk tidak dilakukan. Di bulan rajab ini seabiknya kita memanfaatkan dengan sebaik-baiknya salah satunya melalui ibadah dan doa-doa yang dianjurkan, termasuk doa bulan Rajab. Selain meperbanyak puasa di bulan Rajab, umat muslim juga dianjurkan untuk memanjatkan doa bulan Rajab di bulan yang mulia ini. Berikut ini adalah doa-doa yang diamalkan Rasulullah SAW dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib saat bulan Rajab dikutip dari laman resmi NU. 1. Doa Menyambut Bulan Rajab Allahumma barik lana fi rajaba wa sya'bana wa balighna Ramadhana Artinya: "Ya Allah, berkahilah umur kami di bulan Rajab dan Syaban, serta sampaikanlah (umur) kami hingga bulan Ramadhan." 2. Doa Bulan Rajab, Sayyidina Ali Allahumma sholli 'ala Muhammad wa alihi mashabihil hikmati, wa mawalin ni'mat wa maádinil 'ishmati wa'shimni bihim min khulli suuin, wa la ta'khudzni 'ala ghirratin, wala 'ala ghaflatin, wala tajál 'awaqiba amri hasratan wa nadamatan, wardhini 'anni, fa inna maghfirataka lizhalimina, wana minazhalimina. Allummaghfirli ma la yadhurruka, wa'thini ma la yanfa'uka, fainnakal wasi'atu rahmamtuhu, al badi'atu hikmatuhu, fa'thinis sa'ata wad da'ata wal amna was-shihhata, wasy syukra wal mulmua'afata wat taqwa, wa afrighis shabra was shiddqa 'alayya wa 'ala awliyaika, wa' thinil yusra, wala taj'al maáhul usra, wa' mum bidzalika ahli wa waladi waikhwani fika, waman waladani minal muslimina wal muslimati wal mu'minina wal mu'minati Artinya: Ya Allah, limpahkan rahmat ta'dzim kepada Muhammad dan keluarganya yang menjadi pelita-pelita hikmah, pemilik kenikmatan, sumber perlindungan. Jagalah kami-sebab (keberkahan) mereka-dari keburukan. Dan jangan engkau ambil kami dalam kondisi tertipu, tidak pula dalam keadaan lupa. 3. Doa Istighfar Rajab Astaghfirullahal adziim (3X). Artinya: Aku memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Kuasa (3x) Alladhi laa ilaaha illa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaaih, min jamii'il ma'aashii, wadh dhunuubi, wa atuubu ilaah, min jamii'i maa karihallaahu qaulan wa fi'lan, wa sam'an, wa basharan, wa hashiran, allaahumma inii astaghfiruka limaa qaddamtu, wa maa akhkhartu wa maa asraftu, wa maa asrartu, wa maa a'lantu, wa maa anta a'lamu bihii minnii, antal muqaddimu wa antal mu'akhkhiru, wa anta 'alaa kulli sya'in qadiir. Artinya: Yang Tidak ada Tuhan selain Dia Yang Maha Hidup lagi berdiri sendiri. Aku bertobat kepada-Nya dari segala maksiat dan dosa. Aku bertobat kepada-Nya dari segala yang Allah benci, baik berupa perkataan, perbuatan, pendengaran, penglihatan, maupun perasaan. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon ampun terhadap apa-apa (dosa-dosa) yang telah lalu maupun yang kemudian, baik (dosa yang aku perbuat) keterlaluan, (dosa) yang aku sembunyikan, (dosa yang aku perbuat) secara terang-terangan, maupun apa-apa (dosa-dosa) yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku. Engkau-lah Yang Maha Pemula, Engkau-lah Yang Maha Akhir, dan hanya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Allahumma inii astaghfiruka min kulli dhambin tubtu ilaika min hu, tsumma 'udtu fiih. wa astaghfiruka bi maa 'aradtu bihii wajhakal karima fa khalathtuhu bimaa 'alaihi sa'alaka bi hii ridlan. wa astaghfiruka bi maa wa'adtuka bihii nafsii tsumma akhlaftuka. wa astaghfiruka bi maa da'anii ilaihil hawaa min qablir rukhashi min mastabaha 'alayya, wa huwa 'indaka mahdluurun wa astaghfiruka minan ni'amil latii an'amta bi haa 'alayya fa sharaftuhaa wa taqawwaitu bi haa 'alal ma'aashii. Artinya: Ya Allah sesungguhnya aku memohon ampun kepada-Mu dari setiap dosa, aku bertobat kepada-Mu dari dosa yang aku lakukan lagi. Aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa-apa yang aku maksudkan untuk berbakti kepada-Mu, Yang Maha Mulia, namun tercemari oleh apa-apa yang tidak Engkau ridhoi. Aku memohon ampun kepada-Mu atas apa-apa yang telah aku janjikan kepada-Mu kemudian aku khilaf kepada-Mu. Aku memohon ampun kepada-Mu atas apa-apa yang Engkau berikan kepadaku, namun aku menyepelekannya. Aku mohon ampun kepada-Mu dari segala nikmat yang Engkau limpahkan kepadaku namun aku menyalahgunakannya di jalan maksiat. Wa astaghfiruka minadh dhunuubil latii laa yaghfiruhaa ghairuka wa yaththali'u 'alaihaa ahadun siwaak, wa laa yasa'uhaa illa rahmatuka wa hilmuka wa laa yunjii min haa illa 'afwuka. wa astaghfiruka min kulli yamiinin halaftu bi haa fahanaftu fii haa wa ana 'indaka ma'khudum bihaa. wa astaghfiruka ya laa ilaahaa illaa anta subhaanaka innii kuntu minadh dhaalimiin. Wa astaghfiruka ya laa ilaaha illaa anta, 'aalimul ghaibi wasysyahaadati min kulli sya'atin 'amiltuhaa fii bayadlin nahaari wasawaadil laili fii mala'in wa khalain wa sirrin wa 'alaniyyatin, wa anta ilayya nadziirun idartakabtuhaa taraa maaaataituhu minal 'ishyaani bihii 'amdan aw khata'an aw nisyaanan yaa haliimu yaa kariim., wa astaghfiruka yaa laa ilaaha illaa anta subhanaaka innii kuntu minadl dlaalimiin rabbighfirlii warhamnii watub 'alayya wa anta khairur raahimiin. Wa astaghfiruka min kulli faridhatin wajabat alayya fiiaanalil laili wa athraafan nahaari fa taraktuhaa 'amdan aw khata'an aw nis'yaanan aw tahaawunan wa ana mas'ulun bihaa wa min kulli sanatin min sunani sayyidil mursaliina wakhaatimin nabiyyiina muhammadin shallallahu 'alaihi wasallam fataraktuha ghaflatan aw syahwan aw jahlan aw tahawunan qallat aw katsurat wa ana 'aaidum bi haa. Wa astaghfiruka yaa laa ilaaha illaa anta wahdaka la syarikalak, subhaanaka rabbal 'alamiin. lakal mulku wa lakal hamdu walakasy syukru wa anta hasbunaa wa ni'mal wakiil, ni'mal maulaa wani'man nashiir wa laa haula wa laa quwwata illaa billahil 'aliyyil 'adhiim. wa shallaallahu 'alaa sayyidinaa muhammadin wa aalhi washahbiihi wa sallama tasliiman katsiraw wal hamdu lillaahi rabbil 'aalamin. Artinya: Aku memohon ampun kepada-Mu, wahai Tuhan yang tiada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim. Wahai Tuhan-ku, berilah ampunan bagiku, rahmatilah aku, dan terimalah taubatku karena Engkau adalah sebaik-baiknya Penyayang di antara para penyayang. Dan aku memohon ampunan kepadaMu dari setiap amal fardhu yang diwajibkan atas diriku pada siang dan malam hari, namun aku meninggalkannya dengan sengaja, keliru, lupa, atau meremehkan padahal aku pasti akan dimintai pertanggungjawaban mengenainya, dan dari setiap sunnah dari sunah sunah Rasul dan penutup para Nabi, yaitu Muhammad SAW, lalu meninggalkannya karena lalai, tidak tahu, atau meremehkan, baik sunah itu sedikit ataupun banyak, sedang aku masih mengulanginya. Dan aku memohon ampunan kepadaMu wahai Tuhan yang tiada Tuhan selain Engkau, tiada sekutu bagi Mu, Mahasuci Engkau Tuhan semesta alam, bagiMu segala kerajaan, bagiMu segala pujian, bagiMu segala syukur, dan Engkau adalah Yang Mencukupi kami dan sebaik-baik pelindung, penolong, dan sebaik-baik yang memberikan bantuan, dan tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang Mahatinggi dan Mahabesar. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, juga keluarganya, para sahabatnya, dengan keselamatan yang banyak. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. 4. Tasbih Rajab Subhanallahil jaliil, subhaana mallaa yambaghittasbiihu illaa lahu. Subhaanal a'azilakromi. Subhaana mallabisal'izza wa huwa lahuu ahlun Artinya: Maha Suci Tuhan yang Maha Agung, Maha Suci yang tidak layak bertasbih kecuali kepadanya-Nya. Maha Suci yang Maha Agung dan Maha Mulia, Maha Suci yang menyandang keagungan dan hanya Dia yang layak memilikinya. Semoga kita bisa mengamalkan beberapa doa bulan Rajab yang ada di atas untuk menambah keberkahan dan meningkatkan ibadah kita.
ARTIKEL26/09/2025 | Khoirunisa
Kisah Sahabat Nabi yang Jarang Diketahui: Inspirasi Kehidupan Islami
Kisah Sahabat Nabi yang Jarang Diketahui: Inspirasi Kehidupan Islami
Inspirasi kehidupan islam dapat kita temui di berbagai kisah-kisah para sahabat nabi. Tentu sahabat sudah mengenal sahabat-sahabat nabi seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Ali bin Abi Thalib, namun masih banyak kisah sahabat Nabi yang jarang diketahui padahal sarat inspirasi. Mereka menunjukkan keteguhan, keberanian, dan kesetiaan yang tinggi kepada Islam. Berikut ini adalah beberapa kisah sahabat Nabi yang jarang diketahui yang dapat menginspirasi kita dalam menjalani kehidupan Islami. Arwa Binti Abdul Muthalib: Pejuang Wanita yang Berani Kisah sahabat Nabi yang jarang diketahui tentang Arwa Binti Abdul Muthalib. Beliau adalah wanita kuat dan berani serta merupakan bibi Nabi Muhammad SAW. Di era Jahiliyah, ketika wanita sering kali tertindas, Arwa muncul sebagai sosok yang lantang mendukung dakwah Nabi. Arwa Binti Abdul Muthalib tidak hanya ikut serta dalam dakwah, tetapi juga dikenal sebagai pelindung Rasulullah SAW di masa-masa sulit. Arwa adalah sosok wanita pemberani yang tak gentar menghadapi tantangan dakwah. Kisah Arwa ini menunjukkan bahwa meskipun wanita sering dipandang lemah pada masa itu, namun ia memperlihatkan keberanian luar biasa, mendukung dakwah Islam, dan melawan stereotip Jahiliyah. Kisah Arwa menunjukkan bahwa setiap muslimah bisa berperan dalam perjuangan Islam, meskipun menghadapi berbagai tantangan. Selain berani, Arwa juga dikenal bijaksana dalam berbicara. Dalam kisah ini, Arwa menunjukkan kebijaksanaan dan ketulusan yang menginspirasi orang-orang di sekitarnya. Melalui perjuangannya, Arwa mengajarkan bahwa setiap orang, tanpa memandang jenis kelamin, memiliki hak dan kewajiban untuk membela kebenaran Islam. Kisah Arwa ini memperlihatkan bahwa Islam adalah agama yang menghargai kesetaraan dan keberanian bagi seluruh umatnya. Abu Lubabah: Penyesalan dan Penebusan Dosa Abu Lubabah bin Abdul Munzir memiliki kisah yang sangat menyentuh. Setelah melakukan suatu tindakan yang ia anggap sebagai pengkhianatan, ia menunjukkan penyesalan mendalam yang menjadikannya salah satu sahabat yang penuh keikhlasan dan kejujuran. Abu Lubabah merasa telah melakukan kesalahan besar terhadap Rasulullah SAW. Hal ini menunjukkan bahwa penyesalan Abu Lubabah adalah bentuk nyata dari kesadaran seorang muslim terhadap kesalahan yang diperbuatnya. Sebagai bentuk penebusan, Abu Lubabah mengikat dirinya di masjid selama beberapa hari tanpa makan dan minum. Kisah ini menggambarkan betapa besar rasa malu dan tekad Abu Lubabah untuk menebus dosanya. Tindakan Abu Lubabah mengingatkan bahwa setiap kesalahan bisa ditebus dengan taubat dan keikhlasan. Melalui kisah sahabat Nabi ini, kita diingatkan bahwa Islam selalu membuka pintu bagi mereka yang tulus bertaubat. Abu Lubabah mengajarkan bahwa manusia tidak luput dari kesalahan, namun yang utama adalah ketulusan dalam mengakui dan memperbaiki diri. Hal ini mengajarkan umat Islam untuk selalu introspeksi. Pada akhirnya, Rasulullah SAW menerima taubat Abu Lubabah, dan kisah ini menjadi contoh bahwa Allah Maha Pengampun bagi hamba-Nya yang bertaubat. Kisah ini adalah pengingat bahwa selalu ada harapan bagi mereka yang tulus bertaubat. Abu Dujanah: Ayah yang Bertanggung Jawab dan Ikhlas Kisah sahabat Nabi yang jarang diketahui berikutnya adalah Abu Dujanah, seorang sahabat Nabi yang tidak hanya dikenal sebagai pejuang tetapi juga sebagai ayah yang sangat bertanggung jawab. Pada suatu waktu, Abu Dujanah mendapati anak-anaknya mengambil kurma yang bukan milik mereka. Abu Dujanah bahkan memaksa anak-anaknya untuk memuntahkan kurma yang telah mereka makan. Ini menunjukkan prinsip kuat Abu Dujanah dalam mengajarkan nilai kejujuran dan tanggung jawab serta keteguhan Abu Dujanah dalam mendidik anaknya agar tidak mengambil yang bukan haknya. Rasulullah SAW meneteskan air mata mendengar pengakuan Abu Dujanah. Kisah ini mengajarkan pentingnya pengawasan dan didikan orang tua dalam menanamkan akhlak mulia kepada anak-anak. Keteladanan Abu Dujanah ini memperlihatkan bahwa menjadi orang tua dalam Islam bukan hanya soal memenuhi kebutuhan, tetapi juga membimbing akhlak anak-anak. Melalui kisah ini, kita belajar pentingnya peran orang tua dalam membentuk karakter anak. Abu Dujanah adalah contoh sempurna dari orang tua yang bertanggung jawab dan takut kepada Allah dalam mendidik anak-anaknya. Kisah ini menjadi inspirasi bahwa Islam menuntut setiap orang tua untuk mendidik anak-anak mereka dengan akhlak yang baik. Ukasyah bin Mihsan: Sahabat dengan Keberanian Luar Biasa Ukasyah bin Mihsan adalah sosok dalam sahabat Nabi yang menunjukkan keberanian besar dan cinta yang tulus kepada Rasulullah SAW. Ia dikenal karena keberaniannya yang luar biasa, terutama di masa-masa genting. Suatu kali, Ukasyah menuntut agar Rasulullah mengizinkannya membalas suatu tindakan yang tidak sengaja dilakukan. Hal ini memperlihatkan bahwa Ukasyah ingin memastikan hubungan mereka bebas dari segala ganjalan. Namun, saat diizinkan, Ukasyah justru memeluk Nabi Muhammad SAW sebagai tanda kecintaan yang mendalam. Melalui kisah ini, kita belajar bahwa cinta kepada Nabi bisa diwujudkan melalui rasa hormat dan kesetiaan. Tindakan Ukasyah mengajarkan bahwa seorang muslim harus selalu memastikan dirinya bebas dari dendam atau ganjalan kepada saudara seiman. Kisah ini adalah pelajaran penting tentang menjaga hubungan yang sehat antar sesama muslim. Keikhlasan Ukasyah ini diakui oleh Nabi dan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Dalam kisah ini, kita belajar bahwa cinta yang tulus tidak memerlukan pamrih. Ukasyah menjadi simbol sahabat sejati yang siap melindungi Rasulullah hingga akhir hayatnya. Kisah ini memperlihatkan bahwa sahabat Nabi rela berkorban demi agama dan persahabatan yang tulus. Hanzalah bin Abi Amir: Kesetiaan yang Mengharukan Hanzalah dikenal dengan julukan "Ghasilul Malaikah," karena tubuhnya dibersihkan oleh para malaikat setelah wafat. Hal ini mengisahkan seorang pejuang yang setia pada Islam. Sehari setelah pernikahannya, Hanzalah pergi berperang bersama Rasulullah dan meninggal sebagai syahid. Kisah ini menunjukkan kesetiaan luar biasa Hanzalah kepada agama meskipun baru saja menikah. Rasulullah mengabarkan bahwa Hanzalah dimandikan oleh para malaikat. Dalam cerita ini, kita belajar bahwa Allah SWT menghargai setiap perjuangan yang dilakukan hamba-Nya dengan Ikhlas. Hanzalah mengajarkan bahwa cinta terbesar seorang muslim adalah untuk Allah dan Rasul-Nya. Hal ini mengajarkan tentang ikhlas dalam pengorbanan untuk agama. Kisah ini juga mengingatkan bahwa setiap pengorbanan di jalan Allah tidak pernah sia-sia. Dalam kisah ini, Hanzalah menjadi teladan bahwa meninggalkan dunia demi agama adalah hal yang mulia. Hanzalah meninggalkan kenangan yang abadi bagi umat Islam sebagai sahabat yang setia dan berani. Kisah ini memberi inspirasi agar kita selalu mengutamakan cinta pada Allah di atas segalanya. Demikianlah beberapa kisah sahabat Nabi yang jarang diketahui yang bisa menginspirasi kita dalam menjalani kehidupan Islami. Mereka mengajarkan bahwa Islam adalah agama yang menjunjung kesetiaan, kejujuran, dan keberanian, serta selalu membuka pintu bagi mereka yang ingin bertaubat.
ARTIKEL26/09/2025 | Yessi Ade Lia Putri
Bolehkah Puasa di Bulan Sya’ban?
Bolehkah Puasa di Bulan Sya’ban?
Bulan Sya’ban merupakan salah satu bulan yang penuh dengan keberkahan dalam kalender Islam. Bulan ini sering kali dianggap sebagai persiapan menuju Ramadhan, di mana umat Muslim dianjurkan untuk meningkatkan ibadah, termasuk berpuasa sunnah. Dalam berbagai hadis, Rasulullah saw disebutkan banyak berpuasa di bulan Sya’ban, bahkan lebih banyak dibandingkan bulan-bulan lainnya selain Ramadhan. Sebagaimana hadis dalam riwayat Aisyah RA, beliau berkata: "Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa selain di bulan Sya'ban." (HR. Bukhari dan Muslim) Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw sangat menganjurkan puasa di bulan Sya'ban. Maka, jawaban atas pertanyaan bolehkah berpuasa di bulan Sya'ban adalah boleh dan bahkan dianjurkan. Puasa di bulan ini menjadi bentuk persiapan menyambut bulan Ramadhan, di mana umat Islam diwajibkan berpuasa penuh selama sebulan. Bolehkah Berpuasa di Akhir Bulan Sya'ban? Salah satu pertanyaan yang sering muncul terkait bolehkah berpuasa di bulan Sya'ban adalah tentang hukum puasa di akhir bulan Sya'ban. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya, kecuali bagi orang yang memiliki kebiasaan berpuasa maka ia boleh berpuasa pada hari itu." (HR. Bukhari dan Muslim) Hadis ini menunjukkan bahwa bolehkah berpuasa di bulan Sya'ban pada akhir bulan tergantung pada kebiasaan seseorang. Jika seseorang sudah terbiasa melakukan puasa sunnah, maka tidak ada larangan baginya untuk berpuasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan. Namun, jika tidak memiliki kebiasaan tersebut, maka lebih baik tidak berpuasa pada hari-hari tersebut agar tidak mendahului Ramadhan. Puasa di akhir bulan Sya'ban juga diperbolehkan bagi mereka yang sedang mengqadha puasa Ramadhan sebelumnya. Ini menjadi salah satu alasan kuat bahwa bolehkah berpuasa di bulan Sya'ban termasuk di akhir bulan, asalkan tidak diniatkan untuk mendahului puasa Ramadhan. Selain bentuk ibadah sunnah, puasa di bulan Sya’ban juga memiliki hikmah tersendiri. Bulan sya’ban adalah waktu di mana catatan semua amal manusia diangkat dan diperlihatkan kepada Allah. Oleh karena itu, Rasulullah SAW memilih untuk memperbanyak puasa agar catatan amal beliau diangkat dalam keadaan beribadah. Ini menjadi teladan bagi umat Islam agar semakin mendekatkan diri kepada Allah sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Hikmah Berpuasa di Bulan Sya’ban 1. Persiapan Ruhani Menyambut Ramadhan Bulan Sya’ban merupakan waktu yang ideal untuk melatih diri sebelum memasuki bulan Ramadhan. Dengan berpuasa di bulan ini, seorang Muslim dapat membiasakan diri dalam menjalankan ibadah puasa sehingga ketika Ramadhan tiba, ia lebih siap secara fisik dan spiritual. Puasa di bulan Sya’ban juga membantu menanamkan kebiasaan ibadah yang lebih kuat, seperti memperbanyak doa, membaca Al-Qur’an, dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah. 2. Waktu Diangkatnya Catatan Amal Bulan Sya’ban disebut sebagai bulan diangkatnya catatan amal tahunan. Dalam sebuah hadis, Usamah bin Zaid ra. bertanya kepada Rasulullah SAW tentang alasan beliau sering berpuasa di bulan Sya’ban. Rasulullah SAW menjawab: "Itu adalah bulan yang dilalaikan oleh banyak orang, yaitu antara Rajab dan Ramadhan. Ia adalah bulan diangkatnya amal kepada Tuhan semesta alam, dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa." (HR. Nasa’i) 3. Menghapus Dosa dan Meningkatkan Ketakwaan Puasa memiliki keutamaan dalam menghapus dosa-dosa kecil dan menjadi sarana untuk meningkatkan ketakwaan. Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa berpuasa satu hari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka sejauh tujuh puluh tahun perjalanan." (HR. Bukhari dan Muslim) Dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, seorang Muslim berkesempatan untuk memperoleh ampunan dari Allah dan meningkatkan kualitas keimanannya sebelum memasuki bulan Ramadhan. 4. Melatih Kesabaran dan Pengendalian Diri Puasa di bulan Sya’ban juga menjadi latihan kesabaran dalam menghadapi rasa lapar, haus, serta godaan lainnya. Hal ini membantu seseorang untuk lebih disiplin dalam mengendalikan hawa nafsu, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Dengan demikian, orang yang berpuasa di bulan ini menjadi pribadi yang lebih sabar dan mampu mengontrol dirinya dengan lebih baik. Puasa di bulan Sya’ban juga memiliki manfaat spiritual dan kesehatan. Secara spiritual, puasa ini melatih kesabaran dan meningkatkan ketakwaan, sehingga hati menjadi lebih siap menyambut Ramadhan dengan penuh keikhlasan. Dari segi kesehatan, puasa dapat membantu tubuh menyesuaikan diri sebelum menjalani puasa penuh selama sebulan di bulan Ramadhan. Dengan memahami keutamaan dan manfaatnya, umat Muslim dianjurkan untuk menghidupkan sunnah ini sebagai bentuk persiapan diri menyambut bulan yang lebih mulia.
ARTIKEL26/09/2025 | Khoirunisa
Keutamaan dan Manfaat Makan Sahur
Keutamaan dan Manfaat Makan Sahur
Makan sahur adalah salah satu sunnah dalam ibadah puasa Ramadhan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Selain memiliki keutamaan dari segi agama, sahur juga memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh agar tetap bertenaga selama menjalankan puasa seharian. Kata “sahur” bermula dari kata “sahar” dalam bahasa Arab. Artinya, akhir malam atau waktu menjelang subuh. Sementara pengertian Sahur secara istilah yaitu makanan atau minuman yang dikonsumsi pada waktu sebelum adzan subuh dikumandangkan. Sebagaimana firman Allah Swt yang tercantum dalam surat Al Baqarah ayat 187 : Artinya: ”Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Akan tetapi, jangan campuri mereka ketika kamu (dalam keadaan) beriktikaf di masjid. Itulah batas-batas (ketentuan) Allah. Maka, janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa”. Tujuan utama dari sahur adalah untuk memberikan kekuatan kepada orang yang berpuasa agar dapat menjalani hari puasa dengan lebih baik, terutama dalam menghadapi rasa lapar dan dahaga di siang hari. Dalam praktiknya, sahur menjadi sebuah ritual yang melibatkan aspek fisik dan spiritual. Melalui sahur, seorang muslim tidak hanya mempersiapkan tubuhnya untuk berpuasa, namun juga memperoleh kesempatan untuk mendapatkan keberkahan spiritual di waktu yang istimewa ini. Selain itu, waktu sahur juga merupakan saat yang tepat untuk melakukan ibadah tambahan, seperti berdoa dan berdzikir, karena ini adalah waktu di mana Allah swt menurunkan rahmat-Nya. Kesunahan lain dalam sahur adalah mengakhirkan waktunya, mendekati terbit fajar. Ini dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik dari Zaid bin Tsabit, beliau bekata: "Kami makan sahur bersama Rasulullah SAW, kemudian (setelah makan sahur) kami berdiri untuk melaksanakan shalat. (Anas bin Malik) berkata: "Berapa perkiraan waktu antara keduanya (antara makan sahur dengan shalat fajar)?" Zaid bin Tsabit berkata: ’(seperti waktu yang dibutuhkan untuk membaca) 50 ayat’.” (Muttafaqun ‘alaih)
ARTIKEL26/09/2025 | Yessi Ade Lia Putri
MAKNA, PERISTIWA, DAN HIKMAH DARI ISRA’ MI’RAJ
MAKNA, PERISTIWA, DAN HIKMAH DARI ISRA’ MI’RAJ
Peristiwa Isra’ Mi`raj terjadi pada malam tanggal 27 Rajab di tahun ke-10/11 dari kenabian. Isra’ berarti perjalanan malam Nabi Muhammad saw dari Masjidil Haram Mekah al-Mukarramah menuju Masjidil Aqsha Baitul Maqdis Palestina, sedangkan Mi`raj berarti perjalanan lanjutan Nabi dari Masjidil Aqsha naik langit ke tujuh hingga ke Sidratul Muntaha. Peristiwa nyata perjalanan kurang dari satu malam Isra Miraj Nabi Muhammad SAW dijelaskan dan diabadikan oleh Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Isra ayat 1 yang berbunyi: “Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil haram ke Masjidil aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. Sebelum melakukan isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW mendapatkan cobaan yang beruntun. Rasulullah SAW mendapatkan cobaan yaitu ditinggalkan oleh sang istri tercinta yaitu Khadijah dan pamannya yang senantiasa membela nabi suka maupun duka yaitu Abu Thalib. Peristiwa tersebut dinamakan sebagai persitiwa amul huzni yang berarti tahun kesedihan, mengingat Nabi Muhammad SAW mendapat cobaan bertubi-tubi selama satu tahun tersebut ditinggal dengan orang-orang yang paling menyayangi sang rasul. Pada dasarnya Isra’ Mi’raj adalah dua peristiwa yang berbeda, namun terjadi dalam satu malam. Peristiwa Isra terjadi secara singkat pada suatu malam, Rasulullah SAW didatangi oleh Malaikat Jibril dan kendaraan Burraq yang satu langkahnya secepat dan sejauh mata memandang, Rasulullah pun menuju ke sumur air zam-zam. Di sana Malaikat Jibril membelah dada Nabi Muhammad SAW dan mensucikan hati beliau menggunakan air zam-zam dan setelah itu Rasulullah pun melanjutkan perjalanannya menuju Masjidil Aqsa di Kota Syam dengan mengendarai Burroq dengan Jibril. Diperjalanan, Nabi Muhammad melihat-lihat pemandangan indah yang belum pernah beliau lihat sebelumnya, inilah keajaiban yang diberikan kepada Nabi Muhammad pada saat perjalanan Isra dan Miraj. Setelah peristiwa Isra selesai yakni dari Masjidil Haram Makah ke Masjidil Aqsa di Syam, kini Rasulullah SAW harus melanjutkan perjalanannya menujuh langit tertinggi, yakni menuju langit ketujuh atau Sidratul Munthaha. Di tiap tingkatan langit tersebut, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan nabi-nabi terdahulu. Nabi-nabi tersebut di antaranya: Nabi Adam di langit pertama. Nabi Isa dan Yahya di langit kedua. Nabi Yusuf di langit ketiga. Nabi Idris di langit keempat. Nabi Harun di langit kelima. Nabi Musa di langit keenam. Nabi Ibrahim di langit ketujuh. Sejak kedua peristiwa tersebut, umat Islam diwajibkan menjalankan salat lima waktu dalam sehari. Berikut beberapa hikmah dari peristiwa Isra’ Mi’raj : Diwajibkannya melaksanakan sholat fardu lima waktu. Menumbuhkan dan meningkatkan keimanan kita terhadap kekuasaan Allah swt yang Maha berkehendak. Membuat kita semakin mengamati bahwa Nabi Muhammad adalah utusan yang membawa perintah Allah SWT. Menyakini bahwa setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan dari Allah swt, dimana setiap cobaan tersebut juga dapat meningkatkan keimanan kita atas kuasa Allah swt. Kita juga dapat mengetahui apabila kita melanggar perintah Allah maka Allah akan menghukum kita sesuai dengan apa yang kita lakukan. Kita juga dapat mengetahui tentang tanda-tanda kebesaran Allah swt Itulah beberapa hikmah dari perjalanan isra’ mi’raj Nabi Muhammad saw yang bisa kita jadikan tauladan bagi umat muslim dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
ARTIKEL25/09/2025 | Khoirunisa
Wafatnya Nabi Muhammad, Kronologi dan Dampak bagi Umat Islam
Wafatnya Nabi Muhammad, Kronologi dan Dampak bagi Umat Islam
Seorang Rasulullah hakikatnya adalah manusia yang bisa wafat, begitupun dengan Nabi Muhammad saw. Wafatnya Nabi Muhammad SAW terjadi pada tanggal 8 Juni 632 Masehi atau 12 Rabiul Awal 11 Hijriah, menandai peristiwa penting dalam sejarah Islam. Setelah lebih dari 20 tahun memimpin umat islam, Nabi Muhammad mengalami sakit mengalami sakit beberapa bulan setelah Haji Wada' atau Haji Perpisahan. Pada bulan Safar, Kondisi Nabi Muhammad sangat mengkhawatirkan. Beliau mengalami demam tinggi dan sakit kepala yang begitu hebat, ditengah kondisi tersebut Nabi Muhammad masih menyempatkan memimpin shalat beberpa hari hingga beliau meminta Abu Bakar menggantinkannya. . Kondisi Nabi terus memburuk, dan beliau pun berpindah ke rumah istrinya, Aisyah RA, tempat Nabi menghabiskan hari-hari terakhirnya. Sebelum wafat, Nabi Muhammad berpesan kepada umatnya untuk menekankan nilai persaudaraan, keadilan, dan pentingnya berpegang pada Al-Qur'an dan sunnahnya sebagai pedoman hidup. dipangkuan Aisyah RA, Nabi Muhammad wafat pada 12 Rabiul Awal. Kata-kata terakhirnya yang penuh pengharapan kepada Allah mencerminkan kesempurnaan iman dan ketakwaannya. Umat Islam kehilangan seorang nabi, pemimpin, sekaligus sumber inspirasi spiritual yang mendalam. Dampak Wafatnya Nabi Muhammad bagi Umat Islam Wafatnya Nabi Muhammad SAW memberikan guncangan besar bagi umat Islam. Banyak sahabat Nabi yang tidak percaya bahwa beliau telah wafat. Umar bin Khattab, salah seorang sahabat utama, bahkan menolak kenyataan tersebut dan mengancam siapa saja yang mengatakan bahwa Nabi telah meninggal. Namun, Abu Bakar menenangkan umat Islam dengan kata-kata yang sangat terkenal, "Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah wafat. Barang siapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah hidup dan tidak akan pernah mati." Setelah wafatnya Nabi Muhammad, umat Islam menghadapi tantangan besar, terutama terkait suksesi kepemimpinan. Wafatnya Nabi bukan hanya mengakhiri masa wahyu, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang siapa yang akan menggantikannya sebagai pemimpin umat Muslim. Abu Bakar akhirnya terpilih sebagai khalifah pertama, memulai era Khulafaur Rasyidin yang berperan penting dalam menyatukan umat Islam di bawah satu kepemimpinan. Selain itu, wafatnya Nabi Muhammad juga memberikan dampak spiritual yang mendalam. Para sahabat merasa kehilangan sumber bimbingan yang langsung, karena selama ini mereka terbiasa mendapatkan petunjuk langsung dari Nabi terkait berbagai persoalan agama. Meski demikian, warisan ajaran Nabi Muhammad, termasuk Al-Qur'an dan hadis, tetap menjadi pedoman hidup yang kuat bagi umat Islam. Ajaran-ajarannya yang menekankan pada keadilan, persaudaraan, dan kepedulian sosial terus menjadi fondasi penting dalam kehidupan umat Muslim di seluruh dunia. Peringatan Wafatnya Nabi Muhammad dalam Tradisi Islam Setiap tahun, umat Islam memperingati wafatnya Nabi Muhammad SAW melalui berbagai bentuk kegiatan religius. Di antaranya adalah majelis dzikir, pembacaan sirah Nabawiyah (sejarah hidup Nabi), serta refleksi mendalam tentang ajaran yang telah beliau tinggalkan. Peringatan wafatnya Nabi Muhammad juga sering digunakan sebagai momen untuk memperkuat ukhuwah atau persaudaraan di antara sesama Muslim, sebagaimana yang diwasiatkan oleh beliau dalam khutbah terakhirnya. Tradisi peringatan ini tidak hanya mengingatkan umat Muslim tentang kehidupan dan perjuangan Nabi Muhammad, tetapi juga mendorong umat untuk terus meneladani akhlak dan ajaran yang beliau wariskan. Bagi sebagian besar komunitas Muslim, wafatnya Nabi Muhammad merupakan momen yang mendalam untuk merenungkan dan memperkuat komitmen mereka terhadap nilai-nilai Islam.
ARTIKEL25/09/2025 | Yessi Ade Lia Putri
Muslimah Bisa Ikut I'tikaf tidak?
Muslimah Bisa Ikut I'tikaf tidak?
Menjelang sepuluh hari terakhir ramadhan, sahabat mungkin sering mendengar kata itikaf. Apa itu itikaf dan siapa saja yang boleh megerjakan i'tikaf? Secara istilah atau terminologi, i’tikaf adalah tetap diam di masjid untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. ibadah yang dilakukan seperti shalat, berdzikir, bertasbih dan kegiatan terpuji lainnya serta menghindari perbuatan yang tercela. Hukum i’tikaf adalah sunnah, dapat dikerjakan setiap waktu yang memungkinkan terutama pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan. Seperti yang diriwayatkan oleh Aisyah : Dari Aisyah r.a. isteri Nabi s.a.w. menuturkan, “Sesungguhnya Nabi SAW. melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian istri-istrinya mengerjakan i’tikaf sepeninggal beliau”. (Hadis Shahih, riwayat al-Bukhari: 1886 dan Muslim: 2006). Apa Hukum I’tikaf bagi Wanita? Berdasarkan hadist di atas dapat diketahui jika istri-istri Rasulullah mengerjakan i’tikaf. Namun ada beberapa pendapat Jumhur ulama dari kalangan Madzhab Hanafi, Maliki, syafi’i, Hambali, dan lainnya berpandangan bahwa kaum perempuan seperti laki-laki, tidak sah i’tikafnya kecuali di masjid. Maka tidak sah i’tikaf yang dilaksanakannya di masjid rumahnya. Pendapat bahwa perempuan tidak sah i’tikafnya kecuali di masjid, berbeda dengan yang dipahami madzhab Hambali. mereka berkata, “Sah i’tikaf seorang wanita yang dilaksanakan di masjid rumahnya.” Sedangkan pendapat jumhur jelas lebih benar, karena pada dasarnya laki-laki dan wanita sama dalam hukum kecuali ada dalil yang menghususkannya. Karena itu disyariatkan bagi wanita yang akan beri’tikaf untuk melaksanakannya di masjid-masjid. Namun perlu diketahui, bagi wanita yang memiliki suami tidak boleh beri’tikaf kecuali dengan izin suaminya menurut pendapat jumhur ulama. Meski begitu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika wanita beritikaf di masjid. Pertama, harus atas izin walinya atau suaminya. Kedua, hendaknya wanita yang beritikaf menutupi diri dari pandangan laki-laki. Ketiga, tidak mengganggu (menyempitkan) orang-orang yang shalat, keempat memperhatikan keamanannya. Sahabat jangan lupa sambil i’tikaf sediakan uang untuk bersedekah dan beinfak bisa langsung ke kotak amal ataupun melalui online disini https://kotasukabumi.baznas.go.id/sedekah
ARTIKEL25/09/2025 | Khoirunisa
I’tikaf dan keutamannya di bulan ramadhan
I’tikaf dan keutamannya di bulan ramadhan
I’tikaf merupakan salah satu amalan sunnah yang dianjurkan untuk umat Islam di dunia, terutama pada 10 malam terakhir bulan Ramadan. Amalan ini memiliki keutamaan yang besar karena pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW secara rutin, terutama untuk mencari malam Lailatul Qadar. Secara bahasa, i’tikaf berasal dari kata ‘akafa yang berarti menetap atau berdiam diri. Sedangkan secara syariat, i’tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat beribadah kepada Allah Swt untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Dalil tentang ber’itikaf di masjid tercantum dalam surat Al Baqarah ayat 125 : Artinya :“(Ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah itu (Ka‘bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. (Ingatlah ketika Aku katakan,) “Jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim) sebagai tempat salat.” (Ingatlah ketika) Kami wasiatkan kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, serta yang rukuk dan sujud (salat)!” Keutamaan I’tikaf di 10 Malam Terakhir Ramadan 1. Lebih Baik dari Seribu Bulan Rasulullah SAW bersabda: "Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadan." (HR. Bukhari no. 2017, Muslim no. 1169) Malam Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan (QS. Al-Qadr: 3), sehingga i’tikaf menjadi salah satu cara terbaik untuk mendapatkan malam istimewa ini. 2. Menjauhkan diri dari kesibukan dunia Dengan berdiam diri di masjid, seorang Muslim dapat lebih fokus pada beribadah, introspeksi diri, bertafakur akan kebesaran Allah Swt serta mendekatkan diri kepada Allah. 3. Meneladani Sunnah Rasulullah SAW Rasulullah SAW adalah teladan terbaik dalam ibadah, dan beliau selalu menghidupkan 10 malam terakhir Ramadan dengan i’tikaf. I’tikaf di 10 malam terakhir Ramadan adalah amalan sunnah yang penuh berkah. Dengan melakukan i’tikaf, kita bisa mendekatkan diri kepada Allah, meningkatkan kualitas ibadah, serta berkesempatan mendapatkan malam Lailatul Qadar. Rasulullah SAW sendiri mencontohkan i’tikaf sebagai bagian dari ibadahnya, dan kita sebagai umat Islam dianjurkan untuk mengikutinya. Semoga Allah memberikan kita kesempatan untuk menjalankan i’tikaf dengan khusyuk dan menerima segala amal ibadah kita di bulan suci Ramadan. Aamiin
ARTIKEL25/09/2025 | Yessi Ade Lia Putri
Tata Cara Sholat Jenazah
Tata Cara Sholat Jenazah
Sholat jenazah adalah salah satu hak sesama muslim yang harus ditunaikan bagi yang hidup dan menjadi hak syari’i bagi jenazah untuk disholatkan. Hukum sholat jenazah adalah fardhu kifayah (wajib dilakukan, namun jika sudah dilakukan muslim lainnya maka kewajibannya gugur). Oleh karena itu, kita sebagai umat muslim sebaiknya memahami tata cara sholat jenazah. mari simak penjelasannya di artikel berikut ini. Mulai dari syarat hingga cara melakukan sholat serta bacaan sholat untuk jenazah laki-laki dan perempuan. Syarat Sholat Jenazah 1. Jenazah telah dimandikan/disucikan dari najis, baik tubuh, kafan, hingga tempatnya. 2. Orang yang mensholati telah memenuhi syarat sah sholat. 3. Jika jenazah hadir, posisi orang yang sholat (mushalli) harus berada di belakang jenazah. Jenazah laki-laki dibaringkan dengan posisi kepala berada di sebelah Utara, dengan munfarid berdiri lurus dengan kepala jenazah. Jenazah perempuan peletakannya sama dengan jenazah laki-laki tapi imam atau munfaridnya berdiri lurus dengan pantat jenazah. 4. Tidak ada penghalang antara keduanya, jika jenazah berada di dalam keranda, maka keranda tersebut tidak boleh dipaku. 5. Jika jenazah hadir, maka orang yang mensholati juga harus hadir di tempat tersebut. Rukun Shalat Jenazah Niat empat kali takbir, berdiri bagi yang mampu, membaca Al-Fatihah, membaca shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah takbir kedua, mendoakan mayat setelah takbir ketiga, dan salam ke kanan Sunnah Shalat Jenazah Setiap takbir dianjurkan mengangkat tangan. Bacaannya sirr (lirih) baik di siang atau di malam hari. Membaca ta’awudz sebelum basmalah. Meninggalkan doa iftitah. Tata Cara Sholat Jenazah 1. Niat Niat bisa diucapkan di dalam hati atau dilafalkan dengan bacaan sebagai berikut untuk jenazah laki-laki Usholli 'ala hadzal mayyiti arba'a takbirotin fardho kifayatin imaman/ma'muman lillahi ta'ala. Artinya: "Saya niat sholat atas jenazah ini empat kali takbir fardu kifayah, sebagai imam/makmum hanya karena Allah Ta'ala." Untuk jenazah perempuan dapat membaca sebagai berikut : Usholli 'ala hadzahihil mayyitati arba'a takbirotin fardho kifayatin imaman/ma'muman lillahi ta'ala Artinya: "Saya niat sholat atas jenazah perempuan ini empat kali takbir fardu kifayah, sebagai imam/makmum hanya karena Allah Ta'ala." 2. Berdiri Shalat jenazah dilakukan dengan cara berdiri. Namun, jika seseorang tidak mampu untuk berdiri, maka ia bisa melaksanakan sholat jenazah dengan cara duduk. 3. Mengangkat kedua tangan bersamaan dengan takbiratul ihram, yaitu mengucapkan ALLAHU AKBAR. 4. Membaca ta’awudz: A’UDZU BILLAHI MINASY SYAITHONI ROJIIM. 5. Membaca surah Al-Fatihah sebanyak tujuh ayat secara lengkap. 6. Bertakbir kedua sambil mengangkat tangan. 7. Membaca shalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah takbir kedua, minimalnya adalah: ALLOHUMMA SHOLLI ‘ALA MUHAMMAD. Lengkapnya adalah shalawat Ibrahimiyyah: ALLAHUMMA SHOLLI ‘ALA MUHAMMAD WA ‘ALA AALI MUHAMMAD KAMAA SHOLLAITA ‘ALA IBROOHIM WA ‘ALA AALI IBROHIM, INNAKA HAMIDUN MAJIID. ALLAHUMMA BAARIK ‘ALA MUHAMMAD WA ‘ALA AALI MUHAMMAD KAMAA BAAROKTA ‘ALA IBROHIM WA ‘ALA AALI IBROHIMM INNAKA HAMIDUN MAJIID 8. Bertakbir ketiga sambil mengangkat tangan. 9. Membaca doa kebaikan untuk jenazah setelah takbir ketiga Doa untuk jenazah laki-laki Allahhummaghfir lahu warhamhu wa'aafihi wa'fuanhu. Artinya: "Ya Allah ampunilah dia, berilah rahmat dan sejahtera dan maafkanlah dia.". Doa untuk jenazah perempuan Allahhummaghfir laha warhamha wa'aafiha wa'fuanha Artinya: "ya allah ampunikah dia, berilah rahmat dan sejahtera dan maafkanlah dia." 10. Bertakbir keempat sambil mengangkat tangan. 11. Membaca doa setelah takbir keempat Untuk jenazah laki-laki : Allahumma laa tahrimnaa ajrahuu walaa taftinaa ba'dahu wagfirlana wa lahu Artinya: "Ya Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepada kami dan janganlah Engkau memberi kami fitnah sepeninggalannya, dan ampunilah kami dan dia." Untuk jenazah perempuan : Allahumma la tahrimna ajraha wala taftinna ba'daha waghfirlana walaha Artinya: "Ya Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepada kami dan janganlah Engkau memberi kami fitnah sepeninggalannya, dan ampunilah kami dan dia." 12. Mengucapkan ke kanan dan ke kiri dengan ucapan: AS-SALAAMU ‘ALAIKUM WA ROHMATULLAH WA BARAKATUH. Doa kebaikan kepada jenazah setelah takbir ketiga Di antara yang bisa dibaca pada doa setelah takbir ketiga jika jenazah adalah laki-laki: Allahummaghfirla-hu warham-hu wa ‘aafi-hi wa’fu ‘an-hu wa akrim nuzula-hu, wa wassi’ madkhola-hu, waghsil-hu bil maa-i wats tsalji wal barod wa naqqi-hi minal khothoyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danaas, wa abdil-hu daaron khoirom min daari-hi, wa ahlan khoirom min ahli-hi, wa zawjan khoirom min zawji-hi, wa ad-khil-hul jannata, wa a’idz-hu min ‘adzabil qobri wa ‘adzabin naar. “Ya Allah! Ampunilah dia (jenazah) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim no. 963) Catatan: Jika jenazah adalah perempuan: Allahummaghfirla-haa warham-haa wa ‘aafi-haa wa’fu ‘an-haa wa akrim nuzula-haa, wa wassi’ madkhola-haa, waghsil-haa bil maa-i wats tsalji wal barod wa naqqi-haa minal khothoyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danaas, wa abdil-haa daaron khoirom min daari-haa, wa ahlan khoirom min ahli-haa, wa zawjan khoirom min zawji-haa, wa ad-khil-hal jannata, wa a’idz-haa min ‘adzabil qobri wa ‘adzabin naar. Jika jenazah jumlahnya banyak: Allahummaghfirla-hum warham-hum wa ‘aafi-him wa’fu ‘an-hum wa akrim nuzula-hum, wa wassi’ madkhola-hum, waghsil-hum bil maa-i wats tsalji wal barod wa naqqi-him minal khothoyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danaas, wa abdil-hum daaron khoirom min daari-him, wa ahlan khoirom min ahli-him, wa zawjan khoirom min zawji-him, wa ad-khil-humul jannata, wa a’idz-hum min ‘adzabil qobri wa ‘adzabin naar.
ARTIKEL24/09/2025 | Khoirunisa
Sejarah Hari Santri Nasional 22 Oktober dan Tujuan Memperingatinya
Sejarah Hari Santri Nasional 22 Oktober dan Tujuan Memperingatinya
Asal Usul dan Tujuan Peringatan Hari Santri Nasional Hari Santri Nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015. Hari ini ditetapkan untuk mengenang kontribusi besar para santri dalam memperjuangkan serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Peringatan ini pertama kali diinisiasi oleh kalangan pesantren sebagai bentuk penghargaan atas jasa para santri terhadap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Melalui Hari Santri, masyarakat diajak untuk mengingat, meneladani, dan melanjutkan perjuangan ulama serta santri dalam menjaga keutuhan bangsa. Pada tahun 2023, Hari Santri mengusung tema "Jihad Santri Jayakan Negeri". Tema ini, dikutip dari laman resmi Kementerian Agama RI, menggambarkan semangat dan pengabdian santri sebagai garda terdepan dalam bidang pendidikan serta dalam memerangi kebodohan. Dalam konteks masa kini, jihad dimaknai sebagai perjuangan dalam ranah intelektual dan sosial, bukan hanya dalam bentuk pertempuran fisik. Setiap tahunnya, Hari Santri dirayakan di berbagai wilayah dengan kegiatan seperti zikir, shalawat, doa bersama, dan bentuk-bentuk penghormatan lainnya. Peran Penting Pondok Pesantren dalam Penetapan Hari Santri Gagasan Hari Santri lahir dari ratusan santri di Pondok Pesantren Babussalam, Desa Banjarejo, Malang, pada tahun 2014. Saat itu, Joko Widodo yang masih menjadi calon presiden berkomitmen untuk mewujudkan usulan tersebut, bahkan menandatangani komitmen untuk menetapkannya pada 1 Muharram. Namun kemudian, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengusulkan tanggal 22 Oktober sebagai pilihan yang lebih tepat karena memiliki nilai sejarah yang kuat. Pada tanggal tersebut di tahun 1945, KH Hasyim Asy'ari—seorang ulama besar sekaligus pahlawan nasional—mengeluarkan fatwa resolusi jihad sebagai bentuk seruan kepada umat Islam untuk mempertahankan kemerdekaan dari serangan pasukan Sekutu. Meskipun sempat menuai kontroversi, akhirnya pada 15 Oktober 2015, Presiden Joko Widodo resmi menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional melalui Keppres Nomor 22 Tahun 2015. Makna Santri Menurut KBBI dan Karakternya Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), santri adalah seseorang yang mendalami ilmu agama Islam, dikenal pula sebagai pribadi yang saleh dan rajin beribadah. Beberapa karakter yang melekat pada diri santri antara lain: Teosentris: Meyakini bahwa segala sesuatu berasal dan kembali kepada kehendak Allah SWT. Sukarela: Tercermin dari keikhlasan dalam menimba ilmu di pondok pesantren. Bijak: Menunjukkan sifat sabar, rendah hati, taat hukum agama, serta mampu menghormati perbedaan dan keberagaman. Sederhana dan Mandiri: Karakter ini terbentuk karena kehidupan pesantren yang serba terbatas, mendorong santri untuk tidak bergantung dan tidak sombong meskipun berasal dari keluarga berada.
ARTIKEL24/09/2025 | Yessi Ade Lia Putri
Bagaimana Hukum Menyalurkan Zakat Untuk Keluarga?
Bagaimana Hukum Menyalurkan Zakat Untuk Keluarga?
Zakat merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap Muslim yang mampu, dan ini merupakan salah satu rukun Islam yang bertujuan untuk membersihkan harta serta membantu sesama. Namun, dalam praktiknya, sering kali timbul pertanyaan: Bolehkah zakat diberikan kepada anggota keluarga? Untuk menjawab pertanyaan ini, sangat penting untuk memahami ketentuan syariat mengenai penerima zakat, yang telah diatur dalam Al-Qur'an dan hadist. Secara umum, zakat diperuntukkan bagi delapan asnaf yang diatur dalam Surah At-Taubah ayat 60 “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, para amil zakat, orang-orang yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) para hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang-orang yang sedang dalam perjalanan (yang memerlukan pertolongan), sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Pendapat para ulama memperkuat ketentuan ini. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: "Sedekah kepada orang miskin adalah sedekah biasa, tetapi sedekah kepada kerabat memiliki dua pahala: pahala sedekah dan pahala menjaga hubungan kekeluargaan." (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan An-Nasa’i). Hadis ini menunjukkan bahwa memberikan zakat kepada kerabat yang berhak bukan hanya diperbolehkan, tetapi juga memiliki keutamaan tambahan, yaitu mempererat tali silaturahmi. Para ulama berpendapat memberikan zakat kepada keluarga sendiri diperbolehkan dengan syarat tertentu. Berikut syaratnya: 1. Bukan Keluarga Berdasarkan Satu Garis Keturunan Keluarga yang disalurkan zakat bukanlah orang tua, saudara kandung kakak atau adik, dan anak keturunan sendiri. Pemberian harta kepada orang tua kandung tidak dapat disebutkan sebagai zakat. Melainkan bentuk pemberian sebagai rasa sayang dari anak kepada orang tua. Sementara kepada Istri dan anak, mereka adalah orang-orang yang wajib dinafkahi, sehingga tidak boleh disalurkan zakat. 2. Keluarga Terdekat yang Masuk ke Dalam 8 Asnaf Penerima Zakat Ulama membolehkan umat muslim menyalurkan zakat untuk keluarga terdekat. Seperti paman, bibi, keponakan, apabila mereka masuk ke dalam 8 asnaf penerima zakat. Misalkan, kamu memiliki keponakan yang yatim piatu dan kondisi ekonominya masuk ke dalam kategori miskin, maka diperbolehkan menyalurkan zakat. Begitu juga dengan anggota keluarga yang memiliki banyak utang (gharim) atau sedang dalam perjalanan jauh tanpa bekal (ibnu sabil). Seperti yang sudah disebutkan di atas, Beberapa ulama bahkan menganjurkan agar memberikan zakat kepada kerabat, selama tidak berada dalam tanggungan wajib, karena selain menunaikan kewajiban zakat, hal tersebut juga dapat mempererat tali silaturahmi. Sebelum memberikan zakat kepada keluarga, penting untuk memastikan bahwa mereka benar-benar memenuhi syarat sebagai mustahik. Jika tidak, zakat yang disalurkan tidak dianggap sah dan kewajiban belum terpenuhi. Oleh karena itu, konsultasi dengan ulama atau lembaga zakat terpercaya bisa membantu memastikan penyaluran zakat dilakukan sesuai syariah.
ARTIKEL24/09/2025 | Khoirunisa
Makam Nabi Muhammad SAW di Madinah: Lokasi, Sejarah, dan Fakta Unik
Makam Nabi Muhammad SAW di Madinah: Lokasi, Sejarah, dan Fakta Unik
Makam Nabi Muhammad SAW yang berada di dalam kompleks Masjid Nabawi, Madinah, merupakan salah satu tempat paling suci bagi umat Islam. Lokasi ini tidak hanya menjadi destinasi utama ziarah, tetapi juga lambang kasih sayang dan penghormatan yang mendalam kepada Rasulullah. Artikel ini mengulas letak makam, sejarahnya, serta berbagai fakta menarik yang membuatnya begitu penting secara spiritual bagi jutaan Muslim di seluruh dunia. Letak Makam di Masjid Nabawi Makam Rasulullah SAW terletak di bagian timur Masjid Nabawi, masjid paling mulia kedua setelah Masjidil Haram. Makam ini berada di dekat mimbar tempat beliau biasa menyampaikan khutbah. Area di sekitarnya dikenal sebagai Rauzah, yang diyakini sebagai tempat yang sangat mulia untuk berdoa. Setiap langkah menuju lokasi ini membawa peziarah menyusuri jejak sejarah dan kemuliaan Nabi Muhammad SAW. Sejarah Singkat Makam Nabi Setelah wafat pada tahun 632 M, Nabi Muhammad dimakamkan di rumah beliau sendiri yang berdampingan dengan Masjid Nabawi. Awalnya makam ini sangat sederhana, namun seiring waktu dan meningkatnya jumlah peziarah, area tersebut diperluas dan ditata lebih baik. Peran penting dalam pengembangan kawasan ini diemban oleh Khalifah Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan. Perkembangan Arsitektur Seiring perjalanan waktu, makam Nabi mengalami berbagai renovasi. Sejak abad ke-7, area makam mulai diperluas seiring dengan bertambah luasnya Masjid Nabawi. Renovasi terbaru menghadirkan desain atap yang megah dan ornamen arsitektur yang indah. Desain ini mencerminkan rasa cinta dan penghormatan umat Islam terhadap Rasulullah, dengan setiap sudut yang menyimpan kisah dan nilai sejarah. Fakta Menarik Seputar Makam Nabi Muhammad 1. Tempat Ziarah Umat Muslim Jutaan Muslim dari berbagai negara mengunjungi makam ini setiap tahun. Ziarah ke makam Nabi dianggap sebagai bentuk ibadah yang dianjurkan. Para peziarah biasanya merasakan ketenangan batin serta keterhubungan spiritual dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. 2. Dikelilingi Makam Dua Sahabat Makam Nabi Muhammad terletak di antara makam dua sahabat dekat beliau, yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab. Ketiganya dimakamkan berdekatan, menjadikan lokasi ini sarat dengan makna sejarah dan spiritual yang mendalam. 3. Larangan Penggambaran Nabi Di sekitar makam diberlakukan larangan untuk menggambar atau memvisualisasikan wajah Nabi Muhammad SAW. Hal ini bertujuan menjaga kesucian dan menghormati kedudukan beliau sebagai utusan Allah, serta mencegah penyalahgunaan dalam bentuk visualisasi. 4. Rauzah sebagai Tempat Mustajab Doa Rauzah merupakan salah satu tempat paling dimuliakan untuk berdoa. Banyak yang meyakini bahwa doa yang dipanjatkan di sini memiliki peluang besar untuk dikabulkan. Suasana tenang dan penuh khidmat menambah kekhusyukan dalam beribadah. 5. Dekat dengan Rumah Siti Aisyah Makam Nabi juga berada tak jauh dari rumah istrinya, Siti Aisyah RA. Hal ini menambah sentuhan emosional dan historis bagi peziarah, yang diingatkan pada kisah cinta dan kesetiaan dalam kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad SAW. Warisan yang Menyentuh Hati Makam Nabi Muhammad SAW bukan sekadar situs ziarah, tetapi juga simbol abadi cinta dan penghormatan umat Islam terhadap beliau. Lokasinya yang bersejarah, arsitekturnya yang anggun, serta nilai-nilai yang dikandungnya menjadikan makam ini sebagai tempat refleksi spiritual yang sangat berharga. Kunjungan ke makam ini adalah pengalaman yang menyentuh hati, mengajak kita merenungi keteladanan Nabi dalam cinta, pengorbanan, dan pengabdian kepada umat.
ARTIKEL24/09/2025 | Yessi Ade Lia Putri
Problematika permasalahan zakat di masyarakat
Problematika permasalahan zakat di masyarakat
Zakat menurut bahasa berarti kesuburan, kesucian, barakah dan berarti juga mensucikan. Diberi nama zakat karena dengan harta yang dikeluarkan diharapkan akan mendatangkan kesuburan baik itu dari segi hartanya maupun pahalanya. Selain itu zakat juga merupakat penyucian diri dari dosa dan sifat kikir. Secara istilah zakat adalah memberikan harta apabila telah mencapai nishab dan haul kepada orang yang berhak menerimanya (mustahiq) dengan syarat tertentu Dilansir dari akun Chanel Ustadz Abdul Somad, kajian fiqih Sulaiman Rasyid part 15, membahas tentang Zakat Dalam zakat kita biasanya mendengarkan istilah : Kadar harta yang tertentu, misalnya kalau kambing 40 ekor zakatnya 1 kambing, kalau unta 5 ekor zakatnya 1 kambing, inilah yang dimaksud dengan kadar harta yang tertentu, kemudian diberikan dengan orang yang berhak menerimanya, dengan beberapa syarat : 1. kepemilikannya penuh, bukan berkongsi 2. Haul adalah berjalan genap satu tahun Hijriyah 3. Nishab, adalah batas, angka, berat tertentu Zakat mulai diwajibkan pada tahun ke 2 Hijiryah (tahun ke 2 sesudah Rasulullah pindah ke Madinah) Dalil tentang zakat Artinya : "Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku’." (QS. Al-Baqarah:43) Artinya: "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui." (QS. At-taubah: 103) Potensi zakat di Indonesia khususnya pada tahun 2022 berdasarkan data yang diperkirakan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mencapai Rp 327 triliun apa bila ini terkumpul dan terkelola dengan baik maka tentunya akan memberikan manfaat yang sangat luar biasa bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia. Akan memberantas kemiskinan yang selama ini menjadi permasalahan di Indonesia, pengangguran, dan bahkan hutang luar negeri di IMF yang jumlahnya sungguh fantastis (+3600 triliun) dapat dihapuskan oleh dana zakat. Akan tetapi sesuai dengan realita yang ada, Pengetahuan masyarakat Indonesia khususnya tentang zakat masih sangat minim. Sebagaian besar dari mereka hanya mengetahui zakat sebatas pada pemahaman yang membudaya, turun temurun, yaitu zakat fitrah, zakat yang ditunaikan pada malam idul Fitri. Padahal zakat sangatlah kompleks dan jenis-jenisnya sangatlah banyak tidak hanya zakat fitrah saja Setidaknya ada beberapa hal yang menyebabkan pengumpulan zakat di Indonesia belum maksimal sampai saat ini : 1. Mayoritas masyarakat Indonesia masih banyak yang berpemahaman zakat yang wajib dibayarkan hanyalah zakat fitrah saja. Padahal ada beberapa bentuk zakat selain zakat fitrah yang harus ditunaikan, diantaranya zakat pertanian, zakat peternakan, zakat profesi dan lain-lain. Sebagian besar mereka beranggapan bahwa sudah merasa cukup dengan hanya membayar zakat fitrah 2. Sebagian besar masyarakat Indonesia membayarkan zakatnya masih dilakukan dengan secara personal, yakni mencari sendiri orang yang terkategorikan berhak mendapatkan Zakat (mustahiq). Hal ini dilakukan karena sebagaian besar dari mereka tidak mengetahui tugas dan fungsi lembaga Amil Zakat, seperti BAZNAS, LAZ, LAZIZ, dan lainya, atau kurangnya rasa percaya terhadap lembaga yang berkecimpung dalam bidang Amil Zakat. Hal ini tidak lepas dari pengaruh buruk sistem pemerintahan Indonesia yang tahun demi tahun tidak bisa lepas dari kasus korupsi. Oleh karena itu wajib bagi seluruh elemen masyarakat harus mengetahui jenis-jenis zakat dan tatacara berzakat dengan benar dan pengeloksian dana yang tepat sehingga membantu kemaslahatan umat Islam khususnya di Indonesia. karena ini juga merupakan syarat sah rukun Islam yang ke 3. Dan memudahkan jalannya proses pengumpulan, pengolakasian dan pendistribusian lembaga Amil Zakat ke seluruh lapisan masyarakat.
ARTIKEL23/09/2025 | Khoirunisa
Kisah Umar bin Khattab : Kepemimpinan dan Kebijaksanaan yang Mengagumkan
Kisah Umar bin Khattab : Kepemimpinan dan Kebijaksanaan yang Mengagumkan
Dalam sejarah Islam, ada banyak sosok yang menjadi inspirasi tentang bagaimana seorang pemimpin seharusnya hadir bagi rakyatnya. Salah satunya adalah Umar bin Khattab RA, khalifah kedua setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Umar memiliki peran penting dalam memperluas wilayah Islam dan membangun sistem pemerintahan yang adil. Umar bukan hanya pemimpin yang kuat, tetapi juga pribadi yang penuh kebijaksanaan. Keberanian, ketegasan, dan kepeduliannya membuat ia dikenang sebagai teladan kepemimpinan hingga hari ini. Dari Penentang Menjadi Pembela Islam Kisah hidup Umar bin Khattab memberi pelajaran besar tentang perubahan hati manusia. Ia lahir di Mekah pada tahun 584 M, tumbuh sebagai pribadi yang keras dan disegani. Bahkan sebelum masuk Islam, Umar dikenal sebagai salah satu penentang paling gigih ajaran Nabi Muhammad SAW hingga pernah berniat membunuh Rasulullah demi mempertahankan keyakinan leluhurnya. Namun, takdir Allah begitu indah. Saat mendengar lantunan ayat Al-Qur’an di rumah Fatimah yang merupakan saudarinya, hatinya luluh. Umar yang awalnya berniat memusuhi Islam, justru memeluknya dengan sepenuh hati. Sejak saat itu, keberanian dan kekuatannya berpindah arah—dari menentang menjadi membela kebenaran. Nabi Muhammad SAW bahkan memberinya julukan Al-Faruq, yang berarti “pembeda antara yang benar dan yang salah”. Pemimpin yang Mengutamakan Keadilan Sebagai khalifah, Umar bin Khattab tidak hanya memperluas wilayah Islam hingga Romawi Timur, Mesir, Suriah, dan Palestina. Lebih dari itu, ia membangun sistem pemerintahan yang berkeadilan. Ia mendirikan Baitul Mal untuk memastikan harta negara digunakan bagi rakyat, membagi wilayah menjadi provinsi dengan pemimpin yang dipilih karena kemampuan, bukan karena kedekatan. Salah satu hal yang paling dikenang adalah kebiasaannya berjalan di malam hari untuk memastikan rakyatnya tidak ada yang kelaparan. Umar tidak ingin hanya menerima laporan, ia ingin melihat langsung. Pernah suatu malam, ia mendapati seorang ibu yang menenangkan anaknya dengan panci kosong hanya agar sang anak bisa tertidur. Umar pun segera kembali membawa gandum di punggungnya sendiri, menyalakan api, dan memasak untuk keluarga itu. Kisah ini menjadi bukti nyata bahwa kepemimpinan bukan soal kekuasaan, melainkan soal pelayanan. Beberapa pencapaian penting Umar Bin Khattab saat menjadi Khalifah : 1. Membagi Kekhalifahan menjadi Provinsi Umar membagi kekhalifahan menjadi beberapa provinsi dan menunjuk gubernur yang cakap untuk mengelolanya. Ia memastikan bahwa para pemimpin ini dipilih berdasarkan kemampuan dan integritas mereka, bukan karena hubungan keluarga atau kekayaan. 2. Mendirikan Baitul Mal Umar mendirikan Baitul Mal, atau perbendaharaan negara, yang mengelola keuangan negara. Melalui institusi ini, ia memastikan bahwa kekayaan negara digunakan untuk kepentingan rakyat, terutama yang miskin dan membutuhkan. 3. Menegakkan Keadilan Secara Adil Ia tidak pernah ragu untuk menegakkan hukum secara adil. Bahkan jika keputusannya mendapat kritik, ia dengan rendah hati menerima masukan dan melakukan koreksi jika diperlukan. Kebijaksanaan dalam Menghadapi Krisis Ketika Madinah dilanda kekeringan panjang, Umar tidak hanya berdoa memohon hujan, tetapi juga bergerak cepat. Ia mengirim bantuan dari berbagai provinsi, memastikan rakyatnya tidak dibiarkan menderita. Sikap ini menunjukkan kebijaksanaannya: doa harus disertai ikhtiar nyata. Selain itu, Umar memperkenalkan kalender Hijriyah dengan menjadikan peristiwa hijrah Nabi sebagai titik awal. Keputusan sederhana ini ternyata menjadi warisan besar yang masih kita gunakan hingga kini. Teladan Bagi Pemimpin Sepanjang Masa Kisah sahabat Umar bin Khattab bukan sekadar catatan sejarah. Ia adalah cermin kepemimpinan sejati: berani tapi lembut, tegas tapi penuh kasih, kuat tapi tetap rendah hati. Umar mengajarkan bahwa pemimpin sejati bukanlah yang hanya berpidato di depan rakyatnya, melainkan yang hadir, peduli, dan siap memikul beban rakyat dengan tangannya sendiri. Dalam kehidupan modern, teladan Umar bin Khattab tetap relevan. Para pemimpin, baik dalam keluarga, organisasi, maupun negara, bisa belajar darinya bahwa kebijaksanaan dan keadilan adalah fondasi yang membuat kepemimpinan dihormati dan dicintai.
ARTIKEL23/09/2025 | Yessi Ade Lia Putri
SEDEKAH MUDAH, AGAR LEBIH BERKAH
SEDEKAH MUDAH, AGAR LEBIH BERKAH
Sedekah tak melulu tentang harta loh sahabat. Amal atau perbuatan baik kepada orang lain juga sudah termasuk sedekah. Bahkan memberikan senyuman kepada sesama termasuk sedekah. Hal ini tercantum dalam hadis HR. Tirmidzi dan Abu Dzar. sedekah adalah amalan baik yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Sejalan dengan itu tak dipungkiri bila ada sebuah ungkapan tangan di atas lebih baik daripada tangan dibawah dan berlomba-lombalah dalam bersedekah. Kalimat tersebut merupakan motivasi untuk manusia, khususnya umat Islam selalu berbagi dalam keadaan suka maupun duka. Karena, Islam selalu mengajarkan umatnya untuk menyisihkan sebagian hartanya dengan cara bersedekah kepada orang lain yang membutuhkan. Selain untuk berbagi dan sebagai bekal amal di akhirat, sedekah bertujuan untuk menyucikan harta. Sedekah tak harus dilakukan pada saat membayar zakat ataupun infak. Dimana pun dan kapan pun kamu bisa bersedekah, yang terpenting niatkan hati baikmu. Besar kecilnya adalah urusan Allah SWT. Ganjarannya adalah amalan baik. Pada zaman digital saat ini, menyedekahkan Sebagian dari harta sahabat bisa lebih mudah. Karena sudah banyak platform digital yang mewadahi sahabat untuk beramal baik. lembaga-lembaga filantropi islam juga sudah memiliki platform digital untuk mempermudah sahabat berbuat kebaikan. Apapun bentuk dan model sedekahnya, baik online maupun offline pada intinya sedekah, zakat dan infak tersebut harus langsung sampai pada orang yang berhak menerima dan mendapatkan manfaatnya. Mungkin masih ada yang beranggapan bahwa dengan layanan sedekah online akan menciptakan jarak antara kita dengan penerima manfaat sedekah. Namun hal tersebut tidak berarti mengurangi nilai dari sedekah itu sendiri. Sebaliknya, kita melatih diri untuk memberi tanpa mengharap feedback, juga implementasi dari tangan kanan memberi tangan kiri tidak mengetahui. Apabila kamu menampakkan sedekahmu, maka itu merupakan baik sekali dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagi mu.” [Al Baqarah ayat 271] Jadi, mari perbanyak sedekah agar hidup lebih berdekah di https://kotasukabumi.baznas.go.id/sedekah
ARTIKEL23/09/2025 | Khoirunisa
Info Rekening Zakat

Info Rekening Zakat

Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.

BAZNAS

Info Rekening Zakat