WhatsApp Icon
Menghidupkan Kembali Empati: Tantangan Akhlak di Era Modern dalam Pandangan Islam

Perkembangan zaman modern membawa berbagai kemudahan dalam kehidupan manusia. Kemajuan teknologi, media sosial, dan globalisasi telah mempercepat arus informasi serta memperluas interaksi antarindividu. Namun, di balik manfaat tersebut, muncul tantangan serius dalam aspek akhlak, salah satunya adalah melemahnya empati. Sikap individualistis, minim kepedulian terhadap penderitaan orang lain, serta mudahnya melontarkan ujaran kebencian menjadi fenomena yang semakin sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam Islam, empati bukan sekadar nilai sosial, melainkan bagian dari akhlak mulia (akhlaq al-karimah) yang mencerminkan kualitas iman seseorang. Seorang Muslim tidak hanya dituntut untuk taat dalam ibadah ritual, tetapi juga memiliki kepedulian dan kepekaan sosial terhadap sesama manusia.

Konsep Empati dalam Islam

Empati dalam Islam berkaitan erat dengan konsep rahmah (kasih sayang), ta’awun (tolong-menolong), dan ukhuwah (persaudaraan). Seorang Muslim dianjurkan untuk mampu merasakan kesulitan orang lain dan terdorong untuk membantu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Empati tidak berhenti pada rasa iba, tetapi harus diwujudkan dalam sikap dan tindakan nyata yang membawa manfaat.

Dalil Al-Qur’an dan Hadits

Al-Qur’an menegaskan bahwa Islam adalah agama yang dibangun di atas kasih sayang. Allah SWT berfirman:

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.”
(QS. Al-Anbiya’: 107)

Ayat ini menunjukkan bahwa teladan Rasulullah ? adalah rahmat dan kepedulian universal. Allah juga memerintahkan umat manusia untuk saling menolong dalam kebaikan:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa.”
(QS. Al-Ma’idah: 2)

Rasulullah ? pun menegaskan pentingnya empati melalui sabdanya:

“Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa empati merupakan indikator kesempurnaan iman.

Pandangan Ulama

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa hati yang lembut dan peduli terhadap sesama merupakan tanda kedekatan seorang hamba dengan Allah. Kerasnya hati dan ketidakpedulian sosial, menurut beliau, adalah penyakit rohani yang harus diobati.

Ibn Qayyim Al-Jauziyyah menegaskan bahwa kasih sayang adalah inti syariat Islam. Sementara Imam An-Nawawi menekankan bahwa mencintai kebaikan bagi orang lain merupakan prinsip dasar akhlak yang harus diwujudkan dalam kehidupan nyata.

Tantangan dan Aksi Nyata

Empati di era modern menghadapi tantangan berupa individualisme, kesibukan hidup, serta pengaruh negatif media sosial. Oleh karena itu, empati perlu dihidupkan kembali melalui tindakan sederhana seperti menjaga lisan dan tulisan, membantu sesama, memperkuat silaturahmi, serta aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan.

Kesimpulan

Empati adalah fondasi penting dalam akhlak Islam yang berlandaskan kasih sayang dan kepedulian sosial. Al-Qur’an, hadits, dan pandangan para ulama telah memberikan panduan jelas bahwa iman sejati harus tercermin dalam sikap peduli terhadap sesama. Di tengah tantangan era modern, setiap Muslim memiliki tanggung jawab untuk menghidupkan kembali empati melalui amal nyata.

 

17/12/2025 | Kontributor: Yessi Ade Lia Putri
UMKM Naik Kelas: Strategi Bisnis Halal dan Berkah Menurut Prinsip Ekonomi Islam

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam menggerakkan perekonomian masyarakat. Selain menjadi sumber penghidupan bagi banyak keluarga, UMKM juga berkontribusi besar dalam menciptakan lapangan kerja dan memperkuat ekonomi umat. Namun, tantangan UMKM saat ini bukan hanya bertahan, melainkan mampu naik kelas menjadi usaha yang profesional, berdaya saing, dan berkelanjutan.

Dalam perspektif Islam, kegiatan bisnis tidak semata-mata berorientasi pada keuntungan materi. Islam mengajarkan bahwa usaha harus dijalankan secara halal dan penuh keberkahan agar membawa kebaikan bagi pelaku usaha dan masyarakat.

 

Konsep Bisnis Halal dan Berkah dalam Islam

Bisnis halal dalam Islam mencakup seluruh proses usaha, mulai dari sumber modal, bahan baku, proses produksi, hingga distribusi. Usaha yang terbebas dari unsur riba, penipuan, dan ketidakjelasan akan menghadirkan ketenangan batin serta kepercayaan konsumen.

Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu.”
(QS. Al-Baqarah: 172)

Ayat ini menegaskan bahwa rezeki yang halal dan baik menjadi fondasi utama dalam aktivitas ekonomi seorang Muslim.

 

Landasan Al-Qur’an dan Hadits dalam Aktivitas Usaha

Islam memberikan panduan tegas terkait etika bisnis. Salah satu prinsip utamanya adalah larangan riba serta keharusan berlaku jujur dalam transaksi. Rasulullah ? bersabda:

“Pedagang yang jujur dan amanah akan bersama para nabi, orang-orang shiddiq, dan para syuhada.”
(HR. At-Tirmidzi)

Hadits ini menunjukkan bahwa kejujuran dalam bisnis memiliki kedudukan mulia di sisi Allah.

 

Pandangan Ulama tentang Etika Bisnis

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa mencari nafkah dengan cara halal merupakan bagian dari ibadah. Ibn Qayyim al-Jawziyyah menegaskan bahwa muamalah harus berlandaskan keadilan dan kemaslahatan. Dengan demikian, keuntungan dalam Islam bukanlah tujuan utama, melainkan sarana untuk menghadirkan manfaat yang lebih luas.

 

Strategi UMKM Naik Kelas Berbasis Ekonomi Islam

Agar UMKM dapat berkembang secara berkelanjutan, beberapa strategi berikut dapat diterapkan:

1.     Menjamin kehalalan produk dan proses usaha

2.     Mengelola keuangan secara syariah dan transparan

3.     Menjunjung kejujuran serta keterbukaan informasi

4.     Meningkatkan kualitas produk dan profesionalisme kerja

5.     Menguatkan tanggung jawab sosial kepada masyarakat

Strategi ini membantu UMKM membangun kepercayaan pasar sekaligus menjaga nilai-nilai syariah.

 

Niat dan Etos Kerja Islami dalam Dunia Usaha

Keberhasilan usaha tidak hanya ditentukan oleh strategi, tetapi juga oleh niat pelaku usaha. Rasulullah ? bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Niat yang lurus akan melahirkan etos kerja islami seperti amanah, disiplin, kerja keras, dan istiqamah, sehingga usaha tidak hanya tumbuh secara ekonomi, tetapi juga bernilai ibadah.

 

Kesimpulan

UMKM yang ingin naik kelas perlu memadukan profesionalisme bisnis dengan nilai-nilai ekonomi Islam. Kehalalan usaha, kejujuran, kualitas kerja, serta kepedulian sosial merupakan kunci keberhasilan yang berkelanjutan. Ketika bisnis dijalankan dengan niat ibadah dan etos kerja islami, usaha tersebut tidak hanya menghasilkan keuntungan materi, tetapi juga mendatangkan ketenangan dan keberkahan.

 

17/12/2025 | Kontributor: Yessi Ade Lia Putri
Ketika Tubuh Berbicara: Pentingnya Menjaga Kesehatan sebagai Amanah dalam Islam

Dalam kesibukan hidup modern, manusia sering kali baru menyadari pentingnya kesehatan ketika tubuh mulai “berbicara”. Rasa lelah yang berkepanjangan, sakit yang datang berulang, atau emosi yang tidak stabil sering dianggap sepele hingga akhirnya mengganggu ibadah, pekerjaan, dan hubungan sosial. Islam memandang tubuh bukan sekadar alat untuk menjalani kehidupan, tetapi sebagai amanah dari Allah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

Tubuh sebagai Amanah dari Allah

Islam menegaskan bahwa segala yang dimiliki manusia adalah titipan Allah, termasuk tubuh. Allah berfirman:

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban.”
(QS. Al-Isra: 36)

Ayat ini menegaskan bahwa tubuh bukan milik mutlak manusia. Para ulama menjelaskan bahwa menjaga kesehatan termasuk bagian dari menjaga amanah tersebut. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menyebut tubuh sebagai “kendaraan” bagi ruh. Jika kendaraan itu rusak karena kelalaian, maka ibadah dan ketaatan pun akan terhambat.

Kesehatan sebagai Nikmat yang Sering Diabaikan

Rasulullah ? mengingatkan umatnya agar tidak meremehkan nikmat sehat. Beliau bersabda:

“Ada dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalamnya: kesehatan dan waktu luang.”
(HR. Bukhari)

Hadits ini menunjukkan bahwa kesehatan sering baru disadari nilainya ketika sudah hilang. Islam mendorong umatnya untuk bersyukur atas nikmat sehat, dan salah satu bentuk syukur tersebut adalah dengan menjaganya secara sadar dan bertanggung jawab.

Menjaga Kesehatan sebagai Bagian dari Ibadah

Dalam Islam, ibadah tidak hanya terbatas pada shalat dan puasa. Setiap aktivitas yang diniatkan untuk menaati Allah bernilai ibadah, termasuk menjaga kesehatan. Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menjelaskan bahwa menjaga tubuh agar tetap sehat merupakan bagian dari tujuan syariat, khususnya dalam menjaga jiwa (hifz an-nafs).

Rasulullah ? juga bersabda:

“Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menegaskan pentingnya keseimbangan antara ibadah dan pemenuhan hak tubuh, seperti istirahat, makan yang cukup, dan tidak memaksakan diri.

Panduan Islam dalam Menjaga Kesehatan

Islam memberikan panduan praktis yang relevan sepanjang zaman. Allah berfirman:

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.”
(QS. Al-A’raf: 31)

Prinsip ini menegaskan pentingnya pola makan seimbang. Selain itu, kebersihan menjadi fondasi kesehatan, sebagaimana sabda Rasulullah ?: “Kebersihan adalah sebagian dari iman.” Islam juga mendorong aktivitas fisik dan menjaga kesehatan mental melalui dzikir, doa, dan tawakal, karena ketenangan hati berpengaruh besar terhadap kondisi tubuh.

Ketika Tubuh Berbicara: Dengarkan dan Bertindak

Lelah berkepanjangan, sakit berulang, dan stres adalah sinyal yang tidak boleh diabaikan. Allah berfirman:

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.”
(QS. Al-Baqarah: 195)

Mengabaikan kesehatan berarti mengabaikan amanah. Seorang Muslim diajarkan untuk peka terhadap kondisi tubuh, beristirahat saat lelah, dan berikhtiar ketika sakit.

Kesimpulan

Menjaga kesehatan dalam Islam bukanlah urusan sampingan, melainkan bagian dari amanah dan bentuk nyata ketaatan kepada Allah. Tubuh yang sehat memungkinkan seseorang beribadah dengan lebih khusyuk, bekerja dengan optimal, serta memberi manfaat bagi orang lain. Al-Qur’an, hadits, dan pandangan para ulama menegaskan bahwa merawat jasmani dan rohani adalah wujud syukur atas nikmat Allah. Ketika tubuh mulai “berbicara”, Islam mengajarkan kita untuk mendengarkan, memperbaiki gaya hidup, dan menjaga diri agar tetap berada dalam jalan kebaikan yang diridhai-Nya.

 

16/12/2025 | Kontributor: Yessi Ade Lia Putri
Bangkit Tanpa Menunggu Sempurna: Kekuatan Tawakal dalam Mengubah Hidup

Dalam perjalanan hidup, banyak orang enggan melangkah karena takut salah, gagal, atau merasa belum cukup baik. Rasa ragu ini sering membuat seseorang menunda keputusan dan menunggu kondisi ideal yang tak kunjung datang. Padahal dalam Islam, Allah tidak pernah menuntut hamba-Nya untuk menjadi sempurna sebelum memulai. Yang Allah minta adalah usaha terbaik, lalu bersandar sepenuhnya kepada-Nya. Sikap inilah yang disebut tawakal.

Makna Tawakal dalam Islam

Secara bahasa, tawakal berarti bersandar sepenuhnya. Sedangkan menurut istilah, tawakal adalah mengambil sebab dengan maksimal lalu menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Allah. Ibnul Qayyim menyebut tawakal sebagai separuh agama, sementara separuh lainnya adalah kembali kepada Allah. Imam Ahmad menegaskan bahwa tawakal adalah amal hati, bukan sekadar ucapan. Ini menunjukkan bahwa tawakal bukan pasrah tanpa usaha, melainkan keyakinan yang disertai ikhtiar.

Dalil Al-Qur’an tentang Kekuatan Tawakal

Al-Qur’an menempatkan tawakal sebagai sumber kekuatan hidup. Allah mencintai orang-orang yang bertawakal dan menjanjikan jalan keluar serta rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka bagi mereka yang bertakwa dan berserah diri kepada-Nya. Tawakal bukan hanya menenangkan hati, tetapi juga membuka pertolongan Allah dalam kehidupan nyata.

Hadits Nabi tentang Tawakal dan Usaha

Rasulullah SAW menjelaskan tawakal melalui perumpamaan burung yang pergi pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang. Burung tidak menunggu rezeki datang, tetapi bergerak dan berusaha. Hadits ini menegaskan bahwa tawakal harus selalu berjalan seiring dengan usaha.

Pandangan Ulama tentang Tawakal

Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa usaha adalah bentuk ketaatan, sedangkan tawakal adalah penyerahan hati. Ibnu Taymiyyah menyatakan bahwa orang yang bertawakal tidak takut miskin dan tidak takut gagal, karena keyakinannya hanya tertuju kepada Allah. Tawakal memberi keberanian untuk memulai meski diri belum sempurna.

Mengapa Kita Harus Bangkit Tanpa Menunggu Sempurna

Banyak orang terjebak pada keinginan untuk menunggu kesiapan yang sempurna. Islam menolak cara berpikir ini. Tidak perlu menunggu mental kuat, kemampuan tinggi, atau keadaan ideal. Allah hanya meminta manusia untuk mulai melangkah, mengambil sebab terbaik, dan menyerahkan hasil kepada-Nya.

Kesimpulan

Tawakal adalah kekuatan yang membuat seseorang berani bangkit tanpa harus menunggu sempurna. Dengan tawakal, hati menjadi lebih tenang dan langkah terasa lebih ringan. Tawakal mengajarkan bahwa tugas manusia adalah berusaha sebaik mungkin, sementara hasil sepenuhnya berada dalam kuasa Allah. Sebagai wujud nyata pengamalan tawakal, kita diajak untuk memperbanyak amal kebaikan, salah satunya melalui sedekah. Memberi dengan ikhlas adalah bentuk keyakinan bahwa Allah tidak akan mengurangi rezeki, melainkan melipatgandakannya. Semoga dengan bertawakal dan membiasakan diri bersedekah, hidup kita dipenuhi keberkahan, dilapangkan rezeki, dan dikuatkan hati untuk terus bangkit.

 

15/12/2025 | Kontributor: Yessi Ade Lia Putri
Belajar Bukan Sekadar Hafalan: Menemukan Makna Ilmu Menurut Perspektif Islam

Belajar dalam Islam bukan hanya soal mengumpulkan informasi atau menghafal kalimat tanpa makna. Ilmu dalam pandangan Islam adalah cahaya yang membimbing hati, menuntun akhlak, dan mengarahkan seseorang menuju kedekatan dengan Allah. Karena itu, proses belajar yang ideal menurut Islam bukanlah sekadar memenuhi pikiran, melainkan proses yang menghidupkan hati dan menumbuhkan amal saleh.

1. Kedudukan Ilmu dalam Islam

Ilmu memiliki kedudukan yang sangat mulia. Allah berfirman:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan yang diberi ilmu beberapa derajat.”
(QS. Al-Muj?dilah: 11)

Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu bukan hanya dimiliki, tetapi diamalkan. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menegaskan bahwa ilmu yang tidak mendorong seseorang untuk melakukan amal saleh adalah ilmu yang tidak bermanfaat.

Hal ini sejalan dengan firman Allah:

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah hanyalah ulama.”
(QS. F?thir: 28)

Maknanya, ilmu sejati harus menumbuhkan rasa takut, tunduk, dan cinta kepada Allah.

2. Belajar Tidak Hanya Menghafal

Walaupun menghafal memiliki nilai dalam Islam, terutama terkait Al-Qur’an, para ulama sejak dahulu menekankan bahwa pemahaman lebih utama daripada hafalan.

Rasulullah ? bersabda:

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka Allah jadikan ia paham agama.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Nabi tidak mengatakan menghafal agama, melainkan memahami agama.

Imam Malik berkata:

“Ilmu itu bukan banyaknya riwayat, namun cahaya yang Allah letakkan dalam hati.”

Demikian pula Ibnul Qayyim menegaskan bahwa ilmu yang tidak menghasilkan amal ibarat pohon tanpa buah—terlihat besar, tetapi tidak memberi manfaat.

3. Ilmu sebagai Renungan dan Amalan

Al-Qur’an berkali-kali mengajak manusia untuk merenungkan dan memahami, bukan hanya membaca.

“Maka apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur’an?”
(QS. An-Nis?’: 82)

Belajar dalam Islam harus membuat seseorang lebih peka terhadap hikmah kehidupan, lebih bijak, dan lebih berakhlak.

Imam Nawawi menambahkan bahwa menuntut ilmu adalah ibadah terbesar setelah ibadah wajib, menunjukkan bahwa belajar adalah amal besar jika diniatkan karena Allah.

4. Aksi Nyata Menjadikan Belajar Bermakna

Agar belajar tidak berhenti pada hafalan, berikut langkah nyata yang dapat dilakukan:

1.     Meluruskan niat — belajar untuk mencari ridha Allah, bukan popularitas.

2.     Fokus pada pemahaman — gunakan catatan, diskusi, atau peta konsep.

3.     Menghubungkan ilmu dengan kehidupan — renungkan bagaimana ilmu dapat memperbaiki diri.

4.     Mengamalkan ilmu sedikit demi sedikit — ilmu tanpa praktik hanyalah teori kosong.

5.     Mengajarkan kepada orang lain — karena mengajar memperkuat pemahaman.

6.     Menjaga adab penuntut ilmu — rendah hati, menghormati guru, dan menghindari perdebatan sia-sia.

7.     Evaluasi harian — tulis apa yang dipelajari dan bagaimana akan diamalkan.

 

Kesimpulan

Belajar dalam Islam bukan tentang seberapa banyak hafalan yang kita miliki, tetapi seberapa dalam ilmu itu mengubah hati dan kehidupan kita. Al-Qur’an dan hadits, serta pandangan ulama besar, sepakat bahwa ilmu harus melahirkan pemahaman, akhlak, dan amal.

Ilmu yang tidak dipahami hanya menjadi beban, tetapi ilmu yang diamalkan akan menjadi cahaya yang membimbing hidup hingga akhirat.

Semoga kita menjadi penuntut ilmu yang bukan hanya cerdas secara akademik, tetapi juga bijaksana, berakhlak mulia, dan dekat dengan Allah.

 

12/12/2025 | Kontributor: Yessi Ade Lia Putri

Artikel Terbaru

Makna Hari Raya Idul Fitri
Makna Hari Raya Idul Fitri
Hari Raya Idul Fitri adalah momen yang sangat dinantikan oleh umat Islam di seluruh dunia. Hari raya ini menandai berakhirnya puasa selama satu bulan di bulan suci Ramadan dan menjadi momentum untuk kembali kepada fitrah, yakni kesucian hati dan kebersihan jiwa. Namun, selain sebagai ajang kemenangan setelah sebulan berpuasa, Idul Fitri juga memiliki makna yang lebih dalam dalam perspektif islam Makna Idul Fitri dalam Islam 1. Kembali ke Fitrah Jika dilihat dari gabungan katanya, Idul Fitri berasal dari dua kata, yaitu ‘id’ dan ‘al-fitri’. Id secara bahasa berasal dari kata ada - ya’uudu, yang artinya kembali. Sedangkan, kata al-fitri memiliki dua makna, yaitu suci dan berbuka. Suci artinya bersih dari segala dosa, kesalahan, dan keburukan. Ini mencerminkan bahwa setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa, seorang Muslim diharapkan kembali kepada kesucian hati dan jiwa. 2. Hari Kemenangan Idul Fitri menjadi hari kemenanga karena Muslim telah menyelesaikan salah satu ibadah yang berat, yakni puasa Ramadan. Ini adalah kemenangan spiritual atas hawa nafsu dan godaan duniawi. Allah swt dalam firmannya di QS Al-Baqarah ayat 183 menyampaikan bahwa tujuan melaksanakan puasa adalah untuk mendapatkan gelar bertakwa. Dalam menutup amal di bulan puasa ini kita harus menanamkan prinsip khauf dan raj?’. Khauf adalah kekhawatiran apakah ibadah kita diterima oleh Allah swt atau tidak, sehingga kita tidak terlalu puas dan berbangga diri dengan pencapaian ibadah yang telah dilakukan. Sementara raj?’ adalah sikap optimisme bahwa Allah dengan sifat kasih sayang-Nya pasti mau menerima amal ibadah yang kita lakukan. Puasa tidak saja ibadah yang memiliki spiritual, tetapi juga ritual keagamaan yang mendidik kepekaan sosial. Dengan menahan lapar dan dahaga, kita bisa merasakan penderitaan saudara-saudara kita yang kekurangan. Disaat kita merayakan hari raya idul fitri dengan berbagai makanan khas lebaran dan berbagi THR, ada saudara kita yang masih menahan lapar karena tidak punya bahan makanan Oleh karena itu, di bulan ramadhan ini sampai sebelum sholat idul fitri, islam mewajibkan setiap jiwa yang memiliki kelebihan harta untuk menunaikan zakat fitrah Zakat Fitrah: Menyempurnakan Ibadah Ramadan Zakat Fitrah merupakan bagian penting dalam perayaan Idul Fitri dengan tujuan agar di hari raya tidak ada yang merasakan kekurangan. Selain itu, Zakat fitrah memiliki fungsi utama untuk menyucikan jiwa dan menyempurnakan ibadah puasa. Rasulullah ? bersabda: “Zakat fitrah diwajibkan untuk menyucikan orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan perkataan keji, serta sebagai makanan bagi orang miskin.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah) Zakat fitrah wajib ditunaikan oleh setiap Muslim sebelum pelaksanaan Salat Idul Fitri. Besarannya setara dengan sekitar 2,5 kg bahan makanan pokok, seperti beras untuk di Indonesia. Salurkan Zakat Fitrah ke BAZNAS Kota Sukabumi Agar zakat fitrah tersalurkan dengan tepat sasaran, sahabat dapat membayarkannya melalui lembaga terpercaya seperti BAZNAS Kota Sukabumi. Dengan menyalurkan zakat fitrah ke BAZNAS Kota Sukabumi, sahabat turut serta dalam membantu mereka yang benar-benar membutuhkan dan memastikan distribusi zakat dilakukan secara transparan dan akurat. Idul Fitri bukan sekadar perayaan, melainkan momen spiritual yang penuh makna. Ini adalah waktu untuk kembali kepada fitrah, memperkuat silaturahmi, dan menyempurnakan ibadah dengan membayar zakat fitrah. Dengan menyalurkan zakat fitrah melalui BAZNAS Kota Sukabumi, kita tidak hanya menunaikan kewajiban sebagai Muslim tetapi juga berkontribusi dalam meringankan beban saudara-saudara kita yang kurang mampu. Mari kita sambut Idul Fitri dengan hati yang bersih dan tangan yang memberi.
ARTIKEL11/11/2025 | Yessi Ade Lia Puri
Tentang Fidyah, Kriteria, dan cara membayarnya
Tentang Fidyah, Kriteria, dan cara membayarnya
Pengertian Fidyah Fidyah secara bahasa adalah tebusan. Berdasarkan istilahnya, fidyah adalah denda yang wajib ditunaikan karena meninggalkan kewajiban atau melakukan larangan. Bagi beberapa orang yang tidak mampu menjalankan ibadah puasa dengan kriteria tertentu, diperbolehkan tidak berpuasa serta tidak harus menggantinya di lain waktu. Namun, sebagai gantinya diwajibkan untuk membayar fidyah. Adapun ketentuan tentang siapa saja yang boleh tidak berpuasa. Hal ini tertuang dalam surat Al-Baqarah ayat 184. ”(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Q.S. Al Baqarah: 184) Berikut Kriteria orang yang wajib membayar fidyah: Wanita hamil atau menyusui yang jika berpuasa takut membahayakan kondisi diri atau bayinya (atas rekomendasi dokter) Orang yang sudah tua dan tidak mampu untuk berpuasa Orang yang memiliki penyakit akut dan sulit untuk disembuhkan Untuk selengkapnya tentang kriteria orang yang wajib membayar fidyah dapat dibaca selengkanya disini Besaran Fidyah dan Cara membayarnya Besaran fidyah yang harus dibayarkan menurut Imam Malik, Imam As-Syafi'I, fidyah sebesar 1 mud gandum (kira-kira 6 ons = 675 gram = 0,75 kg atau seukuran telapak tangan yang ditengadahkan saat berdoa). Cara menghitungnya adalah sebagai berikut Hitung total puasa yang ditinggalkan Setiap hari puasa yang ditinggalakan dihitung sebagai satu takar fidyah Misalnya Azizah Hamil dan tidak berpuasa 30 hari maka dia harus menyediakan fidyah sebanyak 30 hari x 1 takar fidyah = 30 takar fidyah Fidyah dibayarkan kepada fakir miskin. Cara mebayarnya misal Azizah harus membayar 30 takar fidyah maka dia boleh dibayarkan kepada 30 orang fakir miskin atau beberapa orang saja (misal 2 orang, berarti masing-masing dapat 15 takar). Menurut kalangan Hanafiyah, fidyah boleh dibayarkan dalam bentuk uang sesuai dengan takaran yang berlaku seperti 1,5 kilogram makanan pokok per hari dikonversi menjadi rupiah.
ARTIKEL10/11/2025 | indri irmayanti
Dalil dan Keutamaan Sholat Tarawih di Bulan Suci Ramadhan
Dalil dan Keutamaan Sholat Tarawih di Bulan Suci Ramadhan
Pengertian Shalat Tarawih Tarawih berasal dari kata “tarw?h” yang berarti istirahat atau tempat istirahat. Menurut para ulama kata “tarawih” berasal dari kata mur?wahah yang berarti mengulang-ulang. Sholat Tarawih juga adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada malam hari di bulan suci Ramadhan. Sholat ini tergolong dalam ibadah qiyamul lail (shalat malam) dan biasanya dilaksanakan dengan jeda istirahat di antara rakaatnya. Rasulullah ?. menganjurkan umatnya untuk mengerjakannya sebagai bentuk ibadah tambahan yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sholat tarawih pertama di bulan ramadhan akan dilaksanakan bertepatan dengan tanggal 1 ramadhan yang ditandai dengan adanya hilal. Sementara waktu pelaksanannya setelah sholat isya. Sebagian besar ulama sepakat bahwa jumlah rakaat dalam sholat tarawih adalah delapan rakat ditambah shalat witir sehingga menjadi sebelas rakat . Panduan ini didasarkan pada praktik Rasulullah SAW dan para sahabat beliau. Meskipun demikian, terdapat juga pandangan yang memperbolehkan jumlah rakaat yang lebih dari delapan, bahkan hingga mencapai 20 rakaat ditambah witir sehingga menjadi 23 rakaat Dalil tentang Sholat Tarawih Sholat Tarawih memiliki landasan sebagaimana yang dijelaskan dalam HR. Ahmad sebagai berikut : ????? ????????? ?????? ?????? ??????? ?????????? ???????? ???????? ??????????????? ?????????? ?????? ??????? ????????? ????????? ????????????? ?????? ???? ????????? ???????? ?????????? ??????? Artinya : “Sesungguhnya Ramadhan adalah bulan dimana Allah mewajibkan puasanya, dan sesungguhnya aku menyunnahkan qiyamnya untuk orang-orang Islam. Maka barang siapa berpuasa Ramadhan dan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka ia (pasti) keluar dari dosa-dosanya sebagaimana pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.” (HR Ahmad ) Dalam hadis tersebut sudah jelas bahwasanya Allah SWT, menyunnahkan sholat qiyam ( sholat tarawih ) bagi seluruh umat muslim disamping diwajibkannya shaum di siang hari nya, dan barang siapa yang mengerjakannya dengan sepenuh hati karena keyakinannya untuk mencari pahala maka Allah SWT. akan mengampuni seluruh dosanya sebagaimana ia dilahirkan ke dunia. Keutamaan Sholat Tarawih 1. Menghapus Dosa yang Telah Lalu Sebagaimana dijelaskan dalam hadis diatas, Allah SWT akan mengampuni seluruh dosa orang muslim yang melaksanakan sholat tarawih dengan keyakinan yang tinggi untuk mencari pahala dari Allah SWT. 2. Mendapatkan Pahala yang Berlipat Ganda Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, dimana setiap amal kebaikan akan dilipat gandakan pahalanya termasuk sholat shunah tarawih. 3. Membawa Kedamaian dan Ketenangan Hati Sholat Tarawih memberikan ketenangan dan kedamaian batin. Suasana Ramadhan yang penuh kekhusyukan membuat hati lebih tenang dan damai, serta memperkuat hubungan spiritual dengan Allah SWT. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya Sholat Tarawih adalah ibadah sunnah yang didalamnya mengandung banyak keutamaan, mulai dari penghapusan dosa, pelipat gandaan pahala, hingga memberikan ketenangan hati. Ibadah ini tidak hanya menjadi bentuk ketaatan kepada Allah SWT semata saja akan tetapi sebagai momen refleksi dan peningkatan spiritual bagi setiap Muslim di bulan suci Ramadhan. Oleh karena itu, mari kita manfaatkan bulan ramadhan dengan memperbanyak ibadah. utamanya melaksanakan sholat Tarawih dengan penuh keikhlasan dan kekhusyukan kepada Allah SWT.
ARTIKEL10/11/2025 | Yessi Ade Lia Putri
Keutamaan dan Tata Cara Shalat Sunnah Rawatib : Untuk Memperat Hubungan dengan Allah
Keutamaan dan Tata Cara Shalat Sunnah Rawatib : Untuk Memperat Hubungan dengan Allah
Shalat sunnah rawatib merupakan bagian dari amalan sunnah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Ibadah ini menyertai shalat fardhu dan terbagi menjadi dua jenis, yaitu shalat sunnah qabliyah (sebelum shalat wajib) dan shalat sunnah ba’diyah (setelah shalat wajib). Meski bersifat sunnah, shalat rawatib memiliki keutamaan luar biasa yang mampu menyempurnakan kekurangan dalam ibadah wajib kita. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap tentang tata cara sholat sunnah rawatib, niat, hingga keutamannya agar dapat mengamalkannya dengan baik. Tata Cara dan Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib Shalat Rawatib Subuh Jumlah Rakaat: 2 rakaat sebelum shalat fardhu subuh Niat: Ushalli sunnatas subhi rak’ataini qabliyyatan lillahi ta’ala Artinya: Saya niat shalat sunnah qabliyah Subuh dua rakaat karena Allah ta’ala. Keutamaan: “Dua rakaat fajar (sebelum Subuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim) Shalat ini termasuk shalat sunnah muakkad, yang sangat dianjurkan dan tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi SAW. Shalat Rawatib Dzuhur Jumlah Rakaat: 2- 4 rakaat sebelum dan 2–4 rakaat sesudah Niat: • Qabliyah: Ushalli sunnatad dzuhri arba’a rakaatin qabliyyatan lillahi ta’ala • Ba’diyah: Ushalli sunnatad dzuhri raka’ataini ba’diyatan lillahi ta’ala Keutamaan: “Siapa yang menjaga empat rakaat sebelum dzuhur dan empat rakaat setelahnya, maka Allah akan mengharamkan ia dari api neraka.” (HR. Tirmidzi) Shalat Rawatib Ashar Jumlah Rakaat: 4 rakaat sebelum Ashar Niat: Ushalli sunnatal ‘ashri arba’a rakaatin qabliyyatan lillahi ta’ala Keutamaan: “Semoga Allah merahmati orang yang shalat empat rakaat sebelum Ashar.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi) Shalat sunnah ini bukan termasuk sunnah muakkad Shalat Rawatib Maghrib Jumlah Rakaat: 2 rakaat sebelum dan 2 rakaat setelah Niat: • Qabliyah: Ushalli sunnatal maghribi rak’ataini qabliyyatan lillahi ta’ala • Ba’diyah: Ushalli sunnatal maghribi rak’ataini ba’diyatan lillahi ta’ala Keutamaan: “Barang siapa yang shalat dua rakaat setelah Maghrib sebelum berbicara, maka pahalanya dicatat di surga Illiyyin.” (HR. Thabrani) Shalat Rawatib Isya Jumlah Rakaat: 2 rakaat sebelum dan 2 rakaat setelah Niat: • Qabliyah: Ushalli sunnatal ‘Isya rak’ataini qabliyyatan lillahi ta’ala • Ba’diyah: Ushalli sunnatal ‘Isya rak’ataini ba’diyatan lillahi ta’ala Keutamaan: Tidak kalah istimewa dengan yang lain, sholat rawatib isya juga memiliki ganjaran yang besar Itulah penjelasan mengenai tata cara dan keutamaan shalat sunnah rawatib di kelima waktu sholat. Semoga kita senantiasa menjadi hamba-Nya yang selalu memperbaiki shalat baik itu shalat fardhu maupun sunnah nya.
ARTIKEL10/11/2025 | indri irmayanti
Bagaimana Cara Menunaikan Zakat Peternakan
Bagaimana Cara Menunaikan Zakat Peternakan
Sahabat mungkin sudah sering mendengar zakat harta atau zakat maal. Namun tahukah sahabat, jika salah satu harta yang wajib di zakatkan adalah hewan ternak? Apakah sahabat pernah mendengar tentang zakat peternakan? Apa itu zakat peternakan? Kapan saatnya menunaikan zakat peternakan? Dan bagaimana menunaikan zakat peternakan? Simak artikel ini untuk mengetahuinya Definisi Zakat Peternakan Berdasarkan Peraturan Menteri No 52 Tahun 2014, Zakat Peternakan adalah z akat yang dikenakan atas binatang ternak yang telah mencapai haul dan nishab. “Tiada pemilik unta, sapi dan kambing yang tidak menunaikan haknya kecuali kelak pada hari kiamat ia akan di-duduk-kan di pelataran Qarqar, selanjutnya ia akan diinjak oleh hewan yang berkaki dengan kakinya dan ditanduk oleh hewan yang bertanduk dengan tanduknya. Kala itu tak ada hewan yang berkaki pincang atau yang tak utuh tanduknya…” (HR. Muslim) Hewan ternak yang dikenakan zakat adalah hewan ternak yang dipelihara dengan niat dan tujuan memperbanyak keturunannya bukan dengan niat untuk diperjualbelikan. Jika beternak hewan dengan niat atau tujuan untuk mendapatkan keuntungan, maka itu termasuk ke dalam zakat perniagaan. Syarat Zakat Peternakan Zakat yang akan dikeluarkan dikeluarkan apabila memenuhi syarat-syarat berikut : (1) muzakkinya harus Islam (2) merdeka (3)hewan merupakan milik sempurna (4) mencapai nishab (batas minimum wajib zakat) (5) sudah satu tahun dalam perawatan, dan 6) digembalakan. Apabila hewan yang dipelihara di dalam kandang tidak digembalakan maka syarat zakat peternakan tidak terpenuhi dan berlaku zakat perniagaan . Pada pasal 17 dalam peraturan kementrian agama islam no 52, hewan ternak yang dimaksud adalah unta, sapi/kerbau, kambing, dan kuda Nishab dan Haul Zakat Peternakan Haul yang berarti ia telah mencapai waktu satu tahun penuh hijriyah, nishab yang berarti harta yang wajib dizakati telah mencapai batas minimal untuk wajib zakat. Mana hartanya tidak berkurang sedikit pun dalam waktu satu tahun penuh dari batas minimal tersebut. Bila dalam setahun penuh harta ternyata mengalami penurunan di bawah nishabnya maka kewajiban zakatnya menjadi gugur. Dan kapan ia mendapati hartanya kembali mencapai nishab maka semenjak itulah ia mulai menghitung kembali waktu permulaan untuk menghitung satu tahun lagi. Berikut Nishab dan Kadar Zakat atas hewan Peternakan berdasarkan Peraturan Menteri Agama No 69 Tahun 2015 a) Nishab Unta • 5-9 ekor, zakatnya 1 ekor kambing (umur > 1 tahun) • 10-14 ekor, zakatnya 2 ekor kambing (umur > 1 tahun) • 15-19 ekor, zakatnya 3 ekor kambing (umur > 1 tahun) • 20-24 ekor, zakatnya 4 ekor kambing (umur > 1tahun) • 25-35 ekor, zakatnya 1 ekor unta betina (umur > 1 tahun) • 36-45 ekor, zakatnya 1 ekor unta betina (umur > 2 tahun) • 46-60 ekor, zakatnya 1 ekor unta betina (umur > 3 tahun) • 61-75 ekor, zakatnya 1 ekor unta betina (umur > 4 tahun) • 76-90 ekor zakatnya 2 ekor unta betina (umur > 2 tahun) • 91-120 ekor, zakatnya 2 ekor unta betina (umur > 3 tahun) • 121-129 ekor. Zakatnya 3 ekor unta betina (umur > 2 tahun) • Selanjutnya Jika jumlahnya lebih, maka setiap tambahan 40 ekor dari 120 ekor zakatnya 1 ekor unta betina yang berumur lebih dari 2 tahun • Setiap tambahan 50 ekor dari 120 ekor, zakatnya 1 ekor unta betinayang umurnya lebih dari 3 tahun b) Nishab Sapi atau kerbau • 30-39 ekor, zakatnya 1 ekor anak sapi betina • 60-69 ekor, zakatnya 2 ekor anak sapi jantan • 70-79 ekor, zakatnya 2 ekor anak sapi, 1 ekor betina dan 1 ekor jantan • 80-89 ekor, zakatnya 2 ekor anak sapi betina • 90-99 ekor, zakatnya 3 ekor anak sapi jantan • 100-109 ekor, zakatnya 1 ekor anak sapi betina dan 2 ekor anak sapi jantan • > 120 ekor, 3 ekor anak sapi vetina atau 3 ekor anak sapi jantan c) Nishab Kambing atau Domba • 40-120 ekor, zakatnya adalah 1 ekor kambing. • 121-200 ekor, zakatnya adalah 2 ekor kambing. • 201-300 ekor, zakatnya ialah 3 ekor kambing betina. • Selanjutnya jika lebih dari 300 ekor, maka setiap bertambah 100 ekor, zakatnya ditambah 1 ekor kambing.
ARTIKEL10/11/2025 | Yessi Ade Lia Putri
siapa itu musafir dan keringan yang didapatkannya
siapa itu musafir dan keringan yang didapatkannya
Musafir adalah orang yang melakukan perjalanan untuk menuju tempat tertentu dalam jangka waktu tertentu. Dalam islam, musafir memiliki kedudukan kekhususan dengan aturan dan keringanan tertentu dalam menjalankan kewajiban. Berikut beberapa keringanan atau kemudahan bagi musafir : 1. Boleh Mengqoshor Shalat Seorang musafir diperbolehkan untuk mengqosor atau meringkas shalatnya. Meringkas shalat disini maksudnya adalah mengurangi jumlah empat rakaat menjadi dua rakaat. Allah SWT berfirman, “Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. An-Nisa: 101) Shalat yang boleh diqoshor yang disepakati oleh para ulama yaitu shalat Dzuhur, Ashar, dan Isya. Imam Ahmad rahimahullah menambahkan, “Kecuali shalat Maghrib, sesungguhnya ia adalah witirnya shalat siang, dan kecuali shalat Subuh, sesungguhnya di dalam shalat tersebut dipanjangkan bacaannya.” Ibnul Mundzir rahimahullah berkata, “Para ulama telah sepakat bahwa shalat Maghrib dan Subuh tidak boleh diqoshor.” 2. Boleh menjamak shalat Menurut Imam Asy-Syafi’i ra., seorang musafir diberikan kemudahan untuk menjamka shalat atau menggabungkan dua shalat pada salah satu waktunya. Diperbolehkan untuk menggabungkan shalat Dzuhur dan Ashar pada salah satu waktunya, serta shalat Maghrib dan Isya. Untuk menjamak shalat, berikut adalah langkah-langkahnya: Shalat Dzuhur dan Ashar dijamak pada waktu Dzuhur atau Ashar, dengan menunaikan 4 rakaat shalat Dzuhur dan 4 rakaat shalat Ashar. atau bisa juga di qasr sehingga menjadi dua rakaat dzuhur dan 2 rakaat ashar. Shalat Maghrib dan Isya dijamak pada waktu Magrib atau Isya, dengan menunaikan 3 rakaat shalat Maghrib dan 2 rakaat shalat Isya1. 3. Bebas dari puasa Seorang musafir diperbolehkan tidak puasa ramadhan, namun diwajibkan untuk menggantinya sebanyak hari yang ia tinggalakan “dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (QS. Al-Baqarah : 185) 4. Berhak menerima zakat Salah satu dari delapan golongan penerima zakat adalah ibnu sabil. Ibnu sabil adal musafir yang kehabisan bekal dalam perjalanan sehingga menyulitkan untuk pulang kampung. Itulah beberapa keringanan yang didapatkan seorang musafir Hikmah dalam Keringanan untuk Musafir 1. Kasih Sayang Allah Rukhsah dalam pelaksanaan salat fardu bagi musafir merupakan bentuk kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya. Di samping itu, kemudahan tersebut membuktikan bahwa Islam adalah agama yang mudah dan tidak memberatkan bagi pemeluknya. Hal ini tergambar dalam firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 185 sebagai berikut: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur,” (QS. Al Baqarah [2]: 185). 2. Menunjukkan Keadilan dan Kemanusiaan Pemberian keringanan kepada musafir menunjukkan sifat keadilan dan kemanusiaan dalam Islam. Agama ini memahami bahwa setiap individu memiliki beban dan kondisi hidup yang berbeda, dan oleh karena itu, memberikan kelonggaran sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing. Imam Syafii dalam Fikih Manhaji menjelaskan bahwa perjalanan ibarat sepotong azab. Orang sering kehilangan hidup nyaman dan normal dalam perjalanan. Maka dari itu, Allah SWT banyak sekali memberikan keringanan hukum kepada musafir dan menunjukkan cara agar keringanan itu dapat dimanfaatkan. 3. Memberikan Kemudahan tanpa Mengurangi Ketaatan: Keringanan yang diberikan kepada musafir tidak bermaksud untuk mengurangi ketaatan terhadap Allah, melainkan memberikan kemudahan agar individu dapat menjalankan ibadah dengan hati yang tenang dan fokus. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hajj ayat 78, "Wa maa ja'ala alaikum fiddini min harajin,". Yang artinya, "Dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama,".
ARTIKEL07/11/2025 | indri irmayanti
Ketentuan Jatah Daging Kurban
Ketentuan Jatah Daging Kurban
menyembelih daging kurban merupakan ibadah untuk mendekatkan diri pada Allah swt. ibadah ini dapat mengajarkan kita untuk ikhlas dan semata-mata mencari ridho Allah. Namun, apakah sohibul kurban (orang yang melaksanakan ibadah kurban) berhak untuk mendapatkan jatah daging dari hewan yang dia kurbankan? Berapa ketentuan jatah daging kurban? bagaimana ketentuan pembagiannya? Mari simak artikel berikut orang yang berkurban dalam rangka menunaikan ibadah sunnah bukan sebagai nazar, boleh mendapatkan jatah daging kurban. ketentuan tersebut sesuai dengan hadist Riwayat Ahmad, Nabi Muhammad SAW bersabda “Jika di antara kalian berkurban, maka makanlah sebagian kurbannya” (HR Ahmad). Rasulullah SAW pernah makan dari daging hewan kurbannya sendiri. Seperti dalam hadist riwayat Imam AlBaihaqi mengatakan “Rasulullah SAW. ketika hari Idul Fitri tidak keluar dulu sebelum makan sesuatu. Ketika Idul Adha tidak makan sesuatu hingga beliau kembali ke rumah. Saat kembali, beliau makan hati dari hewan kurbannya.” Larangan sohibul kurban adalah tidak menjual bagian apapun dari hewan yang dia kurbankan. Hal tersebut tertuang dalam Fathul Mujibil Qarib. Sehingga sohibul kurban hanya boleh mengambil jatahnya untuk dimakan. “Orang yang berkurban (tidak boleh menjual daging kurban) sebagian dari daging, bulu, atau kulitnya. Maksudnya, ia haram menjualnya dan tidak sah baik itu ibadah kurban yang dinazarkan (wajib) atau ibadah kurban sunnah,” (Lihat KH Afifuddin Muhajir, Fathul Mujibil Qarib, [Situbondo, Al-Maktabah Al-Asadiyyah: 2014 M/1434 H] halaman 207). Untuk besaran jatah daging kurban ada beberapa pendapat yang menyatakan sohibul kurban boleh makan 1/3 dari daging hewan kurbannya, memakan sedikit dari hewan kurbannya, dan menyedekahkan semua daging hewan kurbannya. 1. 1/3 dari daging hewan kurban Orang yang berkurban atau disebut shohibul kurban berhak mendapatkan 1/3 daging kurban. "......(Ia memakan) maksudnya orang yang berkurban dianjurkan memakan (daging kurban sunnah) sepertiga bahkan lebih sedikit dari itu,” (Lihat KH Afifuddin Muhajir, Fathul Mujibil Qarib, Sebagian ulama berpendapat bahwa daging kurban dibagi menjadi tiga bagian: sepertiga untuk orang miskin, orang kaya, dan sepertiga untuk orang yang berkurban. Tetapi, ibadah kurban yang utama adalah menyedekahkan semuanya kecuali memakan sedikit daging itu untuk mendapatkan berkah ibadah kurban 2. Memakan sedikit Orang yang berkurban disunahkan memakan daging kurbannya satu sampai tiga suap saja untuk memperoleh berkah (tabarruk), dan sisanya disedekahkan. Artinya, “Orang yang berkurban wajib (memberi makan) dari sebagian hewan kurban sunnah (kepada orang fakir dan miskin) dengan jalan penyedekahan dagingnya yang masih segar. Menjadikan dagingnya sebagai makanan yang dimasak dan mengundang orang-orang fakir agar mereka menyantapnya tidak memadai sebagai ibadah kurban. Yang utama adalah menyedekahkan semua daging kurban kecuali sesuap, dua suap, atau beberapa suap,” (Lihat KH Afifuddin Muhajir, Fathul Mujibil Qarib, [Situbondo, Al-Maktabah Al-Asadiyyah: 2014 M/1434 H] halaman 208).
ARTIKEL07/11/2025 | Yessi Ade Lia Puri
Apakah Menangis Bisa Membatalkan Puasa? : Mitos dan Fakta yang Perlu Diketahui
Apakah Menangis Bisa Membatalkan Puasa? : Mitos dan Fakta yang Perlu Diketahui
Emosi yang diekspresikan ketika sedih umumnya adalah menangis. Namun jika menangis saat puasa apakah akan membatalkan puasa? Karena saat berpuasa kita diharapkan dapat menahan diri dari emosi. Bahkan saat kecil, sering kita mendengar orang tua berkata kepada anaknya untuk jangan menangis agar puasa tidak batal. Sebelumnya, kamu tentu tahu beberapa hal yang dapat membatalkan puasa, seperti makan dan minum disengaja, berhubungan intim dengan sengaja, memasukkan sesuatu ke dalam lubang di tubuh, dan lain sebagainya yang bisa dibaca selengkpanya disini Jadi, apakah menangis bisa membatalkan puasa, mari simak mitos dan fakta yang perlu diketahui dalam artikel ini Apakah Menangis Membatalkan Puasa? Dilansir dari laman NU Online, menangis tidak membatalkan puasa sebab bukan termasuk dari memasukkan sesuatu sampai rongga bagian dalam tubuh (jauf). Dari suatu hadits riwayat Muslim diketahui bahwa Abu Bakar As Shiddiq sering menangis ketika sholat atau membaca Alquran. Walaupun tidak dijelaskan secara detail menangis dapat membuat puasa batal atau tidak, tetapi bukan hal yang mustahil jika beliau pernah menangis saat puasa. Ketika seseorang menangis, tidak terdapat sesuatu yang masuk ke dalam mata menuju arah tenggorokan. Hal ini ditegaskan dalam kitab Rawdah at Thalibin berikut: Artinya: "Cabang permasalahan. Tidak dipermasalahkan bagi orang yang berpuasa untuk bercelak, baik ditemukan dalam tenggorokannya dari celak tersebut suatu rasa atau tidak. Sebab mata tidak termasuk jauf (bagian dalam) dan tidak ada jalan dari mata menuju tenggorokan" (Syekh Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Rawdah at-Thalibin, Juz 3, Hal. 222). Tetapi, jika air mata dari tangisan seseorang tercampur dengan air liur dan kemudian tertelan ke dalam tenggorokan, hal tersebut dapat membatalkan puasa karena terjadinya penelanan air mata. Hal tersebut karena menangis tidak termasuk dalam salah satu dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Meski demikian, umat muslim tidak dianjurkan untuk menangis. Ibadah puasa hendaknya dijalankan dengan penuh suka cita, fokus memperbanyak ibadah, dan mengharapkan rida dari Allah Swt. Sementara itu, ada banyak ulama yang mengatakan bahwa menangis tidak membuat puasa batal kecuali mereka menelan air mata yang jatuh dengan sengaja. Seperti yang disampaikan oleh Husein Ja'far Al Hadar pada suatu konten di Youtube. “Tidak, nangis nggak membatalkan puasa yang membatalkan puasa itu masuknya makanan dan minuman ke dalam lubang di tubuh kita. Kalau ini kan bukan lobang dan malah keluar air mata. Mungkin orang tua zaman dulu mendidik biar ga cengeng jadi bilangnya jangan nangis nanti batal tapi ga kreatif masa sampai bohong untuk ngajarin anak-anak.” Jadi, kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa pandangan umum yang menyatakan bahwa menangis bisa membatalkan puasa adalah keliru. Secara faktual, menangis tidak akan mengakibatkan pembatalan puasa kecuali jika air mata tersebut sengaja ditelan. Semoga penjelasan ini dapat memberikan jawaban terkait apakah menangis membatalkan puasa.
ARTIKEL07/11/2025 | indri irmayanti
Keutamaan Rutin Bersedekah: Meraih Berkah dan Ampunan Ilahi
Keutamaan Rutin Bersedekah: Meraih Berkah dan Ampunan Ilahi
Bersedekah adalah salah satu amalan mulia dalam Islam yang memiliki kedudukan istimewa. Bukan hanya sekadar mengeluarkan harta, sedekah mencakup segala bentuk kebaikan yang diberikan dengan ikhlas, termasuk senyum, tenaga, dan ilmu. Melakukan sedekah secara rutin menjanjikan keutamaan luar biasa, baik di dunia maupun di akhirat, sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Keutamaan Bersedekah dalam Tinjauan Al-Qur'an Allah SWT berulang kali menjelaskan balasan bagi orang-orang yang gemar bersedekah dalam Kitab Suci Al-Qur'an. 1. Dilipatgandakan Pahalanya Salah satu keutamaan utama sedekah adalah balasan pahala yang berlipat ganda, tak terhingga kadarnya kecuali hanya Allah yang mengetahui. Firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 261: Artinya: "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 1261) Ayat ini memberikan gambaran yang jelas bahwa sedekah di jalan Allah minimal akan mendapatkan ganjaran 700 kali lipat, bahkan Allah dapat melipatgandakannya lebih dari itu sesuai kehendak-Nya. 2. Dijamin Mendapat Ganti Terbaik Bersedekah tidak akan membuat harta berkurang. Justru, Allah SWT menjamin akan mengganti setiap harta yang dinafkahkan di jalan-Nya. Firman Allah SWT dalam Surah Saba' ayat 39: Artinya: "Katakanlah: 'Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)'. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya, dan Dia-lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya." (QS. Saba': 39) Keutamaan Bersedekah dalam Tinjauan Hadits Nabi Selain Al-Qur'an, banyak Hadits shahih yang menjelaskan keutamaan bersedekah dan manfaatnya bagi seorang Muslim. 1. Penghapus Dosa dan Pemadam Murka Allah Sedekah memiliki kekuatan spiritual yang luar biasa, yaitu menghapus kesalahan dan memadamkan murka Allah SWT. Hadits riwayat Tirmidzi (dihasankan oleh Al-Albani) dari Mu'adz bin Jabal: "Sedekah itu dapat memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api." (HR. Tirmidzi, No. 614. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Tirmidzi). Hadits lain dari Anas bin Malik (diriwayatkan oleh Tirmidzi, meski terdapat perbedaan pendapat tentang derajatnya, namun maknanya dikuatkan oleh Hadits lain): "Sesungguhnya sedekah itu memadamkan murka Allah dan menolak mati jelek (su'ul khatimah)." (HR. Tirmidzi, namun terdapat keraguan terhadap sanadnya. Namun riwayat At-Thabrani dan Al-Baihaqi dengan lafaz serupa menguatkan maknanya) 2. Mendapat Naungan di Hari Kiamat Pada hari Kiamat, ketika matahari didekatkan sejengkal di atas kepala, orang yang bersedekah, terutama yang dilakukan secara tersembunyi, akan mendapatkan naungan dari Allah SWT. Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah: "Tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (salah satunya adalah) seorang laki-laki yang bersedekah dengan tangan kanannya, kemudian ia menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya." (HR. Bukhari, No. 660 dan Muslim, No. 1031) 3. Harta Tidak Akan Berkurang Sedekah tidak membuat seseorang jatuh miskin, justru menjadi sebab keberkahan dan bertambahnya harta, baik secara kuantitas maupun kualitas. Hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah: "Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya." (HR. Muslim2, No. 2588) 4. Didoakan oleh Malaikat Setiap Hari Rutin bersedekah mengundang doa dari para Malaikat setiap pagi, memohon ganti yang lebih baik bagi pemberi infaq. Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah: "Tidak ada suatu hari pun di mana hamba-hamba berada di dalamnya, kecuali ada dua Malaikat yang turun. Salah satunya berdoa, 'Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang berinfak.' Dan yang lainnya berdoa, 'Ya Allah, berikanlah kerugian kepada orang yang menahan (hartanya/bakhil).'" (HR. Bukhari, No. 1442 dan Muslim, No. 1010) Kesimpulan Berdasarkan dalil-dalil yang shahih dari Al-Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad SAW, jelaslah bahwa rutin bersedekah adalah kunci untuk meraih kebahagiaan sejati. Sedekah tidak hanya mendatangkan pahala berlipat ganda, mengganti harta yang dikeluarkan, dan menghapus dosa, tetapi juga menjadi investasi terbaik yang akan menaungi seorang hamba di hari perhitungan kelak. Marilah kita jadikan sedekah sebagai bagian tak terpisahkan dari gaya hidup kita, dalam setiap keadaan, baik sempit maupun lapang, demi meraih ridha dan karunia Allah SWT.
ARTIKEL07/11/2025 | Yessi Ade Lia Putri
Nuzulul Qur’an, Peristiwa Turunnya Wahyu yang Mengubah Dunia
Nuzulul Qur’an, Peristiwa Turunnya Wahyu yang Mengubah Dunia
Al-Qur’an bukan sekadar kitab suci, tetapi juga petunjuk bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan. Sebagai pedoman utama, Al-Qur’an memiliki sejarah panjang yang dimulai dari momen luar biasa yang dikenal sebagai Nuzulul Qur’an, peristiwa turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini bukan hanya awal dari risalah Islam, tetapi juga titik balik peradaban manusia. Apa Itu Nuzulul Qur’an? Nuzulul Qur’an adalah peristiwa ketika Al-Qur’an pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Ini terjadi pada 17 Ramadhan, di Gua Hira, ketika Rasulullah SAW sedang berkhalwat (menyendiri). Sebelum menerima wahyu, Rasulullah sering mengasingkan diri ke Gua Hira’ di Jabal Nur. Dalam kesunyian, beliau menghabiskan waktunya untuk beribadah dan merenungi kebesaran alam di sekelilingya serta menyadari akan adanya kekuasaan yang agung dibalik semua penciptaan ini. Malaikat Jibril Menyampaikan Wahyu Pertama Pada malam yang penuh keberkahan itu, Malaikat Jibril datang dan memeluk Nabi sebanyak tiga kali, lalu berkata: “Iqra.. Iqra.. Iqra..” Namun, Rasulullah SAW dengan penuh kebingungan menjawab: “Saya tidak bisa membaca.” Jibril kemudian membacakan lima ayat pertama dari Surah Al-‘Alaq, yang memiliki artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! 2. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah! Tuhanmulah Yang Maha Mulia, 4. Yang mengajar (manusia) dengan pena. 5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Kepanikan Rasulullah SAW Setelah kejadian itu, Rasulullah SAW kembali ke rumah dalam keadaan takut dan gemetar. Beliau berkata kepada Khadijah: “Selimuti aku! Selimuti aku!” Dengan penuh kasih sayang, Khadijah menenangkan beliau. Setelah itu, Khadijah membawa Nabi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin 'Abdil 'Uzza bin Qushay, yaitu anak paman Khadijah, saudara laki-laki ayahnya. Khadijah bertanya kepada Waraqah tentang apa yang sedang menimpa suaminya. Waraqah yang saat itu sudah berusia tua mengatakan bahwa yang ditemui suaminya adalah Malaikat Jibril. Tidak hanya itu, Waraqah juga mengatakan bahwa Muhammad SAW kemungkinan besar adalah seorang nabi. Peristiwa Nuzulul Qur’an adalah momen luar biasa yang mengubah sejarah dunia. Al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus kepada Rasulullah SAW. Ayat-ayat Al Qur’an diturunkan secara bertahap, sedikit demi sedikit dan berangsur-angsur dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari. Melaui momen Nuzulul Quran, marilah kita lebih mendekatkan diri kepada Al-Qur’an, membaca, memahami, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
ARTIKEL06/11/2025 | indri irmayanti
Mengenal Perilaku Syirik yang Tersembunyi
Mengenal Perilaku Syirik yang Tersembunyi
Syirik secara bahasa berasal dari bahasa Arab syirakaa - syiraka - syaraka yang berarti berserikat atau bersekutu. Sementara Syirik secara istiah bermakna menjadikan sesuatu kepada selain Allah sebagai Tuhan untuk disembah dan ditaati. Syirik merupakan bentuk dosa paling besar yang dilakukan umat muslim. Sehingga Allah tidak akan mengampuni siapa pun yang melakukan perbuatan dosa ini. Hal tersebut sebagaimana termaktub dalam firman-Nya “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa : 48) Secara umum Syirik dikategorikan kepada dua macam, yakni syirik besar (akbar) dan syirik tersembunyi (khafiy). Pelaku syirik besar tidak mendapatkan ampunan dari Allah kecuali dengan bertaubat sebelum datangnya kematian. Sementara ampunan bagi pelaku syirik tersembunyi berada sesuai pada kehendak yang Allah berikan. Sahabat, bentuk perilaku syirik kecil pada zaman sekarang beraneka ragamnya. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku syirik kecil di lingkungan masyarakat masih mengalami perkembangan. Oleh karenanya, kita harus mawas diri dari segala bentuk kemunkaran ini. Lalu bagaimana saja bentuk syirik tersembunyi ini? 1. Ta’tsir Pemahaman ta’tsir menjadikan isyarat-isyarat benda angkasa sebagai pegangan dalam meramalkan hal-hal ghaib, seperti rezeki, nasib dan jodoh. Hal-hal ghaib pada hakikatnya merupakan urusan perogratif Allah swt dan tiada seorang pun dari makhluk-Nya yang dapat mengetahui. Di lingkungan masyarakat, acapkali kita menemukan orang-orang yang menaruh kepercayaan pada nama-nama bintang serta menjadikannya pegangan dalam meramal berbagai hal. Kita mengenal hal ini dengan istilah zodiac. 2. Tama’im Istilah tama’im berarti sesuatu yang dikalungkan di leher atau di bagian tubuh seseorang dengan harapan mendatangkan manfaat atau menolak mudharat. Dalam istilah kita tama’im biasa disebut juga dengan jimat. Dalam salah satu hadits, Rasulullah saw menegaskan bahwa perilaku tama’im merupakan perilaku syirik “Sesungguhnya jampi, jimat dan pelet adalah syirik” (HR. Ibnu Majah) 3. Thiyarah Istilah thiyarah berarti sekumpulan kepercayaan yang bekembang di lingkungan masyarakat dengan menjadikan kejadian tertentu sebagai penentu nasib. Contoh keyakinan seperti ini ketika rumah didatangani kupu-kupu maka itu pertanda datangnya tamu Rasulullah saw bersabda “Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik” (HR. Abu Daud) Sahabat, dengan atau tanpa kita sadari segala bentuk syirik diatas masih berkembang di lingkungan masyarakat, baik itu masyarakat tradisional atau modern sekalipun. Semoga Allah swt senantiasa jagakan kita semua dari segala bentuk kemunkaran yang dapat menjauhkan diri dari-Nya.
ARTIKEL06/11/2025 | Yessi Ade Lia Putri
Apakah Dapat THR Wajib Zakat?
Apakah Dapat THR Wajib Zakat?
Apa yang terlintas di benak sahabat ketika hari raya telah tiba? Baju lebaran, ketupat, opor ayam, dan mungkin juga THR (Tunjangan Hari Raya). THR biasanya dibagikan kepada karyawan/i sesuai dengan peraturan menteri ketenagakerjaan ketika pertengahan ramadan atau paling lambat 7 hari sebelum hari raya. Apabila sahabat mendapatkan THR dari tempat kerja sahabat, apakah kemudian dikenakan zakat atas THR tersebut ? sebelumnya yuk kita samakan definisi THR. Apa itu THR ? Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 6 Tahun 2016. THR didefinisikan sebagai pendapatan non upah yang wajib dibayarkan pengusaha kepada pekerja atau keluarga menjelang hari raya keagamaan di Indonesia Oleh karena itu THR dikategorikan sebagai pendapatan pegawai yang melekat dalam statusnya sebagai pegawai perusahaan sehingga THR disamakan dengan penghasilan profesional yang diterima secara rutin. Hal ini sebagaimana pengertian zakat profesi/penghasilan. Apakah THR wajib kena zakat ? Menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia yang ditegaskan dalam keputusan menteri agama, zakat penghasilan wajib dizakatkan apabila telah mencapai nisabnya. Sehingga THR wajib kena zakat apabila telah mencapai nisab Kesimpulan tersebut juga berdasarkan kitab-kitab fikih, diantaranya kitab al-Muhalla (Ibnu Hazm, al-mughni (Ibnu Quddamah), Nail al-Authar (asy-syaukani), dan Subul as-salam (ash-Shan’ani). Juga berdasarkan mizhanatul maslahah atau maslahat dhuafa (fakir miskin) yang jumlahnya sangat banyak, khususnya di Indonesia. Berapa Tarif Zakat THR ? Menurut Al-Qardhwai setelah menelaah panjang terhadap hadist Rasulullah Saw tentang haul dalam maal mustafad (pendapatan yang diterima pegawai di entitas atau perusahaan tertentu), pendapat para ulama, serta ijma ulama (konsensus) beliau menyimpulkan bahwa tidak ada nash shahih atau hasan serta dan tidak ada ijma ulama yang mewajibkan haul dalam maal mustafad. Oleh karena itu, THR dikeluarkan setiap kali gajian jika mencapai nisab. Berdasarkan Peraturan Menteri Agama No 52 tahun 2014 tentang syarat dan tata cara perhitungan zakat mal dan zakat fitrah serta pendayagunaan zakat untuk usaha produktif menyebutkan bahwa nisab zakat pendapatan senilai 653 kg gabah atau 524 kg beras. Kadar zakat pendapatan dan jasa senilai 2,5%. Seseorang dikatakan sudah wajib menunaikan zakat penghasilan apabila ia penghasilannya telah mencapai nishab zakat pendapatan sebesar 85 gram emas per tahun. Hal ini juga dikuatkan dalam SK BAZNAS Nomor 13 Tahun 2025 Tentang Nisab Zakat Pendapatan dan Jasa tahun 2025 Bagaimana teknis pengeluaran zakat THR ? Setiap THR yang sahabat terima, digabung dengan penghasilan sejenis yang lain. Setelah dijumlah jika mencapai nisab keluarkan zakatnya sebesar 2,5%. Untuk nisab zakat penghasilan berdasarkan SK Badan Amil Zakat Nasional Nomer 13 Tahun 2025 tentang nilai nisab zakat pendapatan dan jasa tahun 2025 sebesar Rp7.140.498 (Tujuh Juta Seratus Empat Puluh Ribu Empat Ratus Sembilan Puluh Delapan Rupiah)/Bulan Misal, Zavira adalah seorang karyawan di perusahaan A. Pada bulan ramadan, Zavira mendapatkan gaji bulanan sebesar Rp7.600.000, Zavira juga mendpatkan THR Idul Fitri sebesar Rp7.000.000, sehingga total pendapatan yang diterimanya sebesar Rp14.600.000 karena telah mencapai nisab. Maka dikeluarkan Rp 14.600.000 x 2,5% = Rp 365.000
ARTIKEL05/11/2025 | indri irmayanti
Tips Memilih Hewan Kurban yang Sesuai Syariat dan Sehat untuk Idul Adha 2026
Tips Memilih Hewan Kurban yang Sesuai Syariat dan Sehat untuk Idul Adha 2026
Hari Raya Idul Adha merupakan momentum untuk mendekatkan diri kepada Allah swt salah satunya dengan menguji pengorbanan kita melalui ibadah kurban. Untuk itu, bagi sahabat yang akan berkurban sebaiknya pastikan hewan yang ingin dikurbankan sesuai dengan syariat yang telah ditetapkan Lalu bagaimana cara kita memilih hewan kurban? Berikut tips memilih hewan kurban yang harus sahabat pastikan : 1. Hewan Ternak Sahabat, hewan yang digunakan untuk berkurban adalah hewan ternak. Hewan ternak yang diperbolehkan adalah unta, sapi (termasuk kerbau), kambing, domba. “Dan bagi setiap umat Kami berikan tuntunan berkurban agar kalian mengingat nama Allah atas rezki yang dilimpahkan kepada kalian berupa hewan-hewan ternak (bahiimatul an'aam) .” (QS. Al Hajj : 34) Seekor kambing hanya untuk kurban satu orang dan boleh pahalanya diniatkan untuk seluruh anggota keluarga meskipun jumlahnya banyak atau bahkan yang sudah meninggal dunia. Seekor sapi bisa dijadikan kurban untuk 7 orang. Sedangkan seekor unta untuk 10 orang (atau 7 orang menurut pendapat yang lain). Tentunya semua hewan ini sudah memenuhi ketentuan sebagai hewan ternak yang sehat dan layak untuk dipelihara. 2. Umur Hewan Sesuai syariat, hewan untuk kurban juga memiliki syarat usia. Jabir meriwayatkan Rasulullah saw bersabda, “ Janganlah kalian menyembelih (kurban) kecuali musinnah.kecuali jika itu menyulitkan bagi kalian maka kalian boleh menyembelih domba jadza'ah .” (Muttafaq 'alaih) Musinnah adalah hewan kurban yang telah dewasa dengan ketentuan sebagai berikut, (1) unta, umur minimal 5 tahun; (2) sapi, umur minimal 2 tahun, (3) kambing, umur minimal 1 tahun, (4) domba jadza'ah, umur minimal 6 bulan. Cara mudah untuk mengetahui usia hewan kurban adalah melalui catatan kelahiran ternak yang dimiliki oleh pemiliknya. Selain itu, sahabat juga dapat melakukan metode pemeriksaan gigi hewan yakni jika gigi susu hewan tersebut telah tanggal (dua gigi susu yang di depan), hal tersebut menandakan ternak (kambing dan domba) telah berumur sekitar 12-18 bulan, sedangkan sapi dan kerbau sekitar 22 bulan. 3. Hewan Tidak Cacat Hewan kurban harus dalam kondisi sehat dan tidak menunjukkan tanda-tanda sakit. sahabat juga bisa bertanya tentang Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) sebagai acuan kesehatan hewan tersebut. Sahabat juga perlu memastikan cacat pada hewan ternak karena bisa berpengaruh pada sah tidaknya berkurban Cacat hewan kurban dibagi menjadi 3: A. Cacat yang menyebabkan tidak sah untuk berkurban : - Buta sebelah dan jelas sekali kebutaannya - Sakit dan tampak jelas sakitnya - Pincang dan tampak jelas pincangnya - Sangat tua sampai-sampai tidak punya sumsum tulang B. Cacat yang menyebabkan makruh untuk berkurban : - Sebagian atau keseluruhan terpotong - Tanduknya pecah atau patah C. Cacat yang tidak berpengaruh pada hewan kurban (boleh dijadikan untuk kurban) namun kurang sempurna. Misalnya tidak bergigi (ompong), tidak berekor, bunting, atau tidak berhidung. Wallahu a'lam 4. Hewan Tidak Kurus menyarankan sahabat juga memperhatikan Kondisi fisik dari hewan yang akan dikurbankan. Yang paling disukai sebagai hewan kurban adalah yang gemuk dan sempurna, warna yang paling utama adalah putih, dan lebih utama jantan. Sahabat bisa memperhatikan hewan kurban yang nafsu makannya dengan baik, lincah, tidak kusam. Karena dengan nafsu makan yang baik dan lincah, otomatis kondisi hewan akan terlihat gemuk dan tidak seperti hewan yang memiliki penyakit.
ARTIKEL05/11/2025 | Yessi Ade Lia Putri
Keutamaan Kurban
Keutamaan Kurban
Setiap ibadah yang diperintahkan oleh Allah Swt, tentu memiliki keutamaan tersendiri, tak terkecuali Ibadah Qurban (Kurban). Qurban atau Kurban secara harfiah memiliki arti hewan sembelihan. Ibadah qurban (kurban) adalah ibadah menyembelih hewan ternak yang merupakan salah satu bagian dari syiar Islam yang disyariatkan dalam Al Quran. pelaksanaan ibadah kurban juga hanya terjadi pada hari tertentu. Ibadah kurban dalam islam dilaksanakan sesuai pada waktu yang sudah ditentukan seperti pada Hari Raya Idul Adha dan Hari Tarsyrik (11,12, dan 13 Dzulhijjah) dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah SWT telah mensyariatkan kurban dengan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah yang terputus.” (Al-Kautsar: 1 — 3). Lalu apa saja keutamaan berkurban? 1. Amalan yang paling dicintai Allah di hari raya idul adha Dari Aisyah ra, Nabi saw bersabda, “Tidak ada suatu amalan pun yang dilakukan oleh manusia pada hari raya qurban yang lebih dicintai Allah SWT dari menyembelih hewan kurban. Sesungguhnya hewan Kurban itu kelak pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya. Dan sesungguhnya sebelum darah kurban itu menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima di sisi Allah, maka beruntunglah kalian semua dengan (pahala) qurban itu.” (HR Tirmidzi). 2. Hewan kurban sebagai Saksi di Hari Kiamat Rasulullah telah bersabda dalam sambungan hadis yang diriwayatkan Aisyah: “Sesungguhnya hewan kurban itu akan datang pada hari kiamat (sebagai saksi) dengan tanduk, bulu, dan kukunya. Dan sesungguhnya darah hewan kurban telah terletak di suatu tempat di sisi Allah sebelum mengalir di tanah. Karena itu, bahagiakan dirimu dengannya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim) Menurut Tirmidzi hadis tersebut hasan, sedangkan Hakim berpendapat bahwa isnadnya shahih. Sebagian ulama mengatakan isnadnya lemah. Namun karena hadis tersebut mengandung ajaran tentang keutamaan qurban, hadis tersebut tidak tercela. 3. Meningkatkan Ketakwaan Ibadah kurban adalah salah satu pintu terbaik dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagaimana halnya ibadah shalat. Ia juga menjadi media taqwa seorang hamba. Dalam QS. Al Maidah ayat 27 yang berbunyi: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertaqwa.” kurban juga dapat menjadi pembelajaran untuk kita melepaskan sifat kikir, dengki, egoisme dan sebagainya. 4. Dimensi Sosial dan Kemanusiaan Ibadah kurban tidak hanya bermanfaat untuk orang yang berqurban (Mudhohi) tapi secara tidak langsung juga bisa membantu fakir miskin dari kelaparan. Islam telah mengatur bagaimana menyeimbangkan perekonomian dan aspek kemanusiaan sosial, salah satunya dengan berkurban. Daging yang dibagikan dapat menghubungkan rasa kasih sayang dan kepedulian antara fakir miskin dengan mudhohi. Dengang berkurban juga kita dapat merasakan kenikmatan rezeki dan berkah yang senantiasa diberikan Allah kepada setiap hambanya.
ARTIKEL05/11/2025 | Yessi Ade Lia Putri
Mana yang harus di dahulukan kurban atau aqiqah ?
Mana yang harus di dahulukan kurban atau aqiqah ?
Antara aqiqah dan kurban ada persamaan, yakni sama-sama sunah. Hal ini menurut mazhab Syafii (selama tidak nadzar), serta adanya aktivitas penyembelihan terhadap hewan yang telah memenuhi syarat untuk dipotong. Sementara perbedaan yang ada di antara keduanya lebih pada waktu pelaksanaannya. Makna Kurban dalam Islam Sebagai wujud ketaatan dan upaya meraih pahala, umat Islam melaksanakan ibadah kurban secara berjamaah pada Hari Raya Idul Adha, yang jatuh pada 10 Dzulhijjah 1444 H. Meskipun hukumnya sunnah, ibadah kurban sangat dianjurkan bagi umat Islam. Ibadah ini dilakukan dengan menyembelih hewan ternak sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat dari Allah SWT serta sebagai bentuk ketaatan seorang hamba kepada Sang Pencipta. Mana yang harus di dahulukan Kurban atau Akikah? Para ulama memberi kelonggaran pelaksanaan aqiqah oleh orang tua hingga si bayi tumbuh sampai dengan baligh. Meski begitu lebih baik jika dilaksanakannya tujuh hari setelah kelahiran si bayi. Setelah baligh, anjuran aqiqah tidak lagi dibebankan kepada orang tua melainkan diserahkan kepada sang anak untuk melaksanakan sendiri atau meninggalkannya. Dalam hal ini tentunya melaksanakan aqiqah sendiri lebih baik daripada tidak melaksanakanya. Lantas manakah yang didahulukan antara kurban dan aqiqah? Jawabannya adalah tergantung momentum serta situasi dan kondisi. Apabila mendekati hari raya Idul Adha seperti sekarang ini, maka mendahulukan kurban adalah lebih baik daripada malaksanakan aqiqah. Bolehkah Kurban Dilakukan Sebelum Aqiqah? lalu Pertanyaan yang kerap muncul di kalangan umat Islam adalah: bagaimana jika seseorang ingin berkurban, namun belum melaksanakan aqiqah? Jawabannya, diperbolehkan. Sebab, aqiqah dan kurban adalah dua ibadah yang berbeda baik dari segi makna maupun tujuan. Aqiqah merupakan bentuk rasa syukur orang tua atas kelahiran anak yang diwujudkan melalui penyembelihan hewan. Sementara itu, kurban adalah ibadah penyembelihan hewan yang dilakukan semata-mata karena Allah SWT pada waktu tertentu, yaitu saat Idul Adha. Syarat Seseorang Boleh Melaksanakan Kurban: 1. Beragama Islam Pelaksana kurban haruslah seorang Muslim yang mengikuti ajaran Islam. 2. Berakal sehat, sudah baligh, dan merdeka Orang tersebut harus dewasa, memiliki akal sehat, serta bukan budak. Ia harus memahami makna kurban dan mampu bertanggung jawab atas ibadahnya. 3. Mampu secara finansial Pelaku kurban harus memiliki kemampuan ekonomi yang memadai. Ukuran ‘mampu’ ini bisa berbeda tergantung kondisi ekonomi masyarakat setempat. Kesimpulannya, aqiqah bukan syarat sah untuk berkurban. Jadi, seseorang tetap diperbolehkan berkurban meskipun belum melaksanakan aqiqah.
ARTIKEL05/11/2025 | indri irmayanti
Keuntungan Puasa di Bulan Ramadhan, bisa dirindukan Surga
Keuntungan Puasa di Bulan Ramadhan, bisa dirindukan Surga
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan momen keberkahan yang sangat dinantikan dan dirindukan oleh seluruh umat Islam. Umat ??Islam menyambut datangnya bulan Ramadhan ini dengan senang hati karena pada bulan ini Allah subhanahu wa ta'ala membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka, serta membelenggu setan. sama dengan Sabda Nabi Muhammad SAW : Artinya, “Ketika masuk bulan Ramadhan maka syaitan-syaitan dibelenggu, pintu-pintu surga terbuka, dan pintu-pintu neraka tertutup,” (HR Bukhari dan Muslim). Selain itu umat muslim juga sangat menantikan bulan ramadhan ini karena di bulan ramadhan Allah swt menjanjikan pahala yang berlipat ganda kepada seorang hamba melaksanakan ibadah baik itu ibadah sunnah maupun yang wajib. Dapat berperan sebagai pelindung manusia dalam segala perbuatan maksimal seperti perkataan buruk, berbuat jahat, berkelahi, menghina dll. Saat berpuasa, umat muslim akan senantiasa memperbanyak amal rahmat dan ganjaran pahala yang akan diberikan langsung oleh Allah Swt dengan pahala dilipatgandakan. orang yang berpuasa sangat dirindukan oleh surga sebagaimana yang di dawuhkan oleh Nabi Muhammad SAW : Dalam sebuah hadits yang berasal dari Ibnu Abbas ra, dikatakan bahwa ada 4 golongan manusia yang dirindukan oleh surga. Nabi Muhammad SAW bersabda: Artinya: “Surga rindu empat golongan: orang yang membaca Al Quran, menjaga lisan (ucapan), memberi makan orang lapar, dan puasa di bulan Ramadhan.” (HR.Abu Daud dan Tirmidzi). 1. Orang yang membaca Al Qur'an Golongan pertama yang dirindukan surga yaitu orang-orang yang selalu menggunakan lisannya untuk membaca ayat-ayat Allah Swt. Selain dirindukan oleh surga, orang yang rajin membaca ayat suci Al Qur'an hatinya akan menjadi tenang. sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS Ar-Rad ayat 28 yang artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingat, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” 2. Menjaga lisan Golongan kedua yaitu Hafidil Lisan atau orang yang menjaga lisan. Menjaga lisan merupakan hal yang sulit bagi manusia, apalagi bagi mereka yang senang berhibah. Orang yang mampu menahan lisannya untuk tidak berhibah dan menggunjing manusia lain, Insya Allah merekalah orang yang akan mendapatkan balasan berupa surga Allah Swt. 3. Memberi makan orang yang lapar Golongan ketiga yaitu orang yang senantiasa memberikan makan kepada orang-orang yang kelaparan. Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam dianjurkan untuk bersedekah, berapapun nominalnya atau banyaknya harta yang kita keluarkan 4. Puasa di bulan Ramadhan Golongan yang terakhir orang yang dirindukan surga yaitu orang yang berpuasa penuh di bulan Ramadhan. Ternyata puasa tidak hanya sekedar kewajiban, tetapi juga dapat mengantarkan kita untuk masuk ke dalam kelompok yang dirindukan surga. Maka, bersyukurlah bagi mereka yang senantiasa melaksanakan puasa Ramadhan.
ARTIKEL04/11/2025 | Yessi Ade Lia Putri
Tips dari Ulama untuk Menyambut Malam Lailatul Qadar
Tips dari Ulama untuk Menyambut Malam Lailatul Qadar
Malam Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemuliaan dan keberkahan. Dalam Al-Qur’an, malam ini disebut lebih baik dari seribu bulan (QS. Al-Qadr: 3). Oleh karena itu, banyak ulama memberikan panduan bagaimana cara terbaik untuk menyambut malam istimewa ini agar kita mendapatkan pahala dan keberkahan maksimal. Berikut beberapa tips dari ulama yang dapat kita amalkan: 1. Tingkatkan Ibadah di 10 Malam Terakhir Ramadhan Ulama menyarankan agar umat Islam meningkatkan ibadah di 10 malam terakhir, terutama pada malam-malam ganjil (21, 23, 25, 27, dan 29 Ramadhan). Rasulullah SAW bersabda: “Carilah Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari & Muslim) 2. Perbanyak Doa, Khususnya Doa yang Diajarkan Rasulullah Salah satu doa yang dianjurkan untuk dibaca pada malam Lailatul Qadar adalah: "Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni." Artinya: Ya Allah, Engkau Maha Pengampun dan menyukai ampunan, maka ampunilah aku. (HR. Tirmidzi) 3. Mendirikan Shalat Malam (Qiyamul Lail) Shalat malam merupakan amalan utama di malam Lailatul Qadar. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari & Muslim) 4. Perbanyak Sedekah dan Berbagi kepada Sesama Selain ibadah pribadi, para ulama juga menganjurkan untuk memperbanyak sedekah di malam-malam terakhir Ramadhan. Sedekah yang diberikan di waktu yang mulia akan mendatangkan keberkahan yang berlipat ganda. Mari raih keberkahan malam Lailatul Qadar dengan berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Salurkan donasi Anda melalui BAZNAS Kota Sukabumi. 5. I’tikaf di Masjid I’tikaf atau berdiam diri di masjid untuk beribadah adalah sunnah yang dianjurkan Rasulullah SAW, terutama pada 10 malam terakhir Ramadhan. Ini merupakan kesempatan untuk lebih fokus dalam ibadah, menjauh dari gangguan dunia, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. 6. Perbanyak Membaca Al-Qur’an dan Merenungi Maknanya Malam Lailatul Qadar adalah malam diturunkannya Al-Qur’an (QS. Al-Qadr: 1). Oleh karena itu, salah satu amalan utama adalah membaca dan mentadabburi ayat-ayat suci Al-Qur’an. Kesimpulan Malam Lailatul Qadar adalah kesempatan emas bagi setiap Muslim untuk mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Dengan mengamalkan tips dari ulama ini—meningkatkan ibadah, memperbanyak doa, shalat malam, sedekah, i’tikaf, dan membaca Al-Qur’an—semoga kita semua bisa meraih keberkahan malam yang lebih baik dari seribu bulan ini.
ARTIKEL04/11/2025 | indri irmayanti
Agar Generasi Z Merdeka Finansial
Agar Generasi Z Merdeka Finansial
Cara Merdeka Finansial untuk Generasi Z: Tips dan Trik yang Efektif Merdeka finansial adalah impian banyak orang, termasuk generasi Z yang saat ini sedang memasuki dunia kerja dan mulai mengelola keuangan sendiri. Namun, apa sebenarnya arti dari merdeka finansial? Dan bagaimana cara mencapainya? Dalam artikel ini, kita akan membahas pengertian merdeka finansial dan memberikan tips serta trik yang efektif agar generasi Z bisa mencapai kondisi keuangan yang stabil dan mandiri. Apa Itu Merdeka Finansial? Merdeka finansial berarti memiliki kontrol penuh atas keuangan kita. Kita bisa memenuhi kebutuhan hidup tanpa harus bergantung pada orang lain atau khawatir akan kekurangan uang. Merdeka finansial bukan berarti harus menjadi super kaya, tapi lebih kepada memiliki rasa tenang karena keuangan yang sehat dan terkelola dengan baik. Tips dan Trik Agar Generasi Z Merdeka Finansial 1. Mulai Menabung dari Sekarang Menabung adalah langkah pertama menuju merdeka finansial. Meskipun masih muda, generasi Z perlu membiasakan diri untuk menyisihkan sebagian dari uang jajan atau gaji. Menabung secara konsisten, walaupun dalam jumlah kecil, bisa memberikan dampak besar di masa depan. 2. Hindari Hutang yang Tidak Perlu Menghindari hutang adalah salah satu kunci untuk merdeka finansial. Generasi Z sebaiknya bijak dalam berhutang. Hindari hutang untuk keperluan konsumtif seperti gadget terbaru yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Jika memang harus berhutang, pastikan untuk membayar tepat waktu agar tidak terjerat bunga yang tinggi. 3. Investasi Sejak Dini Investasi adalah cara cerdas untuk membuat uang bekerja untuk kita. Generasi Z bisa mulai berinvestasi dengan risiko rendah seperti reksadana syariah. Dengan investasi, uang yang dimiliki bisa bertumbuh lebih cepat dibandingkan hanya disimpan di tabungan biasa. Atau bisa investasi kepada UMKM yang terpecaya dan produknya jelas dan halal, agar uang terus bertumbuh serta uang kita bisa berperan untuk sektor riil 4. Kelola Pengeluaran dengan Bijak Mencatat dan mengelola pengeluaran adalah langkah penting untuk mencapai merdeka finansial. Generasi Z harus mulai mencatat setiap pengeluaran bulanan dan mengevaluasi mana saja yang bisa dikurangi. Misalnya, mengurangi kebiasaan membeli kopi kekinian, mengurangi hangout, atau membawa bekal sendiri untuk makan siang. 5. Belajar Berwirausaha Berwirausaha adalah salah satu cara efektif untuk menambah penghasilan dan mengasah keterampilan manajemen. Generasi Z bisa mencoba bisnis kecil-kecilan seperti jualan online atau menjadi content creator yang menghasilkan uang. Dengan berwirausaha, selain mendapatkan penghasilan tambahan, kita juga belajar mengelola bisnis dari awal. 6. Punya Tujuan Finansial yang Jelas Menetapkan tujuan keuangan yang jelas adalah langkah penting untuk mencapai merdeka finansial. Generasi Z perlu menentukan tujuan finansial jangka pendek dan panjang, seperti membeli rumah, traveling, menikah, atau memulai usaha. Dengan tujuan yang jelas, menabung dan mengelola keuangan menjadi lebih terarah. 7. Jaga Pola Hidup Sederhana Hidup sederhana adalah kunci untuk mencapai merdeka finansial. Generasi Z tidak perlu mengikuti gaya hidup yang berlebihan. Fokus pada kebutuhan, bukan keinginan. Dengan hidup sederhana, kita bisa menyimpan lebih banyak uang dan mencapai merdeka finansial lebih cepat. Jangan selalu FOMO dan mengikuti gaya hidup yang tidak mampu di biayai oleh gaji 8. Pahami Prinsip Keuangan Syariah Memahami dan menerapkan prinsip keuangan syariah bisa membantu generasi Z mengelola keuangan dengan bijak. Prinsip syariah mengajarkan untuk menghindari riba (bunga), gharar (ketidakpastian), dan maisir (judi), yang semuanya bisa membawa keberkahan dalam pengelolaan keuangan. Generasi Z juga harus membiasakan diri untuk bersedekah, karena selain bersedekah merupakan amal ibadah yang Allah cintai, sedekah juga bisa membawa keberkahan dalam hidup kunci mendapatkan rezeki berlipat ganda. Merdeka finansial adalah tujuan yang bisa dicapai oleh generasi Z dengan langkah-langkah yang tepat. Mulai dari menabung, menghindari hutang, hingga investasi dan hidup sederhana, semua tips ini bisa membantu generasi Z mencapai kondisi keuangan yang stabil dan mandiri. Dengan konsistensi dan kesadaran akan pentingnya mengelola keuangan, merdeka finansial bukan lagi impian, tapi kenyataan yang bisa diraih https://kotasukabumi.baznas.go.id/sedekah
ARTIKEL30/09/2025 | Khoirunisa
Doa Minum Susu 1 Muharram: Tradisi dan Maknanya
Doa Minum Susu 1 Muharram: Tradisi dan Maknanya
Tahukah sahabat jika terdapat tradisi minum susu putih di awal bulan Muharram dalam ajaran Islam?. Mungkin maasih banyak umat Islam yang belum mengetahui makna tradisi ini dan Doa Minum Susu 1 Muharram. Mari kita bahas selengkapnya di artikel berikut mengenai sejrah dan makna tradisi minum susu putih Dikutip dari laman NU Online, tradisi minum susu putih di malam 1 Muharram berasal dari tradisi Abuya Sayyid Muhammad Alawy Al Maliki. Beliau merupakan seorang ulama terkenal yang juga keturunan Rasulullah SAW di tanah suci. Lantas mengapa dan bagaimana maknanya minum susu putih di malam 1 Muharram? Abuya Sayyid Muhammad Alawy Al Maliki menjelaskan, meminum susu putih pada malam 1 Muharram melambangkan awal tahun yang baru yang bersih dan penuh dengan kebaikan. Sebab, selama ini, susu putih dilambangkan sebagai simbol kebersihan dan nutrisi. Bagi umat Islam yang ingin melakukan amalan minum susu putih ini, dapat dilakukan setelah Maghrib pada malam 1 Muharram hingga sebelum waktu Subuh. Namun sebelum meminum susu, hendaknya untuk membaca doa terlebih dahulu. Berikut lafaz doa meminum susu putih di malam 1 Muharram: Allahumma baarik lanaa fiihi wazidnaa minhu Artinya: Ya Allah, berkahilah kami di dalam air susu ini dan tambahlah keberkahan kami darinya. Selain itu, meminum susu pada malam 1 Muharram boleh dilakukan bersama keluarga, murid, santri dan masyarakat di sekitar kita. Dengan demikian, semuanya dapat turut merasakan berkah yang sama sebagaimana yang dijalankan oleh Abuya Sayyid Muhammad Alawy Al Maliki kepada para santrinya. Abuya Sayyid Muhammad Alawy Al Maliki selain meminum susu, beliau juga membagikan susu putih kepada para santrinya. Dengan cara ini, beliau berharap para santrinya akan mendapat keberkahan di bulan Muharram yang mulia. Itulah penjelasan mengenai makna, sejarah dan Doa Minum Susu 1 Muharram. Semoga bermanfaat.
ARTIKEL30/09/2025 | Yessi Ade Lia Putri
Doa Agar Terhindar Dari Musibah dan Keburukan
Doa Agar Terhindar Dari Musibah dan Keburukan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat terhindar dari berbagai ujian dan cobaan. Oleh sebab itu, sangat dianjurkan untuk memohon perlindungan kepada Allah. Salah satu cara untuk meminta perlindungan adalah dengan berdoa, agar kita dijauhkan dari keburukan dan musibah. Dalam Islam, terdapat banyak doa yang dapat kita amalkan untuk memohon keselamatan dari segala bentuk bahaya. Secara bahasa, doa berasal dari bahasa Arab ????????? (ad-du‘?’) yang berarti memanggil, memohon, atau meminta. Kata ini berakar dari kata ????? (da‘?) yang berarti menyeru atau memohon sesuatu dengan penuh harapan. Dalam bahasa Indonesia, doa diartikan sebagai permohonan atau harapan yang disampaikan kepada Allah agar diberikan kebaikan, dijauhkan dari keburukan, atau diberikan sesuatu yang diinginkan. Sedangkan menurut istilah Secara istilah, doa adalah bentuk ibadah berupa permohonan seorang hamba kepada Allah dengan penuh kerendahan hati untuk memperoleh rahmat, petunjuk, perlindungan, dan pertolongan-Nya. Doa dalam Islam merupakan bagian penting dari ibadah yang menunjukkan ketergantungan manusia kepada Allah. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam surat Gafir ayat 60 : ??????? ????????? ???????????? ?????????? ?????? ?????? ?????????? ???????????????? ???? ??????????? ?????????????? ????????? ??????????? ? ?? Artinya : “Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.” Dari penjelasan ayat tersebut adalah bahwasanya kita selaku hamba Allah dianjurkan untuk senantiasa ber’doa kepada Allah Swt. Barangsiapa yang berdo’a kepada Allah Swt maka Allah Swt akan mengabulkan segala do’a yang dipanjatkan. Doa Agar Terhindar dari Keburukan dan Musibah Berikut beberapa doa yang bisa diamalkan untuk memohon perlindungan dari segala bentuk keburukan dan musibah: 1. Doa Memohon Perlindungan dari Kejahatan Makhluk "Bismillahilladzi la yadhurru ma'asmihi syai'un fil ardhi wa la fis sama'i wa huwas sami'ul 'alim." Artinya: "Dengan menyebut nama Allah yang dengan nama-Nya segala sesuatu di bumi dan di langit tidak akan membahayakan. Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi) Doa ini dianjurkan dibaca tiga kali pada pagi dan petang untuk mendapatkan perlindungan dari segala bentuk kejahatan. 2. Doa Mohon Dijauhkan dari Marabahaya dan Kesulitan Rasulullah SAW sering mengajarkan doa berikut untuk meminta perlindungan dari kesulitan hidup dan musibah: "Allahumma inni a'udzu bika minal barashi, wal jununi, wal judzami, wa min sayyi'il asqam." Artinya: "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila, kusta, dan penyakit-penyakit buruk lainnya." (HR. Abu Dawud) Doa ini bisa dibaca setiap hari agar kita terhindar dari penyakit yang membahayakan. 3. Doa Perlindungan dari Musibah Tak Terduga "Allahumma inni a'udzu bika min zawali ni'matika, wa tahawwuli 'afiyatika, wa fuja'ati niqmatika, wa jami'i sakhatika." Artinya: "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya nikmat-Mu, perubahan kesehatan yang Engkau berikan, datangnya azab-Mu secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu." (HR. Muslim) Doa ini bisa dibaca setiap hari agar Allah selalu menjaga nikmat-Nya atas kita dan menjauhkan kita dari musibah yang tidak terduga. 4. Doa Perlindungan dari Kejahatan Jin dan Manusia Allah telah mengajarkan dalam Al-Qur'an dua surat pendek yang sangat baik untuk perlindungan dari kejahatan, yaitu : Surat Al-Falaq (QS. Al-Falaq: 1-5) "Qul a’udzu birabbil falaq, min syarri ma khalaq, wa min syarri ghasiqin idza waqab, wa min syarrin naffatsati fil ‘uqad, wa min syarri hasidin idza hasad." Surat An-Nas (QS. An-Nas: 1-6) "Qul a’udzu birabbin nas, malikin nas, ilahin nas, min syarril waswasil khannas, alladzi yuwaswisu fi sudurin nas, minal jinnati wannas." Membaca kedua surat ini setiap pagi, petang, dan sebelum tidur dapat menjadi benteng perlindungan dari segala kejahatan, baik dari jin maupun manusia.
ARTIKEL30/09/2025 | Yessi Ade Lia Putri
Info Rekening Zakat

Info Rekening Zakat

Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.

BAZNAS

Info Rekening Zakat